Gambar lembah Efrata di Bethlehem dimana para gembala menggembalakan domba-dombanya dan contoh sebuah menara pengawas darimana para gembala dapat mengawasi domba-dombanya, sekaligus tempat berteduh dan bermalam bagi mereka (Sumber: internet)
Bagi sebagian kita tentu telah membaca atau telah mendengar cerita tentang nama “Migdal Eder” (Migdal=Menara, Eder=Kawanan Domba) yang santer dibicarakan belakangan ini sebagai tempat dimana Kristus lahir. Apakah Migdal Eder itu dan dimana lokasinya sehingga tempat ini diyakini sebagian orang sebagai tempat lahirnya Mesias?
Pencarian tempat persisnya dimana Mesias lahir ini dipicu dari narasi Injil Lukas tentang pemberitahuan para malaikat kepada para gembala di Efrata yang hanya memberi 3 indikasi dimana Mesias itu lahir, namun para gembala tersebut dapat menemukannya. Artinya dengan ketiga informasi itu mereka langsung tahu mereka harus kemana untuk menemukan bayi Mesias itu.
Mari kita baca narasi Injil Lukas tentang peristiwa itu.
Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa:
Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.
Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan." (Luk. 2:10-12)
Setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke sorga, gembala-gembala itu berkata seorang kepada yang lain: "Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita."
Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan. (Luk. 2:15-16)
Ada 3 informasi yang diberikan malaikat tentang tempat Mesias lahir, yaitu (1) di kota Daud (Bethlehem), (2) dibungkus dengan lampin, dan (3) terbaring dalam palungan.
Narasi bagian kedua patut kita renungkan. Tidak ada indikasi sama sekali bahwa mereka ragu atau mencari-cari lagi tempat yang dimaksud. Mereka “cepat-cepat berangkat dan menjumpai...” mengdindikasikan bahwa mereka tidak memiliki keraguan sedikitpun akan kemana tempat yang mereka tuju. Artinya mereka sudah sangat familiar dengan tempat yang dimaksud. Jika demikian, pastilah tempat tersebut terindikasi di dalam kata-kata malaikat itu, terutama kedua kata terakhir.
Sebelum itu, harap diperhatikan dengan seksama bahwa saat kelahiran Mesias ini tidak melibatkan bintang di Bethlehem dan para Majus dari Timur (kemungkinan dari Persia atau Iran masa kini). Itu 2 peristiwa yang berbeda. Kedatangan para Majus diperkirakan saat Kristus sudah bukan bayi lagi, dan mereka tidak lagi berada di kandang domba, tetapi sudah tinggal di dalam sebuah rumah (Mat. 2:11). Perkiraan usia Yesus saat itu sudah tidak bayi lagi, namun masih dibawah usia 2 tahun (Mat. 2:15).
Sekarang kembali ke peristiwa kelahiran itu. Mengapa informasi tentang “seorang bayi yang dibungkus dengan kain lampin” dan “terbaring dalam palungan” dapat menjadi petunjuk yang pasti bagi mereka akan tempat yang dimaksud?
Untuk mengerti itu, kita harus belajar sedikit tentang konsep pengharapan orang Yahudi akan dimana Mesias akan datang, sehingga kita dapat mengerti cara berpikir para gembala.
Orang yang pertama sekali dikenal mengupas tentang hal ini adalah Alfred Edersheim yang menuliskan bukunya yang terkenal sampai kini yang berjudul “The Life and Times of Jesus the Messiah” (untuk download klik disini), yang terbit pada tahun 1953 yang mengupas secara detil seluruh sejarah kehidupan Kristus dan masa-masa kehidupan-Nya itu. Buku setebal 1700 halaman ini masih menjadi buku klasik pegangan para sejarah alkitab masa kini.
Menurut Edersheim, Mika 4:8 adalah tempat darimana orang Israel percaya bahwa Mesias akan datang dari sana:
Dan engkau, hai Menara Kawanan Domba (“Migdal Eder”), hai Bukit puteri Sion, kepadamu akan datang dan akan kembali pemerintahan yang dahulu, kerajaan atas puteri Yerusalem. (Mika 4:8)
Nama Migdal Eder ini hanya 2 di dalam kitab Perjanjian Lama, yaitu di dalam Mika 4:8 ini dan sebelumnya ada di Kej. 35:21, di dekat Yakub memasang kemahnya setelah ia menguburkan Rahel di tugu kubur Rahel yang ada di pinggir jalan ke Efrata Bethlehem yang masih ada sampai sekarang.
Kuburan Rahel (Sumber: https://www.biblewalks.com/rachelstomb)
Menurut Edersheim yang dikutip oleh Bambang Noorsena, Targum Yonatan menafsirkan Kej. 35:21 sebagai berikut:
“Migdal Eder, Menara Kawanan Domba, tempat Raja Mesiah akan menyatakan diri-Nya pada hari-hari terakhir” (dikutip oleh Bambang Noorseno dalam Refleksi Ziarah Tanah Suci, ISCS, 216)
Artinya, para Rabbi yang menulis Targum (Targum adalah penafsiran kitab-kitab Yahudi yang dituliskan di dalam bahasa Aram. Targum Yonatan menafsirkan tulisan-tulisan para nabi – Naviim) telah mengerti benar signifikansi dari Migdal Eder. Ia tidak hanya sebagai sebuah menara untuk mengawasi kawanan domba, tetapi sebuah pertanda asal kedatangan Mesias.
