“Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang Lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukumTaurat.” (Gal. 4:4)
Frasa ―”setelah genap waktunya” didalam ayat diatas merupakan suatu pernyataan yang penting dari Alkitab. Artinya, kedatangan Mesias kedalam dunia adalah rencana Allah yang telah ditentukan dari semula secara presisi, baik jam, tanggal, tahun, maupun pentasnya. Frasa ini juga menunjukkan bahwa kedatangan Allah kedalam dunia ini adalah sesuatu yang telah dijanjikan dan dinantikan pada tahun, abad dan millenium sebelumnya seperti yang nyata dalam gambaran-gambaran tentang Mesias dan keselamatan dari-Nya yang dinyatakan didalam seluruh Perjanjian Lama diatas. Demikian pula dengan frasa-frasa berikutnya:―”Allah mengutusAnak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan” dan ―”takluk kepada Hukum Taurat,” seluruhnya memiliki makna penggenapan dari seluruh janji Allah didalam Perjanjian Lama. Semua frasa itu merupakan penggenapan akan janji Keselamatan dari Allah yang telah dinyatakan-Nya secara progressif dalam Perjanjian Lama. Mari kita membahasnya.
“Setelah genap waktunya..”
Pada saat yang tepat, sesuai rencana Allah, maka janji Allah tentang Mesias kemudian digenapi. Sekitar 2000 tahun lalu, dalam pentas dunia yang telah dipersiapkan Allah, Allah datang kedalam sejarah manusia sebagai Mesias didalam manusia Yesus. Sekarang kita mulai mengerti bahwa Allah telah mendesign keadaan dunia ini secara pas untuk kedatangan Mesias. Berikut beberapa hal yang dapat dicatat tentang keadaan dunia saat kedatangan Kristus kedunia:
1. Dunia Kebudayaan dan Bahasa
Sekitar tiga ratus tahun sebelumnya, tepatnya tahun 323 BC, Aleksander Agung ―”Sang Macan Tutul” dari Yunani (Dan. 7:6) dengan cepat menaklukkan kerajaan Persia (Kerajaan Beruang atau Domba JantanDan. 7:5; 8:7) yang saat itu menguasai dunia. Ambisinya yang besar membuatnya mencoba menaklukkan terus kearah Timur sampai ke India.Setelah gagal menyeberang ke India, saat ia kembali kearah barat dan berada di istana Nebukadnesar di Babilonia yang ditaklukkannya, ia tiba-tiba mati dalam usia muda (33 tahun). Sekalipun waktunya hanya singkat, Aleksander Agung telah menyebarkan kebudayaan Yunani (cara berpikir, bahasa, kebiasaan) keseluruh “dunia” yang kemudian dikenal dengan nama “Hellenism” atau “Hellenisme.” Penyebaran ini merupakan akibat dari pengaruh kuat gurunya (yaitu Aristoteles, yang adalah murid Plato, yang adalah murid Socrates) yang memiliki semangat untuk mempersatukan dunia dalam hal Ilmu Pengetahuan (Science) dan Filosofi. Semangat meyatukan dunia ini menggerakkan Aleksander untuk menyatukan budaya dunia menjadi budaya Yunani. Proses penyatuan budaya inilah yang kemudian disebut “Hellenisme” itu. Kebudayaan ini akan terus mewarnai kehidupan dunia dizaman jauh sesudah Aleksander Agung. Bahasa Yunani kemudian menjadi bahasa sehari-hari (lingua franca) dari bekas jajahan Aleksander (zaman kini jajahannya mencakup Italy, Yunani, Makedonia, Turki, Siria, Irak, Iran, Pakistan, Timur Tengah, Mesir), atau minimal menjadi bahasa kedua. Itu sebabnya Allah juga telah mempersiapkan sehingga Kitab Suci orang Yahudi (Perjanjian Lama orang Kristen + apocrypha & deuterocanonical) telah diterjemahkan kedalam bahasa Yunanioleh 70 akhli Ibrani & Yunani di Aleksandria Mesir. Kitab ini selesai ditulis pada tahun 132BC yang dikenal sebagai Septuaginta, sering ditulis dengan LXX. Kitab ini mempersiapkan semua bangsa untuk mengenal Jalan Keselamatan yang dinyatakan Allah didalam Perjanjian Lama itu. Bahasa Yunani pula menjadi bahasa yang dipersiapkan Allah untuk bahasa Injil-Nya (Alkitab Perjanjian Baru) karena bahasa ini adalah bahasa yang paling lengkap perbendaharaan katanya dan paling banyak menyumbangkan kosa kata kedalam bahasa lain. Bahasa ini begitu lengkap dan dalam karena diperkaya oleh para pemikir (filsuf) Yunani yang selalu mencari sesuatu yang baru dan menciptakan suatu pemikiran yang baru sehingga membutuhkan kosa kata yang baru (band. Kis. 17:21). Itu juga sebabnya maka para filsuf besar berasal dari Yunani. Sekarang kita mengerti bahwa semua itu bukan kebetulan, tetapi merupakan pentas yang telah dipersiapkan Allah untuk kedatangan Mesias, Anak Tunggal-Nya.
