top of page
Writer's pictureSihol Christian Robirosa

🅺🅴🆂🅴🅻🅰🅼🅰🆃🅰🅽 #28: Dua jenis Orang Kristen

Updated: Mar 12, 2023


Saat membaca judul blog ini, mungkin Anda berpikir bahwa Kristen Asli itu adalah orang Kristen yang rajin ibadah atau ikut pelayanan, dan yang palsu adalah “orang Kristen KTP” yang tidak mau tahu tentang kerohanian, misalnya mereka yang tidak tertarik ke Gereja atau ke Gereja hanya saat Paskah & Natal saja. Anggapan stereotype ini telah salah mengambil sudut penilaian, seolah perbedaan keduanya terletak kepada aktivitas mereka, dan bukan kepada cara pandang yang diberikan oleh Alkitab yaitu dari sudut pandang Allah yang menilai hati.


Jangan salah. Berbeda dengan pandangan banyak orang, justru Alkitab mengindikasikan bahwa orang Kristen Palsu justru banyak ditemui didalam diri para pemimpin Kristen, sedangkan orang Kristen Asli banyak ditemui di dalam diri jemaat yang sederhana. Kenyataan itu sebenarnya telah dicerminkan oleh orang-orang Yahudi semasa Kristus di bumi. Banyak orang sederhana saat itu yang dengan hati terbuka mempercayai Yesus sebagai Mesias (Kristus). Sebaliknya, para pemimpin Yahudi justru menolak-Nya karena mereka memiliki konsepnya sendiri tentang Mesias sehingga malah menolak Yesus sebagai Mesias. Sejarah Israel dituliskan sebagai peringatan bagi kita, agar kita tidak jatuh ke dalam kesalahan yang sama.


Jadi, bagaimana kita membedakan keduanya: Kristen Asli vs Kristen Palsu?


Saat Kristus hidup di dunia ini, Ia sering memberikan informasi tentang kedua jenis orang Kristen ini. Namun kita jarang memperhatikannya. Mungkin karena tidak diajarkan dengan benar, atau memang karena kita mengabaikannya.

Untuk menjawab pertanyaan di atas, saya telah mengupasnya secara panjang lebar di dalam buku saya “2 jenis Orang Kristen di dalam Gereja.” Anda dapat mengunduhnya dari tautan yang ada di bawah blog ini. Disini saya ambil beberapa catatan yang secukupnya saja agar Anda dapat mengerti pembahasan tentang topik ini. Namun penjelasan yang luas dan dalam dapat Anda dapatkan di dalam buku ini.


Ada 8 hal penting yang harus kita mengerti tentang topik ini, agar kita dapat membedakan kedua jenis orang Kristen itu, baik Orangnya, maupun Pengajarannya. Ke 8 hal tersebut adalah:

  1. Kemampuan untuk membedakan apakah sesuatu atau seseorang itu dari Allah atau bukan.

  2. Apakah arti utama dari perumpamaan-perumpamaan Tuhan yang mengindikasikan kedua jenis orang Kristen di dalam Gereja-Nya? Misalnya, perumpamaan tentang Gandum vs Lalang, Perempuan-perempuan yang bijaksana vs Perempuan-perempuan yang bodoh, Domba vs Kambing, dsb.

  3. Apa ciri-ciri guru-guru palsu di dalam Gereja, dan mengapa mereka diikuti oleh banyak orang? Apakah ciri-ciri orang banyak yang mengikuti para guru palsu ini?

  4. Apa ciri-ciri berita yang dibawa oleh para guru palsu ini? Mengapa banyak orang yang tertarik dan tertipu olehnya?

  5. Perumpamaan tentang “Gembala yang Agung” di dalam Yohanes 10 sebenarnya mengajarkan jauh lebih banyak dari yang diajarkan selama ini. Disitu juga dikontraskan antara “gembala sejati” vs “gembala palsu” dan juga antara “domba sejati” vs “domba palsu.” Apakah tanda dari masing-masing, dan bagaimana Anda dapat melihatnya di dalam Gereja masa kini?

  6. Kerohanian sejati vs Kerohanian palsu. Guru-guru atau gembala-gembala palsu akan membawa kerohanian palsu ke dalam Gereja, tetapi guru-guru dan gembala-gembala sejati juga akan membawa kerohanian sejati ke dalam Gereja. Apakah ciri-ciri kerohanian sejati dan palsu ini?

  7. Keselamatan Sejati vs Keselamatan Palsu. Ini adalah bagian terpenting yang harus kita ketahui, karena ini adalah masalah Sorga atau Neraka. Gembala/Guru palsu akan membawa berita palsu. Berita palsu akan menghasilkan kerohanian palsu. Pada akhirnya kerohanian palsu akan menghasilkan Keselamatan Palsu. Dan ini adalah masalah paling besar di dalam kekristenan saat ini, dimana banyak orang Kristen yang mengatakan dia telah memiliki keselamatan, namun didasarkan kepada pondasi yang salah. Tidak akan mungkin pondasi yang salah akan menghasilkan bangunan yang benar.

