top of page
  • Writer's pictureSihol Christian Robirosa

Keadilan Allah vs Anugerah Allah

Updated: Sep 14, 2018

(tulisan ini hanya memberi garis besar pengertiannya saja, dan tidak mengikutkan banyak referensi ayat di dalamnya. Untuk penjelasan yang lebih detil dengan referensi ayat-ayatnya, baca E-Book terkait, terutama E-Book "Jalan Pasti ke Sorga!" yang dapat di download dari situs BTBM Indonesia)

Dikalangan Kristen sendiri kita sering mendengar kritikan/keluhan oleh karena kurang mengerti konsep dua hal yang sangat penting di dalam kekristenan ini, yaitu Keadilan Allah dan Anugerah Allah. Contoh keluhan dan kritikan tersebut antara lain: "kalau Allah memang adil, mengapa ada orang yang senang dan ada yang susah?" atau saat mendengar konsep alkitab tentang pilihan Allah, maka kita akan berkata "Jika Allah hanya memilih sebagian orang untuk diselamatkan dan membiarkan yang lainnya, maka berarti Allah tidak adil!"


Kritikan atau keluhan-keluhan tersebut timbul karena kurang mengerti dengan baik konsep tentang Keadilan Allah dan Anugerah Allah dan bagaimana keduanya bekerja.

Untuk dapat mengerti dengan baik konsep keduanya, mari kita coba jelaskan dengan sederhana.


Seperti telah kita diskusikan dalam topik tentang hakikat-hakikat Allah yang lalu, maka kita ulangi lagi tentang ketiga Hakikat Moral Allah, yaitu Baik/Kasih, Benar/Adil dan Kudus/Sempurna. Hakikat-hakikat moral Allah ini merupakan poros dari semua pikiran, rencana dan tindakan Allah. Artinya, semua rencana, pikiran dan tindakan Allah tidak pernah keluar dari koridor hakikat-hakikat moral-Nya ini.

Misalnya, sekalipun Allah adalah Maha Kuasa (dapat melakukan apa saja dan bebas untuk melakukannya), namun Ia tidak secara langsung membinasakan manusia berdosa, karena Ia memiliki hakikat Kasih yang membuat-Nya bersabar dan bahkan memberikan jalan pertobatan.


Baik/Kasih


Allah memiliki hakikat moral yang menonjol, yaitu sifat baik-Nya. Kata yang lebih populer adalah sifat Kasih-Nya. Dari sifat ini, muncul berbagai istilah spesifik lainnya, seperti kasih setia, panjang sabar, pengampunan, penebusan, anugerah, dsb.


Kudus/Sempurna


Konsep tentang kekudusan (kesucian) di dalam Perjanjian Lama ("kodesh") dan Perjanjian Baru ("hagios") adalah sama, yaitu "keterpisahan." Keterpisahan dari apa? keterpisahan dari yang lain yang tidak sempurna. Jadi arti kekudusan adalah suatu kualitas yang sama sekali berbeda dengan yang lain, atau kata lainnya "sempurna." Ini berarti dalam segala hakikat-hakikat-Nya yang lain (mis. Kebaikan/Kasih, Kebenaran/keadilan atau dalam Kuasa-Nya, Allah adalah sempurna dan terpisah dengan yang lainnya).


Benar/Adil


Ini berarti bahwa Allah "tdk memandang muka" dan akan menghakimi setiap/semua orang (yg tdk percaya maupun yg percaya) secara sama rata dan adil "menurut perbuatannya" (1Pet 1:17, Mat 16:27, Rom 2:6, Why 2:23, 20:12).


KEADILAN ALLAH


Konsep keadilan Allah yang universal ini sama dengan konsep agama-agama lain, misalnya Islam, sekalipun hanya didalam ke-universalan-nya dan bukan di dalam arti kualitasnya. Iman Kristen memiliki informasi dan pengertian yang lebih komprehensif/lengkap tentang keadilan & penghakiman Allah ini. Jika agama-agama lain tetap berusaha untuk dibenarkan (=diselamatkan) dengan berusaha berbuat baik, maka iman Kristen telah memberitahukan hasil dari penilaian/penghakiman Allah dari usaha-usaha manusia untuk berbuat baik itu, yaitu bahwa tidak seorangpun yang dapat dibenarkan krn perbuatan baiknya (Gal. 2:16. band. Rom. 3:20, Gal. 3:11)


Jadi Allah adalah Benar & adil, yang tanpa memandang bulu akan menghakimi semua orang "menurut perbuatannya. Hasil dari penghakiman akhir itu sudah jelas: semua orang sudah bersalah dan harus dihukum dengan maut (keterpisahan dengan Allah) selamanya (Rom 3:23, 6:23).


Jika kita menuntut Allah hanya berlaku adil, maka anda dan saya sudah tidak memiliki harapan sama sekali karena pastilah semua harus dihukum maut kekal. Disinilah kedudukan agama-agama didunia yang berusaha mencari jalan ke sorga/firdaus/nibhana/moksa dengan perbuatannya sendiri.

