top of page
Writer's pictureSihol Christian Robirosa

🅺🅴🆂🅴🅻🅰🅼🅰🆃🅰🅽 #26:Kristus Bukan Satu-satunya Jalan Keselamatan (Implikasi Teologi Pluralis)

Updated: Mar 9, 2023



Setelah membaca ulasan saya tentang “Percaya” di dalam Blog saya terdahulu (Sesi #25), seorang teman lama saya menuliskan bahwa ia percaya bahwa pada akhirnya keselamatan tidak tergantung kepada kepercayaan kepada Kristus yang hanya eksklusif untuk orang –orang Kristen saja, tetapi tergantung kepada perbuatan masing-masing orang. Karena itu mereka yang tidak percaya kepada Kristus, tetap mendapatkan kesempatan yang sama untuk diselamatkan melalui perbuatan mereka, terlepas apakah mereka percaya kepada Yesus Kristus atau tidak.


Sekalipun saya kaget mendengar pendapatnya, tetapi saya cepat maklum karena diingatkan bahwa banyak teolog-teolog Protestan yang mempengaruhi gereja-gereja Protestan di Indonesia sejatinya sudah lama menganut konsep yang disebut Universalisme tersebut. Cara pandang itu jika tidak mendapat koreksi segera, maka adalah suatu keniscayaan jika pada akhirnya pandangan tersebut akan diserap dan dipercayai orang Kristen di bawah. Namun saya tidak menyangka kalau konsep tersebut cukup cepat diserap oleh akar rumput kaum Kristen awam. Semoga saja teman saya tersebut memiliki pengertian tersebut bukan dari hasil khotbah-khotbah yang didengarnya, tetapi dari ketidakmengertiannya tentang kedudukan dan fungsi dari iman dan perbuatan.


Dari manakah pandangan yang menyatakan bahwa keselamatan itu tidak eksklusif melalui Yesus Kristus saja?


Pandangan Universalisme ini telah menjadi pergumulan dan perdebatan di dantara para teolog dan bapak-bapak gereja selama ribuan tahun yang lalu. Namun sejarah gereja menunjukkan kepada kita bahwa Universalisme yang dianut oleh gereja Katolik itu kemudian dikoreksi oleh gerakan reformasi protestan dan mengembalikan eksklusifitas Yesus Kristus sebagai Jalan Keselamatan satu-satunya.


Pandangan Universalisme ini adalah pandangan yang menyatakan bahwa pada akhirnya SEMUA orang akan masuk kedalam Sorga. Pemegang konsep Universalisme yang paling banyak adalah pandangan Katolik. Doktrin keselamatan (Soteriologi) Katolik menyatakan bahwa bagi mereka yang perbuatannya pantas (“merited”) untuk ke Sorga seperti para Santo, maka mereka akan langsung pergi ke Sorga. Namun bagi orang yang meritnya belum cukup, maka mereka harus pergi dulu ke dalam purgatori (api penyucian) terlebih dahulu untuk menebus dosanya. Sesudah “impas”, maka barulah mereka akan masuk ke Sorga. Jadi pada dasarnya semua orang akan ke Sorga, apakah langsung, atau masuk ke purgatori dulu. Inilah konsep Universalisme.


Karena toh pada akhirnya semua orang akan ke Sorga juga, maka peran Kristus sebagai Penebus dosa dan jalan kepada Allah satu-satunya semakin berkurang signifikansinya. Karena itu para teolog Katolik kemudian berpikir bahwa pada akhirnya yang terpenting itu bukan Kristusnya, tetapi perbuatan baik seseorang. Karena setiap orang akan dihakimi menurut perbuatannya. Apalagi secara faktual, perbuatan-perbuatan baik yang paling menonjol di bumi ini dilakukan bukan oleh orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus, tetapi diluar lingkungan iman Kristen/Katolik seperti para humanis, para penganut buddhisme maupun Hinduisme dan bahkan para ateis.


Konflik batin seperti itu yang rupanya tidak dapat dijawab dengan tuntas oleh kekristenan, sehingga secara pelan tapi pasti, konsep inklusif itu kemudian memasuki konsep gereja, pertama gereja Katolik, lalu masuk kedalam cara pikir para teolog Protestan juga. Maka terciptalah cara pandang Inklusif dalam teologi, khususnya teologi Keselamatan (Soteriologi), yang sering disebut juga sebagai Teologi Pluralisme atau Teologi Oikumenisme, yang kemudian menjadi kegerakan.