2. Dunia Politik dan Dagang
Secara politik, saat Mesias lahir, dunia masa itu yang telah dikuasai kerajaan Romawi berada didalam keadaan damai. Setelah terjadi banyak perang karena intrik-intrik dalam senat Romawi yang sebelumnya pemerintahannya berbentuk Republik, maka Roma kemudian menjadi suatu kerajaan yang kuat dengan Agustus sebagai Kaisar pertamanya (dilantik tahun 27 BC). Dengan karisma dan kekuatannya, Agustus mampu menyatukan semua kekuatan politik yang selama ini saling sikut, sehingga terjadi kedamaian di seluruh daerah kerajaan Romawi. Masa damai ini berlangsung lama(sampai kira-kira tahun 180AD), sehingga para sejarahwan menyebutnya dengan istilah “Pax Romana” (Kedamaian Roma). Kuil Janus (DewaPerang) yang selalu terbuka saat ada perang dan ditutup saat ada kedamaian (jarangterjadi), telah ditutup oleh Kaisar Agustus secara permanen pada tahun 25 BC. Inilah masa keemasan dan kestabilan kerajaan Romawi. Dengan kestabilan politik ini, Allah sekali lagi telah mempersiapkan pentas bagi kedatangan Mesias. Dengan kestabilan politik ini, maka kaisar Agustus dapat mengeluarkan dekrit untuk melakukan sensus diseluruh daerah jajahannya, termasuk tanah Palestina dan dikotaBetlehem dimana Kristus akan lahir. Dengan adanya sensus yang baru pertama kalinya itu, maka Kristus akhirnya lahir dikota yang telah dinubuatkan, yaitu Bethlehem (Luk. 2:1-7). Disamping itu, sensus Agustus ini kemudian menjadi suatu catatan fakta sejarah akan kelahiran Kristus dan mematahkan pendapat para musuh iman Kristen yang mengatakan bahwa Yesus bukanlah fakta sejarah. Sekali lagi, disini kita melihat bahwa keinginan dan rencana seorang Kaisar pun ternyata tunduk kepada rencana Allah,sekalipun ia tidak menyadarinya.
Karena kedamaian itu juga, maka jalur-jalur perdagangan yang selama ini tertutup karena banyaknya peperangan dan penyamun, akhirnya dibuka dan dijaga oleh tentara Romawi. Akibatnya, hampir seluruh jalur perdagangan dunia pada masa itu terbuka dan menjadikan Roma sebagai tujuan utamanya, sehingga timbul peribahasa yang terkenal “banyak jalan ke Roma.” Salah satu jalur perdagangan yang dibuka kembali adalah Jalur Raja (King’s Highway) yang menghubungkan negara-negara Timur (Media, Persia, Babilonia, Assyria) dengan negara-negara “Barat” (Mesir, Asia Minor/Turki, Makedonia sampai Eropa). Diperkirakan melalui jalur ini jugalah ketiga orang Majus dari Persia datang ke Bethlehem untuk menemui “Sang Raja” dan mempersembahkan persembahan bagi keperluan hidup Yusuf dan keluarganya. Melalui jalan itu juga kemudianYusuf, Maria dan Bayi Kristus mengungsi ke Mesir dengan aman sebagai jalan pemeliharaan Allah.