  8. Bagian terakhir dari buku ini merupakan kesimpulan dan refleksi: Apakah itu keselamatan yang sejati dan yang palsu? Siapakah mereka yang mengajarkan kerohanian dan keselamatan yang palsu? Termasuk yang manakah saya?


Investasikan waktu dan sedikit uang pulsa Anda untuk membaca buku ini sehingga Anda dapat memastikan diri Anda termasuk Orang Kristen yang Asli atau yang Palsu. Klik Gambar sampul buku ini untuk mendownload:





Mengapa kita perlu mengerti hal ini secara tuntas?


Jawaban singkatnya: karena hal ini menentukan nasib kekal kita!


Pengertian kita terhadap konsep-konsep penting yang diajarkan Alkitab akan menentukan bagaimana respon kita terhadap konsep-konsep tersebut. Dan respon ini akan membentuk kerohanian kita, dan yang terpenting diantaranya adalah pengertian kita tentang Keselamatan secara benar. Berikut adalah salah satu contoh pembahasan tentang Keselamatan Sejati vs keselamatan Palsu yang ada di dalam buku ini.



Konsep Keselamatan Palsu vs Sejati


Mengapa pengertian yang benar tentang Keselamatan itu penting? Bukankah keselamatan cukup dengan hanya percaya kepada Yesus sebagai Mesias saja?

Betul, kita diselamatkan karena percaya secara sederhana kepada Yesus sebagai Mesias seperti pengertian “percaya” pada blog no #25 yang lalu. Tetapi tahukah Anda bahwa ternyata percaya yang sederhana seperti itu ternyata “mustahil” jika bukan karena anugerah Allah?


Mengapa?


Karena pada dasarnya manusia berdosa ini ingin selalu menambahkan sesuatu jasanya kepada anugerah Allah dan tidak rela untuk mempercayai kebenaran sederhana seperti itu. Sebagai hasilnya, maka di dalam Gereja-gereja lahirlah konsep-konsep yang telah kita bahas sebelumya, yaitu “Sola Gratia +” atau “Sola Gratia! Tapi..”

Ini sebenarnya adalah akibat ketidak-ikhlasan manusia untuk menganggap bahwa dirinya sama sekali tidak mampu dan tidak dapat memiliki andil dalam keselamatannya. Ini bentuk kesombongan manusia berdosa yang ingin memiliki peran di dalam keselamatannya, dan menginginkan sebagian dari kemuliaan Allah.


“Tapi kan yang percaya itu manusianya, bukan Allah...?”


Pernyataan ini sering diucapkan oleh orang-orang yang mengajarkan bahwa Keselamatan adalah hasil kerjasama antara Allah dan Manusia.


Pernyataan itu masuk akal dan gampang dicerna oleh kaum awam. Menurut cara berpikir kelompok ini, keselamatan itu adalah hasil kerjasama antara Allah dengan Manusia. Allah yang menyediakan Jalan Keselamatan, dan manusia yang harus menerimanya dengan percaya. Bukankah itu tercermin dalam ayat yang populer “barangsiapa percaya....” (Yoh. 3:16), dimana keselamatan ditawarkan kepada semua orang supaya yang percaya bisa diselamatkan?


Memang jika dimengerti secara sederhana tanpa melihat keselamatan secara holistik (dari seluruh Alkitab), seolah-olah ayat ini mengatakan bahwa manusia, dengan kemampuannya sendiri tanpa anugerah Allah, dapat percaya dan diselamatkan. Namun jika melihat keseluruhan pengajaran Tuhan dan para rasul-Nya, kita mengerti bahwa percaya (iman) itupun dari Allah.



Anda tidak dapat beriman tanpa anugerah Allah!


Pernyataan ini merupakan salah satu mutiara yang pernah hilang di dalam Gereja, sampai ditemukan ulang oleh para Reformator. Pernyataan ini merupakan jurang pemisah yang tidak terjembatani. Disatu sisi adalah kumpulan orang yang memegang konsep bahwa mereka diselamatkan karena mereka percaya kepada Kristus dengan kekuatan kemauan mereka sendiri (Sola Gratia +), dan disisi lain mereka yang percaya bahwa keselamatan seluruhnya adalah anugerah Allah dan iman yang membuat mereka percaya, juga adalah anugerah Allah (Sola Gratia!)


Darimanakah kesimpulan yang didapat bahwa iman adalah anugerah Allah?


Dari Tuhan Yesus sendiri.


Mari kita dalami pengajaran Tuhan di dalam Injil Yohanes pasal 6:22-71.




