Blog ini sebagai lanjutan sesi #09 tentang simbolisme pakaian dan jubah dalam Alkitab, karena topik ini adalah topik yang penting yang dipakai di seluruh Alkitab untuk dapat dimengerti oleh kita. Dengan mengerti gambaran ini maka kita juga dapat mengerti cara penyelamatan Allah di dalam Kitab Suci.
Arti pertama dari simbolisme pakaian atau jubah ini adalah sebagai simbol kekudusan/kesucian.
Penampakan theophany Allah atau para malaikat selalu digambarkan sebagai memakai jubah putih yang bersinar terang. Namun yang mengherankan, saat seseorang (apakah nabi, para patriakh atau para rasul) melihat terang tersebut, mereka bukan terkagum-kagum dan senang, tetapi malah takut.
Mengapa mereka takut? Karena di depan terang ilahi seperti itu mereka melihat diri mereka sebagai orang berdosa yang layak dihukum. Dihadapan kekudusan Allah & para malaikat-Nya, semua kebenaran diri manusia langsung terlihat kotor sehingga mereka takut. Nabi Yesaya adalah contohnya. Beliau sudah menjadi nabi yang semua perkataannya dihormati sebagai firman Allah yang suci. Tetapi saat langsung melihat takhta Allah, dia langsung menyadari kenajisan bibirnya yang memerlukan penyucian (Yes. 6:5-7). Ia bahkan melihat kesalehan manusia itu seperti kain kotor (Yes. 64:6).
Semua nabi dan imam di Perjanjian Lama sampai kepada para rasul di Perjanjian Baru mengalami itu. Bahkan rasul Yohanes yang paling dekat dengan Kristus saat hidup di dunia, menjadi sangat takut saat ia melihat Tuhan dalam kemuliaan-Nya. Begitu takutnya ia sehingga dia memakai ungkapan “seperti orang yang mati” (Why. 1:17). Karena itu jangan percaya kepada para pengkhotbah masa kini yang suka bersaksi tentang mimpi atau penglihatannya bahwa ia bertemu dengan Tuhan di Sorga, diajak jalan-jalan (mungkin minum kopi dulu), lalu turun lagi ke bumi namun hidupnya tidak berubah. Bahkan lebih lihai menipu jemaat untuk kucurkan uang persembahan kepadanya. Semua itu guru-guru palsu yang tanpa sadar telah tertipu oleh dirinya sendiri dan menipu orang lain (2 Pet. 2:1-3). Jauhilah mereka.
Arti kedua dari simbolisme pakaian & jubah yang penting untuk kita ketahui adalah bahwa pakaian itu menggambarkan juga keselamatan dan jubah menggambarkan kebenaran.
“Aku bersukaria di dalam TUHAN, jiwaku bersorak-sorai di dalam Allahku, sebab Ia mengenakan pakaian keselamatan kepadaku dan menyelubungi aku dengan jubah kebenaran, seperti pengantin laki-laki yang mengenakan perhiasan kepala dan seperti pengantin perempuan yang memakai perhiasannya.” (Yes. 61:10)
Kitab Yesaya pasal 61 ini dikenal sebagai pasal Mesianik yang menggambarkan keselamatan yang akan dibawa oleh sang Mesias. Pasal ini digenapi saat Yesus datang ke bumi untuk membawa keselamatan (Luk. 4:16-21). Simbolisme dari pakaian dan jubah disini sangat terang benderang: pakaian disebut sebagai “pakaian keselamatan” sebagai lambang Pengudusan yang dikenakan kepada orang percaya melalui pengampunan dosa. Namun ada lagi satu aspek keselamatan yang sering luput dari pengertian kita, yaitu “jubah kebenaran” sebagai dasar Pembenaran yang diakibatkan oleh kebenaran yang dikenakan oleh Allah kepada orang-orang pilihan-Nya. Mari kita bahas kedua aspek ini: Pengampunan & Pengudusan.
Pakaian Keselamatan & Jubah Kebenaran: Pengampunan Dosa & Pembenaran
Di dalam kekristenan masa kini, keselamatan hanya dihubungkan dengan pengampunan dosa melalui kurban penebus dosa Mesias, sehingga kita menjadi kudus. Padahal aspek keselamatan tidak cukup hanya pengampunan dosa saja, tetapi harus mencakup tentang “Pembenaran” (dinyatakan benar oleh Allah). Masalah ini telah dibahas oleh rasul Paulus di dalam suratnya kepada jemaat-jemaat di Roma (dibawah dilampirkan link buku Surat Roma yang dapat anda unduh).
Kita bersyukur konsep yang sempat hilang dari gereja ini kemudian ditemukan ulang oleh para Reformator besar abad 5 (St. Augustine) dan abad 16 (Martin Luther, dkk). Seluruh perjuangan Reformasi gereja, khususnya abad 16 pada dasarnya adalah akibat ditemukannya lagi pengertian Alkitab tentang “Pembenaran” ini.