Teologi & Gerakan Oikumenis/Pluralisme/Inklusif


Setelah beberapa abad Gerakan Reformasi, didalam gereja-gereja “Arus Utama” (menunjuk kepada gereja-gereja hasil reformasi yang sudah memiliki organisasi lama, terutama gereja Protestan Lutheran) timbul suatu gerakan yang disebut “Gerakan Pluralisme.”


Pluralisme adalah “paham yang mengakui adanya satu kebenaran yang dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Karena itu penganut pluralisme memiliki suatu sikap terbuka terhadap adanya kebenaran, bahkan menerima kebenaran yang ada di dalam agama-agama lain.


Pluralisme Teologis muncul dalam era ini dipicu oleh pengaruh Universalisme yang dimotori oleh Clement dan Origenes pada awal abad ke 2 yang pada abad 14 (renaissance) dan abad 18 (Enlightment) memperoleh momentumnya lagi melalui ajaran teolog Jerman J.W.Peterson dan E.C. Hockmann yang mengajarkan pemulihan akhir jiwa-jiwa (Universalisme).


Ajaran ini kemudian dibawa ke benua Amerika oleh Persaudaraan Baptis Jerman yang memelopori universalisme di Amerika. Yang terkenal diantaranya adalah Friedric Schleiermacher (1768-1834) yang menjadi bapak Teologi Liberal Modern. Benang merah Teologi Universalisme ini terus berlangsung sampai memperoleh momentum besarnya didalam Konsili Vatikan II (1962-1965) yang menyatakan bahwa kebenaran bukan milik eksklusif orang Kristen.


Keputusan Konsili inilah yang memunculkan teologi pluralisme yang mula-mula dikembangkan oleh para teolog Katolik berdasarkan konsep konsili itu. Diantara mereka yang terkenal adalah Hans Kung, Karl Rahner, dan Paul F. Knitter. Teologi ini kemudian mempengaruhi teolog protestan penganut universalisme seperti John Hick dan John A.T. Robinson.

Secara perlahan tapi pasti, teologi ini kemudian mempengaruhi teolog-teolog Protestan yang dipelopori oleh teolog-teolog liberal-pluralis seperti Leslie Newbigin, B.M. Ahn ,K. Harnstein/W. Freytag, J.C. Hoekendijk, D. Bonhoeffer, M.A.C. Warren, dll. Di Asia ada Choan Sen Song, S.J. Samartha, Yoewangge, dsb.


Pengaruh teologi pluralisme ini mencapai puncaknya setelah memperoleh legitimasi dalam Konsili Vatikan II (1962-1965) dikalangan Katolik, sementara dikalangan Protestan memperoleh kesempatan yang lebih luas dengan keluarnya Mandat Ketiga tahun 1972-1977 dari The Theological Education Fund (TEF), suatu badan dibawah WCC (Dewan Gereja-Gereja se Dunia) yang mengalokasikan dana jutaan dollar untuk sekolah-sekolah tinggi dan perpustakaan teologi didunia ketiga yang didominasi denominasi Protestan Arus Utama. Dana ini kemudian dipakai untuk mempromosikan buku-buku liberal-pluralis dan mendanai beasiswa-beasiswa pendeta negara-negara ketiga ke sekolah-sekolah Alkitab yang mempromosikan pemikiran liberal-pluralis.

Salah satu akibat dari gerakan ini adalah tidak diakuinya Yesus Kristus sebagai satu-satunya Jalan Keselamatan/jalan kesurga dan menyatakan bahwa SEMUA agama memiliki Kristus-kristusnya yang dapat menyelamatkan mereka (diperkenalkan dengan konsep “Cosmos Christ”). Karena itu pandangan ini menyatakan bahwa kebenaran (baca: keselamatan) bukan eksklusif melalui Yesus Kristus saja, karena setiap kepercayaan memiliki "kristus-kristusnya sendiri" yang dapat menyelamatkan mereka. Di dalam kepercayaan Hindu ada Krishna, didalam Islam ada Muhammad, dan didalam Buddhisme ada Sidharta Gautama.