Ini adalah salah satu diskusi Yesus terpanjang dengan orang-orang Yahudi sehari setelah Tuhan membuat mujizat memberikan 5 roti dan 2 ikan kepada kira-kira 5.000 laki-laki (kalau ditotal dengan wanita dan anak-anak, mungkin mencapai 10.000 an orang).

Saat selesai mujizat, pada malam harinya para murid kembali ke seberang danau, dan Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa. Namun pada malamnya, Ia menyeberang danau menyusul murid-murid-Nya dengan berjalan di atas air danau yang sedang bergelora dan menolong mereka (ay. 1-21) dan kembali ke Kapernaum.


Pasal-pasal berikutnya mencatat diskusi Yesus dengan orang-orang Yahudi. Perhatikan kebenaran-kebenaran yang Tuhan katakan disana.


Saat pagi hari, ribuan orang yang menunggu Yesus turun dari gunung ternyata mereka tidak mendapati-Nya disana karena Tuhan sudah menyeberang ke Kapernaum malamnya dengan berjalan di atas air. Lalu merekapun menyusul-Nya kesana.

Saat mereka menemukan Dia di Kapernaum, mereka heran dan bertanya kapan Yesus sampai kesana. Tetapi seprti biasanya, Tuhan tidak berbasa-basi. Ia tahu maksud mereka mencarinya: untuk mendapatkan lagi makanan seperti kemarin. Perlu diketahui, bahwa eskatologi Yahudi mengajarkan bahwa salah satu tanda dari seorang Mesias Yahudi adalah bahwa Ia akan memberi makanan kepada bangsa Yahudi seperti Musa memberikan nenek moyang mereka makan dulu.


Tuhan lalu mengatakan bahwa makanan jasmani tetap akan habis. Karena itu mereka harusnya meminta kepada-Nya makanan sorgawi yang kekal yang akan diberikan oleh-Nya (ay. 26-27). Caranya adalah dengan mempercayai-Nya sebagai Mesias (ay. 29).

Tetapi mereka malah meminta tanda lagi, padahal kemarin mereka baru menyaksikan suatu mujizat yang besar. Mereka malah membandingkan dengan mujizat yang diterima nenek moyang mereka (ay. 30-31). Lalu Tuhan menjawab bahwa makanan dari Allah yang sesungguhnya adalah Diri-Nya sendiri, sebagai sumber keselamatan kekal (ay. 32).


Tetapi Tuhan telah tahu bahwa mereka tetap tidak akan percaya. Ayat-ayat berikut merupakan dasar pengajaran yang penting tentang iman. Darimanakah datangnya iman, mengapa mereka tidak akan percaya sekalipun melihat mujizat-mujizat yang luar biasa? Baca sendiri ayat-ayatnya dan perhatikan dengan seksama pengajaran Tuhan disini:


36 Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya.

37 Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.


Ayat 36 menyatakan bahwa mujizat belum tentu membuat seseorang percaya. Ayat 37 menegaskan bahwa orang-orang pilihan Allah PASTI akan datang (percaya) kepada Yesus, dan mereka yang datang itu tidak akan dibuang-Nya (band. Yoh. 10:28-29).


Mendengar ajaran-ajaran Tuhan berikutnya, maka merekapun bersungut-sungut dan tidak dapat percaya. Menanggapi sikap mereka, Tuhan lalu memberi pengajaran yang penting tentang siapa yang dapat percaya kepada-Nya:


43 Jawab Yesus kepada mereka: "Jangan kamu bersungut-sungut.

44 Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.


Ayat 44 dengan tegas Tuhan mengajarkan bahwa tidak seorangpun yang “dapat” datang (percaya) kepada Yesus jika Allah tidak “menarik” nya. Kata “dapat” dari kata Yunani “dunamai” yang berarti “sanggup, bisa, dapat” (G1410), dan kata “menarik” dari kata Yunani “helkuon” yang berarti “menarik” (G1670).


Artinya jelas: tanpa anugerah dari Allah yang menariknya, tidak seorangpun yang dapat atau sanggup untuk percaya kepada Yesus.


Ayat-ayat selanjutnya mencatat tentang pengajaran Tuhan tentang “Roti Hidup” yang tidak dapat dimengerti oleh orang banyak itu, sehingga akhirnya mereka membubarkan diri dengan bersunggut-sungut. Menganggapi hal itu, Tuhan sekali lagi MENEKANKAN pengajaran-Nya di ayat 44 dengan sedikit penggantian kata tetapi dengan arti yang lebih kuat:


64 Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya." Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia.

65 Lalu Ia berkata: "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya."


Kata “mengaruniakannya” diterjemahkan dari kata Yunani “didominon” dari akar kata “didomi” yang berarti “memberi, menganugerahkan, mengaruniakan” (G1325). Jadi artinya memperjelas arti kata “ditarik” oleh Bapa dalam ayat 44.