Jadi, adakah jalan bagi kita untuk luput dari hukuman keadilan Allah ini?


Puji Tuhan, Ia tidak hanya Allah yang Benar yang menuntut ketidakbenaran, juga bukan hanya Allah yang Kudus yang menuntut kesempurnaan, tetapi Ia juga adalah Allah yg Baik. Kebaikan-Nya inilah yang telah mendorong-Nya untuk melakukan penyelamatan kita melalui penebusan Anak Tunggal-Nya, Yesus Kristus Tuhan kita.


"Yesus Kristus telah telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya" - Rom. 3:25 (artinya: kematian Yesus Kristus di salib disebabkan oleh tuntutan keadilan Allah yang harus menghukum dosa dengan maut)


Pertanyaannya: mengapa Allah dapat mengampuni dan membenarkan mereka yang percaya kepada Kristus?


Agama-agama lain (khususnya Islam) memiliki konsep bahwa pengampunan Allah dapat dilakukan melalui kebebasan kehendak Allah sendiri yang lahir dari sifat maha pemurah-Nya, dan tidak perlu suatu korban pengganti seperti konsep iman Kristen.

Dapatkah Allah mengampuni setiap orang tanpa menghukum dosa-dosanya? Konsep seperti ini ditolak oleh Kitab Suci Kristen karena melanggar hakikat Kebenaran/Keadilan Allah. Jika dosa dapat diampuni begitu saja tanpa dihukum, maka Allah yang demikian bukan Allah yang Benar/Adil. Allah yang Benar harus menghukum dosa. Jika tidak, maka Ia bukan Allah yang benar.


Bagaimana dalam iman Kristen, mengapa Allah dapat membenarkan mereka yang percaya kepada Kristus? Bukankah Allah yang Benar tetap harus menghukum dosa mereka untuk pelaksanaan kebenaran/keadilan-Nya? Roma 3:25 diatas telah menjawabnya untuk kita: Allah dapat mengampuni dan membenarkan orang yang percaya kepada Kristus, karena kepada Kristus telah dilaksanakan keadilan Allah saat Ia menanggung hukuman keadilan Allah di Golgota.


Jadi, karena Kristus telah menanggung hukuman dosa kita karena tuntutan keadilan Allah, maka sekarang Allah dapat membenarkan kita yang percaya kepada Kristus. Itulah domain dari Anugerah.



ANUGERAH ALLAH


Jika Keadilan Allah itu bersifat universal (berlaku untuk semua orang), maka anugerah Allah yang lahir dari hakikat Baik/Kasih Nya itu sepenuhnya merupakan hak prerogatif dari Allah. Anugerah SELALU menjadi hak prerogatif pemberinya.


Allah memberikan anugerah-Nya sesuai kebebasan kehendak-Nya. Secara umum Ia memberi anugerah-Nya kepada ciptaan-Nya (mis. matahari & hujan yang diterima baik oleh mereka yang baik maupun yang jahat, memberi kesehatan, kekayaan, kebahagiaan, dsb).

Secara khusus, kita membaca di dalam alkitab bahwa Allah memberikan anugerah keselamatan-Nya kepada orang-orang pilihan-Nya. Misalnya, di dalam Efesus 1:3-7, disana dinyatakan bahwa Allah telah memilih dan "menentukan dari semula" ("proorizo", predestined, mempredestinasi) mereka yang akan ditebus-Nya untuk menjadi anak-anak Allah sehingga mereka dapat "kudus dan tidak bercacat di hadapan-Nya":


3 Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga.

4 Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.

5 Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya,

6 supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya.

7 Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya,

(Ef. 1:3-7, konsep pilihan dan predestinasi ini juga dinyatakan di dalam Rom. 8:29-30)


Baik di dalam Efesus, maupun di surat Roma, Paulus secara tegas, jelas dan transparan menyatakan bahwa keselamatan orang-orang percaya didahului oleh tindakan anugerah Allah yang memilih dan menentukan dari semula (mem-predestinasi-kan) mereka yang akan memperoleh pengampunan dan penebusan-Nya. Pemilihan dan predestinasi ini dilakukan-Nya "sebelum dunia dijadikan", atau sebelum penciptaan.

Jadi kita melihat dengan jelas bahwa keselamatan orang-orang percaya didahului oleh tindakan Allah yang memilih dan menentukan dari semula mereka yang akan diselamatkan-Nya.


Disini terjadi kebingungan bagi banyak orang Kristen, seperti yang dialami pengikut Jacobus Arminius/Remostrants karena melihat semuanya dari sudut manusianya. Menurut mereka, keselamatan didahului oleh tindakan manusianya yang mau percaya kepada Kristus. Tindakan manusia yang dapat percaya kepada Kristus tersebut lahir dari kehendak bebas (free will) manusianya, bukan dari Allah.