Karena itu pengertian "Misi" ortodok (yaitu pemberitaan tentang Injil pertobatan & pengampunan dosa karena Yesus Kristus) telah diganti dengan "Dialog" (yaitu apa persamaan yg dapat mempersatuan semua agama, dan membuang apa saja yang bersifat ekslusif dari agama tersebut). Karena itu gerakan ini disebut sebagai gerakan Oikumenisme atau gerakan Inklusifisme.


Karena itu jugalah di Dewan Gereja Dunia (DGD) dan organisasi-organisasi dibawahnya (di Indonesia adalah Persekutuan Gereja Indonesia/PGI), departeman “Misi” dihilangkan dan diganti departemen “Dialog.” Ditingkat gereja lokal, istilah “pelayanan misi” telah dihilangkan dan diganti “pelayanan masyarakat (Pel-Mas)” atau “dialog,” atau dengan istilah-istilah sejenis. Pengertian dari kata "Zending" (Belanda) yang semula berarti 'mission" atau 'Misi" dalam pengertian pemberitaan Injil kepada suku-suku bangsa yang belum mendengar Injil, telah berganti artinya menjadi sekedar pertukaran mimbar semata atau kegiatan-kegiatan lain yang tidak berhubungan dengan pemberitaan Injil kepada mereka yang masih belum percaya.


Refleksi


Jika melihat bagaimana orang-orang non Kristen menunjukkan tingkah laku yang lebih memiliki kasihsayang dari gereja dan orang-orang Kristen, memang sulit untuk mengatakan bahwa mereka akan terhilang tanpa percaya kepada Yesus Kristus. Dan lebih sulit lagi untuk mempercayai bahwa untuk dapat diselamatkan, cukup dengan percaya kepada Kristus sebagai Juru Selamat & Tuhan kita.


Tetapi keduanya ada tertulis dengan jelas di dalam Kitab Suci kita. Karena itu mau tak mau kita harus mempercayainya. Percaya dengan pengertian sederhana, seperti blog kita yang lalu. Hanya itu yang dapat kita lakukan. Diluar itu kita tidak mampu, bahkan jika berusaha dengan pengertian yang salah, maka usaha kita itu dapat menjadi senjata mematikan yang disebut “mendirikan kebenaran sendiri” seperti kaum Yahudi sampai saat ini (Rom. 10:1-3)


Karena itu, marilah kita mempercayai Yesus Kristus secara sederhana dan sementara ini kita lupakan dulu hal-hal yang kurang kita pahami yang sering merisaukan hati kita. Seperti bagaimana nasib orang-orang baik yang tidak pernah sekalipun mendengarkan berita baik tentang Kristus, bagaimana nasib orang-orang primitif yang sudah punah dan belum mendengarkan Injil sekalipun? Bagaimana mereka dapat diselamatkan, karena di Sorga nanti ada wakil-wakil mereka juga karena disana akan hadir manusia dari “segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa” (Why. 7:9)


Biarlah semua itu menjadi misteri untuk saat ini. Sampai suatu saat Anda dan Saya sudah berani menuliskannya.


Untuk dapat mengerti sejarah berkembangnya teologi pluralisme ini, baca buku DR. Stenvri Lumintang yang berjudul "Teologi Abu-abu" yang dapat Anda dapatkan di marketplace Indonesia.


Salam Kristen Awam

FB page: @KristenAwamPencariSorga


Youtube Channel: Kristen Awam


Website:


Buku-buku tulisan Kristen Awam dan terbitan BTBP dapat anda unduh di:


atau buku-buku teksbook seminary di:


Buku tentang Keselamatan (Doktrin Keselamatan) dapat diunduh dari:

177 views2 comments

2 Yorum


rijaltrisudarmansihombing
19 Şub 2023

Terimakasih amang naburju..semoga lewat karya tulis ini banyak org yg tergugah utk sepenuhnya berpegang pada firman Allah,. GBU amang🤝😊

Beğen
Sihol Christian Robirosa
Sihol Christian Robirosa
20 Şub 2023
Şu kişiye cevap veriliyor:

Horas jala mauliate amang/inang. Tuhan memberkati kita semua.

Beğen
bottom of page