top of page
  • Writer's pictureSihol Christian Robirosa

Unifikasi dan Imputasi

30 September 2018


"Dan TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka." (Kej. 3:21)


"Aku bersukaria di dalam TUHAN, jiwaku bersorak-sorai di dalam Allahku, sebab Ia mengenakan pakaian keselamatan kepadaku dan menyelubungi aku dengan jubah kebenaran, seperti pengantin laki-laki yang mengenakan perhiasan kepala dan seperti pengantin perempuan yang memakai perhiasannya." (Yes. 61:10)


18 Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup.

19 Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar. (Rom. 5:18-19)


Teman-teman BTBM,


Di dalam blog sebelumnya yang berjudul "di dalam Kristus: Apakah maknanya?" kita sudah membahas sepintas arti praktikal dari berada di dalam Kristus. Konsep di dalam Kristus tersebut juga dikenal dengan "Doktrin Unifikasi" (doktrin persatuan dengan Kristus).


Dengan bersatu dengan Kristus, maka:

  • orang-orang percaya telah memperoleh semua kekayaan dan kemuliaan yang Kristus miliki (Ef. 2:6)

  • Akan mewarisi semua kemuliaan akhli waris Allah bersama Kristus (Rom. 8:17)


Persatuan ini adalah persatuan mistis sekaligus realistis karena sekalipun sulit untuk dibuktikan secara kasat mata, namun ia bukannya suatu konsep yang abstrak, tetapi merupakan fakta rohani yang lebih nyata dan pasti dari fakta yang kasat mata. Yang kasat mata sering malah tidak menyatakan kebenaran yang sebenarnya (Ingat konsep fenomena vs noumena nya Kant). Fakta rohani yang dinyatakan Kitab Suci kita justru merupakan fakta yang lebih nyata dan pasti dari pengertian kita tentang fakta yang kasat mata. Misalnya, saat Kitab Suci menyatakan bahwa orang-orang percaya telah didudukkan bersama-sama dengan Kristus di tempat surgawi (dalam kemuliaan - Ef. 2:6 diatas), mungkin secara fakta kasat mata kita masih tetap merasakan bahwa kita masih berada di bumi dengan segala dosa, kelemahan dan kejatuhan kita. Namun fakta yang sebenarnya adalah kita telah didudukkan oleh Allah dalam kemuliaan bersama-sama dengan Kristus, karena kita "ada di dalam Kristus").


Bagaimana kita dapat berada di dalam Dia? Bukan karena kebenaran (perbuatan benar) kita, tetapi karena anugerah Allah (Fil. 3:9). Ini semata adalah pekerjaan Allah saja. Saat orang-orang pilihan merespon panggilan Allah dan percaya, maka mereka akan "dibaptis ke dalam Kristus" (dimasukkan ke dalam Kristus):


  • Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam (lebih tepat "kedalam" karena kata ini memakai preposisi akusatif "eis" bukan "en") Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? (Rom. 6:3)

dan saat seseorang dibaptis kedalam Kristus, maka iapun telah "mengenakan" Kristus:


  • Karena kamu semua, yang dibaptis dalam (ini juga memakai preposisi akusatif "eis", sehingga harusnya ditulis kedalam) Kristus, telah mengenakan Kristus. (Gal. 3:27)


Kata yang diterjemahkan dengan "mengenakan" disini berasal dari kata kerja aoris "enduo" yang arti normalnya (arti yang biasa dipakai sehari-harinya) adalah mengenakan pakaian. Jadi, saat seseorang mendapat anugerah keselamatan, maka ia akan dibaptis kedalam Kristus, sekaligus "mengenakan" Kristus.


Gambaran apakah yang sedang dipakai rasul Paulus dengan memakai kata "mengenakan" Kristus disini?


Saat membaca bahwa orang berdosa mengenakan pakaian Kristus, maka perhatian kita pasti langsung tertuju kepada simbolisme keselamatan yang dinyatakan langsung oleh Allah di taman Eden kepada Adam & Hawa.

Kita membaca dalam Kejadian pasal 3 bahwa setelah Adam memberi nama kepada istrinya "Hawa" (Ibr. "chavvah," life giver, pemberi hidup, sumber yang hidup - bukan hanya karena dia ibu ras manusia, tetapi penamaan ini adalah sebagai respons janji Allah dalam ayat 15 bahwa dari seorang keturunan ibu ini akan datang pemberi kehidupan), maka Allah menunjukkan kepada mereka simbolisme Jalan Keselamatan yang dijanjikan-Nya: dengan menutup akibat dosa mereka dengan kulit binatang yang dikorbankan sebagai ganti mereka. Ini adalah simbolisme pengampunan Allah melalui korban substitusi dengan cara menutupi dosa mereka dengan kulit korban substitusi ini.


Lambang apakah pakaian itu?