Rita Wahyu, menjelaskan bahwa Targum Yonatan menuliskan Mika 4:8 ini dengan mempersonifikasikan Migdal Eder ini sebagai Mesias (https://www.sarapanpagi.org/migdal-eder-dan-domba-yang-dikorbankan-vt10822.html#p68269):
Dan engkau, hai Migdal-Eder (Mesias), hai Bukit puteri Sion, kepadamu akan datang dan akan kembali pemerintahan yang dahulu, kerajaan atas puteri Yerusalem. (Mika 4:8)
Lebih lanjut, Edersheim juga menemukan bahwa Migdal Eder ini adalah menara untuk mengawasi domba-domba pilihan yang akan dipakai dalam upacara korban penebus dosa di Bait Allah di Yerusalem. Edersheim menemukan di kitab Mishnah, Shekalim 7:4 bahwa Migdal Eder juga merupakan batas yang berupa lingkaran dari Yerusalem dimana domba-domba jantan akan dipakai sebagai korban bakaran, dan domba-domba betinanya sebagai korban-korban pendamaian. Domba-domba yang ditemukan sebulan sebelum hari Paskah, juga cocok sebagai korban Paskah.
Berbekal informasi ini, maka Edersheim menyimpulkan bahwa para gembala yang menjaga di padang Efrata itu adalah gembala-gembala dari keluarga imam yang mengerti arti domba bagi Bait Allah dan mengerti signifikansi dari Migdal Eder, dimana Mesias akan dilahirkan. Karena itu saat mendengarkan pengumuman bahwa Mesias telah lahir, mereka tidak memerlukan informasi lain dan tidak mencari-cari lagi seluruh kandang domba di Bethlehem, tetapi langsung pergi ke tempat Mesias dinyatakan kepada bangsa Israel, yaitu di Migdal Eder.
Sebuah menara pengawas domba di Bethlehem tahun 1934 (sumber: https://olivetreealliance.org/2021/12/03/pinpointing-messiahs-nativity/)
Anak-anak domba yang lahir di Bethlehem: tipologi bayi Yesus
Karena begitu berharganya anak-anak domba yang lahir untuk menjadi korban di Bait Allah Yerusalem, maka mereka dipelihara dengan hati-hati sejak kelahirannya.
Saat mereka lahir, anak-anak domba ini dibungkus dengan kain lampin agar terlindung dari luka dan dari dinginnya udara, apalagi saat musim dingin.
Mereka akan dibawa ke tempat yang hangat, yaitu ke gua-gua batu yang juga merupakan tempat tidur para gembala atau ke menara kawanan domba yang dibawahnya merupakan kandang bagi domba-domba mereka.
Jika kita pikirkan lebih dalam mengapa Yesus harus lahir di kandang domba, maka kita harus berpikir itu bukan suatu kebetulan. Allah pasti memiliki maksud yang presisi dalam seluruh riwayat hidup inkarnasi-Nya. Apakah itu?
Sekarang kita dapat memberi kesimpulan mengapa Mesias harus lahir di kandang domba, lebih tepatnya di Migdal-Eder, yaitu untuk menggenapi janji-Nya bahwa Mesias akan dinyatakan dari sana.
Karena itu para gembala dapat segera mengerti kemana mereka harus mencari bayi Mesias itu.
Bayi "yang dibungkus dengan kain lampin" itu juga menggenapi makna bahwa bayi itu adalah anak yang akan menjadi "Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia" (Yoh. 1:29)
Puji Tuhan atas penggenapan-penggenapan yang sangat presisi ini.
Apakah informasi ini benar dan apakah gunanya bagi kita?
Kita memang mendasarkan informasi utama dari Kitab Suci yang kita pegang ini. Tetapi kita juga harus membuka mata terhadap sumber-sumber sekunder seperti sejarah, dan kitab-kitab tafsiran Yahudi seperti Talmud, Mishnah, Gemara dan Targum karena mereka dapat memperkaya wawasan kita. Tentu kedudukannya tidak dapat setara dengan kitab-kitab kanon, tetapi sebagai sumber-sumber yang baik untuk mengerti cara berpikir bangsa Yahudi. Dengan demikian kita tidak menjadi picik, tetapi dapat mendudukkan semua sumber informasi secara bijak.
Dalam hal Migdal Eder ini, kita tidak dapat memastikan kebenarannya 100%, tetapi dengan mengerti pentingnya Migdal Eder ini bagi kaum Yahudi, kita dapat memasukkan kedalam gudang pengertian kita yang semakin memperkaya wawasan kita dan memperkuat iman kita.
Sekurangnya informasi ini memberikan kepada kita konfirmasi bahwa Natal adalah peristiwa sejarah, dan kita dapat terus mengingat bahwa Allah telah berinkarnasi di suatu kota/desa kecil yang bernama Bethlehem. Karena itu kekristenan bukan agama khayalan seseorang atau satu grup pendiri agama, tetapi merupakan sejarah yang riil. Puji Tuhan, Soli Deo Gloria.
Salam Kristen Awam
FB page: @KristenAwamPencariSorga
Youtube Channel: Kristen Awam
Website:
Buku-buku tulisan Kristen Awam dan terbitan BTBP dapat anda unduh di:
Bagi yang ingin memperdalam pengetahuan ini, dapat membeli/mendownload buku Edersheim dengan klik gambar di Bawah ini:
Comments