top of page
  • Writer's pictureSihol Christian Robirosa

🅺🅴🆂🅴🅻🅰🅼🅰🆃🅰🅽 #18 – Tabernakel: Tipologi Kristus & Karya Penebusan-Nya

Updated: Mar 19, 2023


Ritual keimamatan melalui korban penebus dosa terus dilanjutkan secara progressif, semakin nyata menunjukkan bagaimana Allah akan melaksanakan karya penebusan-Nya melalui Mesias-Nya.

Jika sebelumnya ritual-ritual itu hanya menyatakan konsep tentang korban penebus dosa dan sedikit tentang pelaksana keimamatan itu, maka ritual di dalam Tabernakel itu menjelaskan keduanya, baik tentang arti ritualnya maupun pelaksananya (para imam & Harun sebagai Imam Besar) dinyatakan secara sangat detil. Semua itu menunjuk kepada Kristus dan karya keimamatan-Nya.


Arti dari Tabernakel


Kata “Tabernakel” diterjemahkan dari kata Ibrani מִשְׁכָּן (mishkan) yang berarti kemah atau tempat tinggal (H4908). Septuaginta menterjemahkannya dengan kata Yunani σκηνην (skenen) yang berasal dari kata kerja “skenoo” juga berarti kemah (G4633). Artinya Tabernakel adalah tempat dimana Allah YHVH berkemah (berdiam) dan berinteraksi dengan umat-Nya, bangsa Israel. Bangsa Israel dapat berhubungan dengan Allah di Tabernakel melalui Musa dan Harun. Musa berperan sebagai penyampai perkataan-perkataan Allah kepada bangsa-Nya (peran nabi), dan Harun berperan sebagai imam yang menjembatani umat-Nya kepada Allah mereka (peran imam).


Tinggalnya Allah diantara umat-Nya itu disertai dengan tanda-tanda keajaiban sebagai suatu konfirmasi bahwa Tabernakel bukan merupakan konsep buatan manusia seperti banyak kuil-kuil dewa bangsa-bangsa kafir yang sebenarnya hanya konsep manusia saja (band. Rom. 1:23).

Selama 40 tahun, setiap saat kehadiran Allah dinyatakan dari Tabernakel. Pada siang hari, asap tebal melindungi bangsa Israel dari teriknya matahari gurun pasir, dan pada malam hari tiang api Allah dari ruang maha suci Tabernakel memberi terang & kehangatan bagi umat-Nya. Dan semua itu terjadi dalam kurun waktu yang lama, yaitu 40 tahun! Tidak ada pernyataan yang begitu besar pada zaman Perjanjian Lama yang dapat menandinginya.


Kehadiran Allah dinyatakan dengan Tiang Api waktu malam dan Tiang Awan waktu siang hari yang keluar dari Ruang Maha Kudus

(Sumber: internet)


Kristus Sebagai Penggenapan Tabernakel Allah


Tabernakel di padang gurun merupakan gambaran yang jelas dan transparan tentang Kristus. Kristus adalah tempat dimana Allah “berdiam” diantara manusia. Perhatikan perkataan rasul Yohanes ini:


“Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.” (Yoh. 1:14)


Kata “diam” (lebih tepat “berdiam”) diterjemahkan dari kata εσκηνωσεν (skenoten) yang berasal dari kata kerja “skenoo” yang dipakai oleh Septuaginta dalam Perjanjian lama. Artinya, Kristus adalah tempat dimana Allah berdiam diantara dan berkomunikasi dengan umat-Nya.


Agar kita mengerti dengan baik tentang Tabernakel dan ritual didalamnya, mari kita bahas sepintas tentang Tabernakel ini.


Bangunan, Perkakas dan Kegiatan Tabernakel


Untuk dapat meresapi dan membayangkan apa yang terjadi di dalam Tabernakel, mari kita bahas sepintas tentang bangunan, perkakas serta kegiatan di dalam Tabernakel sekaligus menguraikan bagaimana Kristus memenuhi semua gambaran yang dinyatakan oleh Tabernakel ini.




Sumber: Buku “Doktrin Keselamatan” (Christian, 2022)


Perhatikan gambar sketsa diatas. Berikut adalah tahapan-tahapan ritual didalam Pelataran Kemah Pertemuan dan bagaimana Kristus memenuhi gambaran Imam Besar bagi orang berdosa:


A. Dipelataran Tabernakel


1. Pintu gerbang adalah jalan masuk pertama bagi seorang yang berdosa. Tidak ada seorangpun,-kecuali imam yang bertugas - yang diperbolehkan masuk kedalam pelataran Bait Allah jika ia tidak membawa korban bagi penghapus dosanya. Saat Kristus mati di Golgota, Ia membawa korban, yaitu Diri-Nya sendiri sebagai korban penebus salah, sekali untuk selamanya (Ibr. 9:24-28).


2. Didalam pelataran Kemah Suci, orang berdosa itu kemudian meletakkan tangannya keatas hewan korban yang dibawanya sebagai simbol bahwa kesalahan orang tersebut dipikulkan kepada hewan korban, dan hewan itulah yang harus menderita kematian bagi orang tersebut. Ini gambaran dari aspek penebusan Kristus dimana Ia sebagai korban pengganti penebus salah harus mengalami maut yang mengerikan agar kita yang percaya dapat memperoleh pengampunan (Ibr. 9:28, 1Kor. 15:3, 1Pet. 2:24;3:18, 1Yoh. 2:2,Yes. 53, dsb.).