Setelah ritual korban substitusi itu dilakukan oleh keturunan yang mengenal Allah (Set, Nuh, Sem, Nuh, Abraham, Ishak, Yakub, bangsa Israel), maka pernyataan tentang arti itu semakin terungkap lebih jernih dalam pernyataan progressif Allah. Kira-kira 3300 tahun setelah sakramen pertama yang diterima Adam di taman Eden itu, Allah menyatakan arti simbolisme pakaian dan jubah itu melalui Yesaya, nabi Allah. Dalam satu nubuatan Mesianiknya, Yesaya menulis sukacitanya karena karya penyelamatan Tuhan demikian:


  • "Aku bersukaria di dalam TUHAN, jiwaku bersorak-sorai di dalam Allahku, sebab Ia mengenakan pakaian keselamatan kepadaku dan menyelubungi aku dengan jubah kebenaran, seperti pengantin laki-laki yang mengenakan perhiasan kepala dan seperti pengantin perempuan yang memakai perhiasannya." (Yes. 61:10)


Bagi Yesaya, pengenaan pakaian yang dikenakan oleh Yehova (TUHAN) kepadanya merupakan simbol dari pemberian keselamatan oleh Tuhan. Set pakaian tersebut juga melambangkan keselamatan yang diperolehnya karena Allah sendiri yang menyelubunginya dengan jubah kebenaran. Artinya, keselamatan itu didapat karena kebenaran Allah dikenakan kepadanya, dan menutupi pakaian kebenaran dirinya yang kotor. Dengan demikian maka Allah melihatnya sebagai benar dan dapat ikut dalam pesta pernikahan Anak-Nya. Yesayapun dapat bersukacita seperti pengantin pria atau wanita dalam pesta pernikahannya. Kita tentu mengerti ini adalah gambaran orang percaya yang dibenarkan Allah karena Allah mengenakan kebenaran Kristus kepada mereka. Seseorang hanya dapat diterima di dalam pesta perkawinan Anak-Nya jika mereka mengenakan pakaian yang Dia beri, bukan yang berpakaian kebenaran diri sendiri (Mat. 22:11-14).





Setelah nubuatan tentang korban substitusi itu digenapi oleh Tuhan kita, maka empat ribu tahun lebih setelah simbolisme di taman Eden diberikan, atau sekitar tujuh ratus tahun lebih setelah Yesaya memperjelas simbolisme tersebut, maka rasul Paulus dapat menjelaskan sejelas-jelasnya apa arti simbolisme itu. Karena Kristus sudah mati menanggung dosa orang percaya, maka Ia dapat mengenakan kebenaran-Nya kepada mereka sehingga mereka dapat dibenarkan oleh Allah:


  • Jadi, sama seperti melalui satu pelanggaran semua orang menerima hukuman, demikian juga oleh perbuatan kebenaran satu orang pula seluruh manusia menerima hidup dan pembenaran. Karena ketidaktaatan satu orang, banyak orang menjadi pendosa. Akan tetapi, karena ketaatan satu Orang, banyak orang akan dibenarkan. (Rom. 5:18-19)


  • Karena itu hal ini diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran. Kata-kata ini, yaitu "hal ini diperhitungkan kepadanya," tidak ditulis untuk Abraham saja, tetapi ditulis juga untuk kita; sebab kepada kitapun Allah memperhitungkannya, karena kita percaya kepada Dia, yang telah membangkitkan Yesus, Tuhan kita, dari antara orang mati, yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita. (Rom. 4:22-25)


Kita dapat dibenarkan Allah karena ketaatan/kebenaran Kristus dikenakan kepada kita.





Renungan & Aplikasi:


Banyak orang Kristen tanpa disadari nya tetap memakai kebenaran dirinya untuk masuk dalam pesta Allah. Ini dapat terjadi karena tanpa sadar mempercayai bahwa keselamatan mereka adalah karena masih ada faktor dirinya yang berperan dan bukan karena anugerah Allah sepenuhnya (misalnya percaya bahwa mereka diselamatkan karena merekalah yang memilih untuk percaya kepada Kristus, bukan karena anugerah Allah yang membuat dia bisa percaya kepada-Nya, atau percaya bahwa keselamatannya adalah anugerah Allah semata, tetapi dialah yang harus "mempertahankan" keselamatannya, tanpa sadar bahwa ia tetaplah orang berdosa yang tidak mampu untuk mempertahankan keselamatannya, dst.)


Zaman kini, gereja dipenuhi oleh ajaran-ajaran yang mengagungkan manusia (Luther menyebutnya sebagai "teologai gloriae" - teologi yang mengagungkan manusia). Karena itu kita banyak melihat gereja dan orang Kristen zaman kini yang terlalu percaya diri dan membuat pertunjukan-pertunjukan yang hebat (mujizat, usir setan, bernubuat), tetapi ternyata mereka tidak dikenal Tuhan, bahkan akan diusir dari hadirat-Nya (Mat. 7:21-23).


Atau seperti 5 anak dara yang bodoh. Mereka secara gembira ikut dalam penantian prosesi pengantin, semua terlihat sama dengan yang lain, bahkan mereka sama-sama tidur dan sama-sama bangun dengan gadis-gadis yang bijaksana. Hanya setelah pengantin datang, mereka baru tahu bahwa mereka bukan kristen sejati karena tidak dikenal oleh pemilik pesta (Mat. 25:12)


Atau seperti seorang yang datang ke pesta tanpa memakai pakaian pesta yang diberi oleh Raja itu dan dengan percaya diri berusaha masuk kedalam pesta-Nya (Mat. 22:11-14)


Mari kita sadari untuk tidak lagi berusaha membawa kebenaran diri kita kepada Allah, tetapi berlindung kepada kebenaran Kristus sendiri, karena pada dasarnya kita hanyalah orang berdosa (dan tetap manusia berdosa dalam fakta vitalnya - 1Yoh. 1:8), tetapi orang berdosa yang dibenarkan Allah.


Puji Tuhan untuk kasih-Nya yang besar.


"I am old now and dont remember much. Only two things I need to remember, that I am a Sinner and that I am saved by grace only"

(Christian Robirosa, 2016)








436 views0 comments

Comments


bottom of page