Ayat-ayat berikutnya (ay. 66-71) mencatat perbedaan respon 2 jenis orang Kristen: mereka yang tidak bisa percaya dan mereka yang tidak bisa tidak percaya karena Allah telah mengaruniakan kepada mereka. Petrus mewakili para murid yang percaya mengatakan bahwa mereka telah tahu dan percaya bahwa Yesus adalah Mesias (ay. 68-69).


Konsep ini juga diteruskan oleh para rasul, terutama yang paling banyak mengajarkan adalah rasul Paulus. Tulisannya yang terkenal tentunya di dalam Efesus 2:8-9.


8 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,

9 itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.


Kata “oleh” iman, seharusnya “melalui” iman, karena kata Yunani yang dipakai adalah “dia” yang berarti “melalui” (G1223). Lihat semua terjemahan bahasa Inggrisnya, yg memakai "through" (melalui) dan bukan "by" (oleh).

Kata “itu” menunjuk kepada keduanya: anugerah keselamatan, tetapi juga bisa menunjuk kepada iman, atau keduanya. Tetapi menurut Filipi 1:29, kata “itu” lebih ditujukan kepada anugerah pemberian iman:


Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia, (Fil. 1:29)


Ayat ini menunjukkan bahwa baik iman maupun menderita untuk Kristus adalah pemberian Allah.



Mengapakah “hal yang kecil” ini dianggap penting? Kan keduanya sama-sama percaya kepada Yesus, titik?


Mungkin bagi kita yang kurang begitu tertarik mendalami pengajaran yang benar, kita sering menganggap sepele hal-hal yang “kelihatan” kecil seperti ini. Tetapi hal ini bukanlah hal yang sepele. Kesadaran bahwa keselamatan adalah semata-mata anugerah dari Allah lahir dari hati yang sudah diterangi sehingga sadar dirinya memang orang yang berdosa yang tidak memiliki kemampuan atau jasa apapun untuk diselamatkan. Termasuk didalamnya kesadaran bahwa imannyapun bukan hasil usahanya, tetapi karya Roh Tuhan melalui pemberitaan Injil. Tanpa Roh Tuhan dan pemberitaan Injil yang menjangkaunya, MUSTAHIL baginya untuk percaya dan diselamatkan. Jadi ia mengerti Allahlah yang bekerja didalam segala sesuatu untuk keselamatannya. Karena itu ia menjadi seorang yang rendah hati dan dapat berseru bersama dengan orang-orang percaya sejati sepanjang masa: “Sola Gratia! Kemuliaan hanya bagi Allah saja.”


Sebaliknya, bagi orang yang menganggap bahwa imannya adalah hasil dari kemampuan atau kekuatan kehendaknya sendiri, maka keselamatan yang diterimanya merupakan hasil usahanya sendiri. Ia menganggap bahwa keselamatan adalah tergantung usahanya sendiri. Allah hanya menyediakan jalan keselamatan, dan akhirnya keselamatan tergantung kepadanya sendiri. Dia dapat menolak keselamatan yang ditawarkan Allah. Jika ia mau, maka ia mendapat keselamatan itu. Tetapi jika ia menolak, maka keselamatan tidak akan menjadi miliknya. Jadi semuanya tergantung kepada dirinya, bukan kepada anugerah Allah semata. Dialah penentu keselamatannya sendiri. Tidak peduli Allah sudah berencana apa, semua rencana itu tergantung kepada keputusannya sendiri: bisa terlaksana dan bisa juga gagal!


Dengan demikian ia menempatkan Allah sebagai pelengkap saja, seperti seorang penjaja makanan yang menawarkan jualannya. Ia tidak berdaya terhadap kehendak kita untuk membeli atau tidak. Kalau kita membeli syukur, kalau tidak bangkrutlah dia. Dengan mendudukkan Allah ditempat seperti ini, tanpa kita sadari kita telah menghina Allah sebagai Allah yang impoten karena tidak dapat menyelesaikan rencana kekal keselamatan-Nya.


Semoga pembaca dapat mengerti perbedaan yang “kelihatan kecil” ini, tetapi lahir dari suatu jiwa yang sama sekali berbeda dan berseberangan. Tetaplah rajin untuk menggali harta-harta rohani lainnya yang telah ditemukan dan disimpan oleh bapak-bapak Gereja reformasi kita. Jangan sampai kita kehilangan satupun.


Semoga bermanfaat.


Salam Kristen Awam

FB page: @KristenAwamPencariSorga


Youtube Channel: Kristen Awam


Website:


Buku-buku tulisan Kristen Awam dan terbitan BTBP dapat anda unduh di:


atau buku-buku teksbook seminary di:


Buku tentang Keselamatan (Doktrin Keselamatan) dapat diunduh dari:

80 views0 comments

Comments


bottom of page