3. Dunia Agama & Kepercayaan
Pada waktu itu konsep agama-agama/kepercayaan-kepercayaan didunia juga telah dipersiapkan untuk dapat mengerti konsep-konsep yang akan dipakai oleh Mesias dan pekerjaan-Nya. Sekalipun setiap kerajaan dan kebudayaan memiliki banyak ilah-ilahnya sendiri, namun mereka tetap mempercayai adanya “ilah yang utama.” Dengan pengaruh Hellenisasi Aleksander, semua agama ini kemudian saling bersinggungan sehingga timbul pertanyaan bagi masing-masing agama: ―jangan-jangan semua ilah utama kita itu sama? Maka timbullah toleransi dan terbukanya wawasan akan adanya kemungkinan lain akan adanya “allah satu-satunya,” atau adanya “allah yang belum kita kenal.” Pemikiran ini juga yang rupanya dimiliki oleh penduduk Athena, sehingga mendedikasikan sebuah mezbah untuk “Allah yang tidak dikenal” (Kis. 17:23). Artinya, persiapan bagi konsep bahwa ada AllahYang Benar dan Allah Yang Esa dan satu-satunya sedang diletakkan oleh Allah melalui pentas agama-agama dunia. Demikian pula gambaran akan Allah dan anak Allah sudah dimiliki dan dianut oleh para kaisar Roma. Kaisar Agustus menyebut dirinya sebagai “Anak Allah,” Domitian menyebut dirinya sebagai “Tuhan dan Allah,” nama-nama “Imam Besar”, “Juruselamat dunia” juga dikenakan kepada Agustus, Claudius dan Nero.
Konsep-konsep inilah kemudian diluruskan oleh Kristus dan ajaran-Nya. Namun sekurang-kurangnya orang dizaman itu sudah tidak asing lagi dengan terminologi-terminologi tersebut.
Secara khusus, Yohanes penulis Injil dapat memakai terminologi “Logos” untuk menjelaskan siapa Yesus Kristus itu. Terminologi ini telah lama dipakai oleh para filsuf Yunani. Sekurangnya pada tahun 500 BC terminologi ini telah dipakai oleh Hieraklitus, kemudian oleh Anaxagoras, Plato & Aristoteles (abad 5 sd 4 BC), kaum Stoa dan akhirnya oleh Filsuf Yahudi Philo Yudaeus (25 BC sd 50 AD). Semua filsuf ini telah menyumbangkan definisinya sendiri tentang “Logos” dan tidak satupun yang sama dengan definisi Logosnya Yohanes, namunsemuanya telah meletakkan konsep tentang logos dalam alam semesta ini, yaitu:
Logos adalah sesuatu yang tidak berubah yang ada dalam segala sesuatu (Hieraklitus)
Logos adalah “perantara” antara “yang transenden” dengan “ yang materi” (Anaxagoras)
Logos adalah suatu pikiran (dianonia) atau pertimbangan (rasio) yang diucapkan (Plato & Aristotles)
Logos adalah ”gambarAllah”,”anak sulung Allah yang kekal”, ”dutaAllah”, “pembela manusia”, “imam besar” (Philo)
Jadi saat Yohanes menuliskan tentang Yesus Kristus adalah Logos Allah yang berinkarnasi menjadi manusia, maka para pembacanya sedikit banyak telah dapat mengerti maksudnya: Logos itu adalah Firman/perkataan Allah yang menyatakan Siapa Diri Allah, yang berinkarnasi menjadi manusia sebagai perantara antara Allah yang transenden dengan manusia yang materi (sebagai Allah yang imanen), yang tugas utama-Nya adalah untuk menjadi korban penebus salah manusia dan selamanya menjadi perantara (Imam Besar) antara orang yang percaya kepada-Nya dengan Allah yang transenden.
Jadi dari segi konsep agama dan filosofi agamapun Allah telah menyiapkan pentas bagi pemberitaan Injil keselamatan-Nya.
“Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan..”
Frasa singkat ini berbicara dengan kuat dan tegas bahwa Yesus yang disebut Kristus itu adalah Anak Allah, yaitu Mesias. Penyebutan Anak Allah untuk Yesus memiliki arti bahwa Yesus adalah Mesias yang ditunggu-tunggu didalam Perjanjian Lama itu. Lihat perkataan Simon Petrus yang oleh pernyataan Allah dapat mengenali siapa Yesus sebenarnya:
15 Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?"