Memang seseorang diselamatkan karena ia percaya kepada karya penebusan Allah melalui Kristus, tetapi kita harus memperhatikan catatan alkitab dan perkataan-perkataan Tuhan sendiri yang mencatat bahwa seseorang hanya dapat percaya karena Allahlah yang memberi iman kepada mereka (mis. Yoh. 6:44, 65), dan iman tersebut diberikan Allah kepada orang-orang pilihan-Nya bagi penggenapan rencana kekal Allah untuk menyelamatkan mereka (Kis. 13:48, Rom. 8:29-30)


Mendengar itu bergembiralah semua orang yang tidak mengenal Allah dan mereka memuliakan firman Tuhan; dan semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, menjadi percaya (Kis. 13:48)


Jadi seseorang dapat menjadi percaya karena ia ditarik oleh Allah (Yoh. 6:44, 65) sebagai penggenapan rencana kekal Allah untuk menyelamatkan mereka.

"Gratia praevenit fidem"

(Anugerah mendahului iman). Inilah semboyan para Reformator. inilah doktrin keselamatan yang kita pegang.



KEADILAN ALLAH dan ANUGERAH ALLAH di dalam PILIHAN ALLAH


Karena tidak mengerti secara holistik tentang konsep Keadilan dan Anugerah Allah, maka tindakan Allah yang memilih dan mem-predestinasi-kan orang-orang percaya menjadi sandungan bagi banyak orang, termasuk kalangan penganut konsep Arminius/Remostrants diatas. Mereka berpendapat bahwa dengan mempercayai konsep pilihan Allah dan predestinasi-Nya, maka kita akan menjadikan Allah sebagai tidak adil yang bertentangan dengan isi seluruh isi alkitab yang mengatakan bahwa Allah alkitab adalah Allah yang adil. Cara berpikir demikian timbul karena kurang mengerti sifat dan domain dari keduanya (Keadilan dan Anugerah Allah). Keduanya selalu di campur aduk kan, seolah keduanya dapat bertentangan.


Agar kita dapat mendudukkan keduanya dalam perspektif yang benar, kita harus mengingat hal yang penting ini:

Keadilan harus menyamaratakan perlakuan kepada setiap orang, tetapi Anugerah (pemberian cuma-cuma berdasarkan kebebasan pemberi) SELALU bersifat hak prerogatif pemberinya.


Konsep ini diajarkan oleh Tuhan sendiri di dalam Perumpamaan tentang para pekerja kebun anggur di dalam Matius 20:1-20:

  • Orang-orang yang mulai bekerja pagi-pagi sekali mendapatkan keadilan, karena mereka telah setuju untuk mendapatkan upah sedinar sehari (ay. 13), tetapi

  • orang-orang yang bekerja setelahnya mendapatkan anugerah, karena mendapatkan yang sebenarnya tidak layak mereka dapatkan.

  • saat orang-orang yang mendapatkan keadilan tuan tanah itu komplain karena tuan itu memberi anugerahnya kepada rombongan-rombongan pekerja lainnya, Tuan itu mengatakan dengan tegas bahwa tindakannya memberi kebaikan kepada rombongan pekerja-pekerja lain itu adalah tindakan anugerah, dan mereka tidak boleh iri karena tindakan anugerah itu adalah hak prerogatif dari pemberi anugerah (ay.15)


Konsep ini diulangi oleh Paulus saat membahas tentang pilihan Israel dalam Rom. 9. Saat membahas tentang kebebasan pilihan Allah antara Yakub dan Esau, maka Paulus menegaskan bahwa tindakan Allah itu bukan merupakan ketidakadilan (ay. 14), namun telah masuk ke dalam domain anugerah dimana Allah secara bebas berhak untuk memberikan kemurahan-Nya kepada siapa saja yang Ia kehendaki (ay. 15-18).

Bagi yang memprotes tindakan anugerah Allah ini, Paulus tidak bertele-tele mencoba membela Allah, tetapi langsung memperhadapkan para pengkritiknya untuk tahu diri bahwa mereka sama sekali tidak berhak untuk mempertanyakan tindakan anugerah Allah ini (ay. 19-21).


Jadi saat kita membaca tentang Allah memilih orang-orang yang akan memperoleh anugerah pengampunan-Nya, kita harus mengerti bahwa tindakan-Nya itu bukanlah suatu ketidakadilan, tetapi merupakan tindakan anugerah yang merupakan hak prerogatif Allah sepenuhnya.


Selayaknya kita justru memuji Dia, karena jika kita hanya mendapat keadilan Allah saja, maka kita semua harus mendapat hukuman kekal. Hanya oleh anugerahlah kita dapat memperoleh pengampunan dan keselamatan.


Puji Allah kita. Soli Deo Gloria!



1,299 views0 comments

Comentários


bottom of page