Konsep kurban substitusi (pengganti) hanya ada di dalam iman Kristen saja (dan tentu saja dalam agama Yudaisme sebagai akar dari kekristenan). Agama-agama lain, seperti Islam misalnya, tidak mengenal konsep ini karena bagi mereka manusia sendirilah yang harus menanggung dosanya masing-masing dan berharap dapat menebus dosanya sendiri melalui amal ibadah masing-masing orang.
Konsep kurban substitusi ini, sekalipun sering didengar oleh banyak orang Kristen, namun hanya sedikit yang mengertinya secara benar. Padahal konsep ini adalah pusat dari berita Injil orang Kristen.
Jadi, apakah itu kurban substitusi?
Untuk memulai diskusinya, kita pertanyakan dulu "Mengapa Allah sendiri harus berinkarnasi menjadi manusia dan harus mati di Golgota sebagai korban penebus dosa bagi manusia?" Bukankah Ia Maha Kuasa dan Maha Kasih sehingga ia dapat berkata “hai manusia, engkau telah melanggar kukudusan dan kebenaran-Ku! Karena itu engkau harus Kuhukum dan Kujauhkan dari hadiratKu selamanya. Tetapi karena Aku mengasihimu, sudahlah, Aku mengampunimu.” Bisakah Allah berkata demikian?
TIDAK BISA, karena dengan tindakan demikian maka Ia akan melanggar integritas moral-Nya, karena bertentangan dengan kedua hakikat-Nya yang lain yaitu Kebenaran/keadilan-Nya dan Kekudusan-Nya (lihat pembahasannya di blog "Keadilan Allah vs Anugerah Allah"). Allah tidak dapat menyangkal hakikat-Nya sendiri (2Tim. 2:13).
Kebenaran/keadilan-Nya menuntut semua pelanggaran untuk dihukum, dan Kekudusan-Nya menuntut manusia dikuduskan seperti Dia agar dapat bersekutu kembali dengan-Nya. Jadi bagaimana Allah dapat bertindak agar manusia dapat diselamatkan, sekaligus tindakan tersebut tidak melanggar hakikat Allah lainnya?
Sebelum membahas lebih lanjut, ingatlah tentang Hakikat-hakikat moral Allah yang merupakan integritas Allah, seperti dalam chart dibawah ini:
Gbr. 1: Hakikat-hakikat Moral Allah
Integritas Moral Allah (atau disingkat sebagai “integritas Allah”), merupakan gabungan serasi dan tidak terpisahkan antara ketiga sifat hakiki moral Allah (Kasih, Benar, Kudus). Integritas ini merupakan sumber segala pertimbangan, rencana dan tindakan Allah, sehingga semua rencana, pertimbangan dan tindakanNya tidak dapat menyangkal salah satu dari hakikat-Nya ini. Sebagai contoh: kesetiaan Allah (merupakan sifat yang lahir dari ketiga hakikat-Nya). Sekalipun kita tidak setia kepada-Nya, Ia tidak dapat tidak setia, karena hakikat-Nya adalah setia, dan Ia tidak dapat menyangkal diri-Nya (2 Tim. 2:13). Contoh lain: Kekerasan Allah yang lahir dari Kebenaran & Kekudusan-Nya. Perjanjian Lama dipenuhi dengan peristiwa dimana Allah membinasakan suatu bangsa karena dosa-dosa mereka, terutama karena penyembahan berhala. Peristiwa-peristiwa itu menunjukkan kekudusan dan kebenaran Allah yang harus ditegakkan agar dunia mengetahui dan mengerti bahwa kekejian, dosa, kejahatan, dsb. merupakan pelanggaran terhadap Kekudusan dan Kebenaran Allah sehingga harus berhadapan dengan hukuman Allah.
Sekarang mari kita membahas mengapa Allah sendiri harus datang sebagai manusia, bahkan mati sebagai korban penebus salah:
Pelanggaran dosa manusia pertama merupakan pelanggaran terhadap sifat-sifat yang membentuk integritas Allah. Karena itu manusia pertama (dan semua keturunannya) harus dihukum, karena hakikat Allah yang Benar dan Adil menuntut dosa harus dihukum. Kekudusan-Nya juga menuntut manusia yang berdosa harus dihukum. Selamanya manusia harus dijauhkan dari hadirat Allah (= maut). Selama hidup ia tidak dapat mengenal Allah, dan setelah mati juga dijauhkan dari hadirat Allah di neraka. Itulah tuntutan dari Kebenaran/Keadilan dan Kekudusan Allah.