16 Maka jawab Simon Petrus:"Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!"
17 Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. (Mat. 16:15-17)
Perhatikan pernyataan Simon Petrus dalam ayat 16: penyebutan Anak Allah bagi Yesus memiliki arti bahwa Yesus adalah Mesias yang ditunggu-tunggu. Karena itu Yesus disebut juga Yesus Sang Mesias atau Yesus Kristus.
Selanjutnya, frasa diatas menekankan bahwa Mesias tersebut “lahir dari seorang perempuan.” Frasa ini menekankan bukan hanya tentang inkarnasi-Nya menjadi manusia seperti kita, tetapi juga menggaungkan kembali janji Allah tentang Mesias kepada Adam bahwa keturunan Hawa (keturunan dari “perempuan ini”) akan meremukkan kepala ular itu (Kej. 3:15). Jadi frasa ini mengingatkan kembali bahwa Anak Allah yang datang sebagai manusia ini adalah Mesias yang dijanjikan Allah setelah kejatuhan Adam.
“Takluk kepada Hukum Taurat”
Hukum Taurat adalah Hukum dari Allah. Karena itu sifatnya kudus, benar dan baik (Rom.7:12) dan rohani (Rom. 7:14). Karena itu tuntutan moralnya juga kekal dan tetap (Rom. 6:15; 7:7; Mat. 5:17-19; Luk. 16:17). Dengan hukum ini, Allah menyatakan Diri-Nya sebagai Allah yang Kudus dan Benar dan menunjukkan kepada manusia bahwa tuntutan-Nya adalah sempurna. Tujuan Allah memberikan Hukum Taurat BUKAN agar manusia diselamatkan dengan melakukannya, karena Allah tahu TIDAK SEORANGPUN yang dapat melakukan tuntutan itu (Gal. 2:16;3:10-11).
Hukum Taurat “ditambahkan” (Gal. 3:19; Rom. 5:20) kepada “hukum iman” (yaitu keselamatan berdasarkan iman, bukan perbuatan, agar tidak seorangpun dapat memegahkan diri – Rom. 3:22, 28; 4:13, 22; 10:4) dengan tujuan agar manusia mengenali dirinya sebagai orang berdosa yang tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri dengan perbuatan baiknya, sehingga mencari anugerah Allah.
Artinya, dengan ditambahkannya Hukum Taurat, maka manusia mengetahui dirinya adalah orang dosa, dan semakin melihat hukum itu, maka dosa didalam dirinya akan semakin marak dan semakin kelihatan (Rom. 3:20; 4:15; 5:20; 7:5). Dengan demikian Allah “mengurung semua orang dalam ketidaktaatan supaya Ia dapat menunjukkan kemurahan-Nya atas mereka semua.” (Rom. 11:32)
Namun karena hakikat Allah adalah Kudus dan Benar, maka mustahil dosa tidak dihukum, dan mustahil Allah tidak menuntut itu dari manusia. Jadi bagaimana, disatu sisi integritas Allah menuntut manusia harus memenuhi tuntutan Hukum Allah, tetapi disisi lain Ia tahu bahwa tidak seorangpun manusia yang sanggup untuk memenuhi tuntutan-Nya? Itulah alasannya mengapa manusia membutuhkan seorang JuruSelamat, yaitu Seorang yang dapat memenuhi tuntutan Hukum Allah bagi manusia berdosa, agar oleh-Nya manusia berdosa bisa memperoleh Keselamatan. Itulah sebabnya mengapa Mesias harus tunduk kepada Hukum Taurat dan memenuhi tuntutan kebenaran dan kekudusan Allah. Karena itulah maka Yesus Kristus dalam seluruh hidup dan pekerjaan-Nya harus memenuhi tuntutan Hukum Taurat secara sempurna:
Saat berusia 8 hari, ia disunat menurut hukum Musa (Luk. 2:21), dan saat berusia 40 hari, sebagai anak sulung laki-laki ia diserahkan kepada Allah menurut Hukum Musa (Luk.2:22-24). Dan menurut hukum Musa pula, maka ia harus “ditebus” dengan membayar 5 syikal perak saat waktunya tepat (Luk. 2:27. Band. Bil. 18:15-16).
Pada usia 12 tahun, sebagai seorang laki-laki, ia juga harus ikut ke Yerusalem untuk merayakan Paskah, seperti yang dipersyaratkan peraturan Musa (Luk. 2:42, band. Kel. 23:14-17; Ul. 16:16).