Topik yang dalam ini kita tidak dapat tuliskan disini (untuk dapat mengerti lebih baik konsep-konsep ini, anda dapat download Buku “Surat Roma” di link di bawah), tetapi mari kita lihat kesimpulan rasul Paulus tentang kedua aspek Keselamatan ini (Pengampunan dosa & Pembenaran):
“yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita.” (Rom. 4:25)
“Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup. Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar.” (Rom. 5:18-19)
Di dalam Rom. 4:25 di atas, rasul Paulus menuliskan ke 2 aspek Keselamatan kita, yaitu:
ditebus dari dosa melalui kematian Kristus (“diserahkan karena pelanggaran kita”)
dibenarkan (dinyatakan benar oleh Allah) melalui kebangkitan Kristus (“dibangkitkan karena pembenaran kita”)
Lalu Rom. 5:18-19 menyatakan dasar dari Pembenaran kita, yaitu melalui ketaatan & kebenaran Kristus. Sama seperti kita menjadi orang berdosa karena ketidaktaatan manusia pertama dikenakan kepada kita, maka kita memperoleh pembenaran karena ketaatan/kebenaran Kristus dikenakan kepada kita. Kebangkitan Kristus merupakan konfirmasi bagi kita bahwa kebenaran Kristus bisa menjadi dasar pembenaran bagi kita.
Illustrasi tentang Pengampunan Dosa vs Pembenaran
Kedua konsep ini merupakan konsep legal, yaitu kedudukan kita dihadapan pengadilan Allah.
Pengampunan dosa berarti dosa-dosa kita diampuni, sama seperti didalam pengadilan, seorang pembunuh dinyatakan tidak lagi diancam hukuman karena sudah ditebus. Namun jika dia hanya dilepaskan dari hukuman saja, maka dia tetap menyandang nama sebagai pembunuh dan akan menderita seumur hidupnya karena dikucilkan dari lingkungannya. Demikian juga keluarganya akan menyandangnya setiap saat. Apa gunanya hanya dilepas dari hukuman, tetapi tetap menyandang status sebagai pembunuh seumur hidup?
Pembenaran, merupakan suatu pernyataan pengadilan bahwa yang bersangkutan dinyatakan benar (tidak bersalah) dan namanya akan dipulihkan seperti sedia kala. Namun dalam hal pembenaran melalui Kristus, pengertian ini lebih jauh lagi, yaitu seseorang dinyatakan benar karena kebenaran Kristus dikenakan kepadanya. Karena itu Allah melihat mereka bukan lagi sebagai orang-orang berdosa yang diampuni, tetapi melihat mereka seperti Ia melihat Anak-Nya sendiri karena semua kebenaran Anak-Nya telah dikenakan-Nya kepada mereka. Karena itu orang-orang percaya disebut juga sebagai orang-orang kudus dan benar sekalipun dalam kehidupan sehari-hari (“status Vital”) mereka belum kudus atau benar. Menjadi orang-orang kudus & benar ini adalah “status legal” kita dihadapan Allah. Ini adalah intisari yang ditemukan oleh Martin Luther dan rekan-rekan dalam Reformasi Besar abad 16.
Konsep ini disebut juga konsep/doktrin Imputasi & Unifikasi (lihat blognya dengan klik disini)
Pakaian Kebenaran Allah vs Pakaian Kebenaran Diri Sendiri
Di dalam PB, kita membaca ada perumpamaan Tuhan tentang pesta seorang Raja dalam Mat. 22:1-14. Ini adalah lanjutan perumpamaan-perumpamaan sebelumnya yang mengajarkan bagaimana bangsa Yahudi akan ditolak karena mereka tetap menolak Mesias.
Di dalam ayat 11-14 menjelaskan tentang seorang yang mencoba ikut pesta sang Raja, tetapi memakai pakaiannya sendiri. Ia lalu diikat dan dibuang ke neraka (ay. 13). Ini adalah gambaran bangsa Yahudi yang mencoba masuk kerajaan Allah dengan memakai pakaian kebenaran mereka sendiri dan bukan cara Allah (yaitu dengan percaya kepada Yesus Kristus), yang akhirnya malah menolak kebenaran Allah.
Rasul Paulus mengungkapkan ini dalam tulisannya kepada jemaat di Roma (Rom. 10:1-3). Orang-orang Yahudi adalah orang paling giat dalam ibadah, tetapi tanpa pengertian yang benar tentang cara Allah membenarkan seseorang. Akibatnya tanpa sadar mereka mendirikan kebenaran mereka sendiri yang berujung kepada penolakan terhadap Mesias. Mereka sama dengan agama-agama di dunia yang mencoba untuk masuk Sorga dengan ibadah, amal dan kebenaran mereka sendiri. Karena itu mereka menolak Kristus karena tidak sesuai dengan konsep mereka.
Namun perumpamaan ini juga bagi banyak orang di dunia, termasuk bagi banyak orang Kristen yang mengajarkan bahwa keselamatan dapat dicapai dan dipertahankan dengan kebenaran/kekuatan mereka sendiri. Mereka akan gamang untuk berteriak “Sola Gratia!” bersama-sama para Reformator karena di dalam hatinya masih ada saja mengandalkan dirinya (= aku kan diselamatkan karena aku percaya. Tuhan kan hanya memberi jalan, tetapi aku yang harus berusaha untuk itu!). Jika Anda masih beranggapan bahwa Anda harus memiliki andil dalam keselamatan Anda, maka kemungkinan Anda masih berada di luar keselamatan sejati.
Kesimpulan:
Pakaian & Jubah dalam Alkitab menggambarkan tentang keselamatan dari Allah dengan memberi pengampunan sehingga kita dikuduskan (“pakaian”) dan mengenakan kebenaran Kristus (“jubah”) sehingga kita dapat dibenarkan.
Salam Kristen Awam
FB page: @KristenAwamPencariSorga
Youtube Channel: Kristen Awam
Website:
Buku-buku tulisan Kristen Awam dan terbitan BTBP dapat anda unduh di:
Untuk lebih mengerti alur berpikir rasul Paulus tentang Keselamatan ini, download buku terbitan BTBP ini (Click link atau gambar di bawah):
Comments