Namun hakikat Allah juga Kasih. Kasih-Nya menuntut didalam diri-Nya agar Ia menyelamatkan manusia dari hukuman kekal (maut) itu. Namun Ia tidak dapat demikian saja mengampuni manusia tanpa melanggar Kebenaran dan Kekudusan-Nya. Jadi bagaimana, apa tindakan yang dapat diambil Allah untuk menyelamatkan manusia sedemikian sehingga tidak melanggar hakikat Kebenaran/keadilan dan Kekudusan-Nya? Sebelum menjawab hal ini, mari kita memperhatikan satu illustrasi agar kita dapat mengerti dengan benar Jalan Keselamatan Allah ini:
Illustrasi arti Kurban Substitusi
Dikisahkan bahwa pada masa pemerintahan seorang Kaisar di Russia, salah seorang jenderalnya yang bernama Shamila memberontak karena melihat rakyatnya menderita dibawah tirani sang Kaisar. Shamila lari kepadang savana bersama pasukannya dan rakyatnya. Kala itu musim dingin, dan persediaan makanan semakin lama menjadi terbatas.
Karena kelaparan, rakyat yang mengikutinya sering mencuri makanan dari lumbung persediaan. Untuk menjaga persediaan, Sang Jenderal kemudian membuat peraturan terbuka untuk menghukum dengan berat (dicambuk 50 kali dimuka umum) barangsiapa yang kedapatan mencuri persediaan makanan. Singkat cerita, beberapa orang kedapatan mencuri dan kebenaran ditegakkan dengan menghukum cambuk mereka didepan rakyat agar semua maklum akan aturan itu dan agar terjadi ketertiban.
Suatu hari, ajudan Sang Jenderal datang tergopoh-gopoh kehadapannya dan dengan gugup melaporkan ada satu lagi pencuri yang tertangkap tangan. Tanpa ragu Sang Jenderal memerintahkan eksekusi agar dilaksanakan segera. Namun Sang Jenderal terkejut setelah mengetahui bahwa pencurinya kali ini adalah ibunya sendiri! Terjadi dilemma didalam dirinya: “jika aku tidak melaksanakan hukuman cambuk, maka rakyat akan memberontak karena keadilan tidak ditegakkan. Tetapi jika aku melaksanakannya maka ibuku pasti akan mati karena sudah tua dan tidak kuat menahan hukuman itu.” Inilah dilemma antara Kebenaran/keadilan yang harus ditegakkan dengan Kasihnya kepada ibunya. Malam itu Sang Jenderal tidak bisa tidur.
Fajar menyingsing, dan tiba saatnya eksekusi hukuman akan dilaksanakan. Tiang telah disiapkan dengan ibu Sang Jenderal terikat padanya, algojo & pasukan juga telah disiapkan dan rakyat telah gelisah menunggu bagaimana jadinya peristiwa pagi itu. Semua mata memandang kepada kemah Sang Jenderal menanti kemunculannya. Bermacam-macam antisipasi timbul dalam hati rakyatnya. Ada yang mengharapkan Sang Jenderal mengampuni ibunya, dengan mengabaikan peraturan Sang Jenderal sendiri. Ada yang mengharapkan hukuman tetap dilaksanakan, tapi ragu apakah Sang Jenderal tega?
Saat yang dinantikan tiba. Sang Jenderal muncul dari tendanya, dan dengan tetap tegak berjalan menuju tempat eksekusi hukuman. Dengan tegak, tegas, meskipun terlihat jelas keletihan & kesedihan wajahnya, Sang Jenderal kemudian berkata: “Rakyatku. Demi tegaknya keadilan dan berlanjutnya perjuangan kita, maka hukuman cambuk harus tetap dilaksanakan!” kemudian Sang Jenderal terdiam sejenak. Semua rakyat juga terdiam, tidak menyangka akan putusan Sang Jenderal itu.
Setelah menghela nafas, Sang Jenderal meneruskan perkataannya: “tetapi karena ibuku sudah tua dan tidak sanggup menerima hukuman itu, maka akulah yang akan menanggung hukuman itu ganti dia!” katanya sambil membuka jubahnya dan memerintahkan algojo yang bertugas untuk melepas ibunya dan mengikat dia sebagai ganti ibunya. Karena perintah yang tegas dari Sang jenderal, para algojo yang tadinya enggan dan takut melaksanakan perintah itu akhirnya melaksanakan hukuman itu untuk ibunya. Dengan demikian kedua tuntutan moral Sang Jenderal dipenuhi: kebenaran/keadilan tetap ditegakkan, sementara kasih kepada ibunya juga dapat terlaksana melalui pengorbanan dirinya menggantikan ibunya. Inilah arti kurban substitusi (pengganti).
Dapatkah anda mengerti illustrasi diatas?