Didalam hidup dan pelayanan-Nya, Ia melakukan segalanya sesuai dengan tuntutan Hukum Taurat. Ia mengajar di sinagoge pada hari sabat, Ia memerintahkan orang yang disembuhkan-Nya untuk mempersembahkan persembahan pentahiran sesuai aturan Musa (Mat.8:4), atauuntuk memperlihatkan diri kepada imam (Luk. 17:14). Ia mentahirkan Bait Allah karena telah disalah gunakan (Yoh. 2:15-17),
Ia juga menghadiri semua perayaan yang mewajibkan-Nya untuk datang ke Yerusalem ("shalosh regalim" - hari-hari raya ziarah, yaitu 3 hari raya utama yang mewajibkan semua laki-laki Yahudi yang berusia 12 th ke atas untuk menghadirinya, yaitu Paskah, Pentakosta & Pondok Daun -) dan hari raya lainnya ( Yoh.2:13;5:1; 7:2,10; 10:22), Ia membayar bea untuk Bait Allah (Mat.17:24), Ia juga belum meniadakan persepuluhan yang menjadi pendukung sistim imamat (Mat. 23:23), dsb. Didalam semua itu Yesus melakukannya secarasempurna.
Didalam kehidupan sehari-hari-Nya, Ia juga secara sempurna memenuhi tuntutan Hukum Taurat, sehingga tidak seorangpun, termasuk para lawan-Nya, yang dapat membuktikan bahwa Ia berbuat dosa (Yoh. 8:46).
Ringkasnya, dalam hidup-Nya, Ia adalah korban penebus dosa yang “tak bercacat” sesuai dengan tuntutan Hukum Taurat (Ibr. 9:14). Hukum Taurat menyatakan dengan tegas tuntutan kesempurnaan Allah. Jadi Kristus datang BUKAN untuk meniadakan Hukum Taurat, namun untuk MENGGENAPI-nya (Mat. 5:17-18). Oleh hidup dan kematian-Nya, semua tuntutan Hukum Taurat digenapi-Nya, terutama tuntutan kesempurnaan Integritas Allah yaitu kesempurnaan dalam Kekudusan, Kebenaran dan Kasih yang menuntut adanya korban penebus salah yang sempurna. Dengan demikian hanya Kristuslah satu-satunya yang dapat memenuhi tuntutan Integritas Allah, dan hanya oleh-Nya manusia dapat memperoleh Keselamatan.
Setelah Kristus MENGGENAPI Hukum Turat dengan hidup dan mati sebagai korban penebus salah yang sempurna, maka mereka yang percaya kepada-Nya tidak lagi berada dibawah tuntutan Hukum itu, tetapi berada dibawah kasih karunia (Gal. 3:25; Rom. 7:4-6; Luk. 16:16) karena Hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya telah dibatalkan (Ef. 2:15).
Jadi Hukum Taurat diberikan BUKAN supaya manusia memperoleh hidup kekal dengan melakukannya (karena tidak seorangpun yang dapat memenuhi tuntutannya). Ia diberikan agar manusia berdosa dapat melihat dirinya yang berdosa dan membangkitkan dosa didalam dirinya agar terlihat jelas bahwa manusia tidak mampu untuk menyelamatkan dirinya sendiri, supaya mereka berharap untuk memperoleh Keselamatan BUKAN karena perbuatan/kebaikan dirinya sendiri, tetapi semata melalui kasih karunia Allah. Dengan demikian, tidak seorangpun dapat memegahkan diri.
Ikuti terus bagian 2 blog ini sebagai penggenapan dari semua janji Allah tentang Mesias yang ada sebagai benang merah dari semua kitab di dalam Perjanjian Lama.
Salam Kristen Awam
FB page: @KristenAwamPencariSorga
Youtube Channel: Kristen Awam
Website:
Buku-buku tulisan Kristen Awam dan terbitan BTBP dapat anda unduh di:
Pembahasan detil tentang bagaimana Allah menggenapi seluruh janji-janji-Nya tentang Mesias ini dapat anda l=baca di dalam buku "Doktrin Keselamatan" berikut: https://diunduhaja.com/product/doktrin-keselamatan/
Comments