Dilema didalam Allah antara tuntutan Kebenaran/keadilan-Nya dengan tuntutan Kasih-Nya diselesaikan melalui Seorang korban pengganti (korban substitusi). Kasih Allah kepada manusia menggerakkan-Nya untuk menyelamatkan mereka melalui korban pengganti yang dapat menerima hukuman maut agar manusia dapat diselamatkan (Yoh 1:29, 36; Yes. 53:6b, 2Kor. 5:21, Yoh. 19:30a, dll.). Lihat chart dibawah ini agar dapat mengerti penjelasan tentang Korban Substitusi ini.
Gbr. 2 - Kurban Substitusi merekonsiliasikan tuntutan Keadilan dengan Kasih
Selanjutnya, Korban Substitusi itu juga harus dapat memenuhi tuntutan Kekudusan Allah, dan harus menanggung maut sebagai ganti manusia.
Namun ada persyaratan bagi korban substitusi ini. Karena dosa dan maut adalah penyebab dan akibat dari dilanggarnya integritas Allah, maka untuk menyelesaikan dosa dan maut, korban substitusi itu harus dapat memenuhi seluruh tuntutan integritas Allah secara sempurna dan harus membayarnya dengan/melalui maut.
Dialam semesta ini, tidak ada satu makhluk pun yang dapat memenuhi tuntutan kekudusan/kesempurnaan Allah, kecuali Allah sendiri. Karena itulah maka ALLAH SENDIRI harus menjadi korban substitusi dan mengalami maut agar manusia dapat mengalami hidup kekal (persekutuan dengan Allah) kembali. Itulah sebabnya Ia sendiri harus datang sebagai manusia dan menjadi Seorang Juruselamat dan mati sebagai Kurban Subsitusi bagi manusia. Nama-Nya ialah Yesus Sang Mesias atau Yesus Kristus, Tuhan dan Juru Selamat dunia.
Jadi Yesus Kristus lah satu-satunya korban substitusi yang dapat memenuhi tuntutan integritas Allah dan yang dapat memberi hidup kekal itu karena Ia bukanlah salah satu dari makhluk ciptaan yang tidak memiliki integritas Allah, melainkan adalah Allah sendiri yang berinkarnasi. Karena itulah kita mengerti sekarang mengapa Allah sendiri harus berinkarnasi menjadi manusia bahkan mati bagi manusia agar manusia dapat memperoleh persekutuan lagi dengan Allah (= hidup kekal). Lihat chart dibawah untuk mengerti lebih jelas bagaimana Yesus Kristus itu dapat menjadi Jalan Keselamatan bagi manusia.
Jadi Yesus Kristuslah satu-satunya kouban substitusi yang dapat memenuhi tuntutan integritas Allah dan yang dapat memberi hidup kekal itu karena Ia bukanlah salah satu dari makhluk ciptaan yang tidak memiliki integritas Allah, melainkan Allah sendiri yang berinkarnasi. Karena itulah kita mengerti sekarang mengapa Allah sendiri harus berinkarnasi menjadi manusia bahkan mati bagi manusia agar manusia dapat memperoleh persekutuan lagi dengan Allah (= hidup kekal). Lihat chart dibawah untuk mengerti lebih jelas bagaimana Yesus Kristus itu dapat menjadi Jalan Keselamatan bagi manusia.
Jadi jika ditanyakan “mengapa Allah sendiri harus menyelamatkan manusia dan harus menjadi manusia dan mati bagi manusia?” maka kita mengerti sekarang bahwa Allah menyelamatkan manusia karena tuntutan Kasih-Nya. Dan Ia sendiri yang harus datang dan bukan utusan lain karena hanya Allah sendiri yang dapat memenuhi tuntutan Kekudusan/kesempurnaan Allah. Bukan hanya itu, Ia juga harus mengalami maut karena tuntutan Kebenaran & Keadilan-Nya yang menuntut maut bagi dosa, karena upah dosa adalah maut. Semua tuntutan integritas Allah ini hanya dapat dipenuhi didalam Diri Allah sendiri dengan jalan berinkarnasi menjadi manusia dan mati bagi manusia. Inilah yang membedakan iman Kristen dengan yang lainnya.
Allah harus menyelamatkan manusia karena tuntutan hakikat Kasih-Nya,
Allah harus meyelamatkan melalui kematian seorang korban pengganti karena tuntutan Kebenaran/Keadilan-Nya yang harus mengganjar dosa dengan maut,
dan
Allah sendiri yang harus datang sebagai manusia (Yesus) sebagai korban pengganti karena hanya Allah sendiri yang dapat memenuhi tuntutan kesempurnaan ke Kudusan-Nya.
PUJI TUHAN UNTUK KASIHNYA YANG BESAR!
Comments