3. Hewan korban kemudian disembelih. Ini adalah nubuatan mengenai Mesias yang harus menderita dan menyerahkan nyawa-Nya ganti orang berdosa (Ibr. 9:25-26, Luk. 24:24, 26, Kis. 3:18, 17:3,26:23)


4. Kemudian segala lemak hewan korban harus dibakar, dan bagian lainnya harus dimakan oleh para imam. Ini adalah nubuatan akan persembahan tubuh Kristus yang harum dihadapan Allah karena kasih, kekudusan dan kebenaran yang menyertainya (Ef. 5:2).


5. Bejana pembasuhan adalah tempat air pembasuhan bagi Harun dan anak- naknya yang bertugas sebagai imam. Sebelum dan sesudah melaksanakan pekerjaan imamatnya mereka harus membasuh tangan dan kakinya. Demikian pula sebelum mereka masuk kedalam kemah, mereka harus menyucikan diri secara demikian. Jika tidak, maka mereka akan mati oleh hadirat Tuhan karena pembasuhan ini merupakan gambaran persyaratan penyucian sebelum dapat bertemu Allah Yang Maha Kudus (Kel. 30:17-21). Ini adalah tipologi Kristus yang memerlukan baptisan sebelum melaksanakan pekerjaan imamat/penebusan-Nya.


Setelah melakukan upacara persembahan korban dipelataran Kemah Suci, imam yang bertugas kemudian akan masuk kedalam Ruang Kudus untuk mempersembahkan roti sajian dan ukupan dari wangi-wangian, setelah terlebih dahulu membasuh tangannya lagi di bejana pembasuhan.


Perhatikan Illustrasi dibawah ini:



Sumber: Buku “Doktrin Keselamatan” (Christian, 2022)


B. Di Dalam Tabernakel


Hanya imam yang bertugas setiap hari dan Imam Besar sekali setahun saja yang boleh memasuki ruangan ini dan mempersembahkan roti sajian dan ukupan wangi-wangian bagi Allah. Itupun setelah mempersembahkan korban penebus salah untuk bangsa Israel dan dirinya sendiri.


Perhatikan perkakas yang ada di Ruang Kudus (no. 6,7 dan 8):


1. Perkakas pertama dalam Ruang Kudus adalah kandil (kaki dian) emas dengan tujuh dian diujungnya. Kandil ini adalah satu-satunya sumber cahaya diruangan itu karena berada didalam tenda tanpa jendela dan tirai yang selalu tertutup. Kandil ini diisi dengan minyak zaitun murni agardapat terus menyala. Dengan demikian imam yang bertugas dapat melayani di meja roti sajian dan di mesbah ukupan. Kandil emas ini adalah tipologi Kristus Sang Terang Dunia (Yoh. 8:12) yang memberi pengenalan akan Allah yang benar sehingga manusia dapat beribadah dan melayani Allah dengan semestinya.


2. Perkakas selanjutnya adalah Meja Roti Sajian. Diatasnya diletakkan 12 roti sajian dan diganti setiap Sabat. Setelah dipersembahkan kepada Allah selama seminggu, Roti itu kemudian dimakan oleh imam yang bertugas. Meja ini menggambarkan persekutuan dengan Allah. Roti yang telah dipersembahkan kepada Allah kemudian juga dinikmati oleh imam-Nya. Roti ini merupakan tipologi Kristus yang pengorbanan-Nya pertama merupakan persembahan kepada Allah, tetapi juga memberikan kehidupan kepada orang yang percaya kepada-Nya (Yoh. 6:35, 48, 51). Dapat berarti juga bahwa Kristus adalah tempat persekutuan antara Allah dengan manusia.k


3. Perkakas terakhir didalam Ruang Kudus adalah mezbah ukupan (pedupaan). Disini siang dan malam dibakar wangi-wangian yang terdiri dari 4 bahan yang keharumannya memenuhi Ruang Kudus dan masuk kedalam Ruang Maha Kudus. Pedupaan selalu menggambarkan doa (band. Why. 8:3-4). Ini adalah tipologi dari syafaat Kristus yang siang-malam masuk kehadirat Allah bagi orang percaya. Ini adalah gambaran dari tugas Kristus sebagai Imam Besar Agung yang senantiasa bersyafaat atau menghadap Allah bagi kepentingan kita (Ibr. 9:24)


4. Antara Ruang Kudus dengan Ruang Maha Kudus dipisahkan dengan satu tirai yang dibuat dari 4 jenis benang pintal dan dipenuhi tenunan gambar Kerubim. Kerubim adalah para makhluk disekitar takhta Allah, atau pengusung takhta Allah (lihat misalnya Yeh. 1 & 10:1). Kerubim selalu menggambarkan kehadiran hadirat/takhta Allah. Jadi tirai/tabir tersebut memisahkan antara Ruang Kudus dengan hadirat Allah langsung di Ruang Maha Kudus. Artinya, tidak seorangpun, bahkan imam yangbertugas yang dapat masuk kedalam Ruang Maha Kudus. Hanya Imam Besar yang diperbolehkan masuk sekali setahun pada Hari Pendamaian (Ibr.: ―Yom Kippur”), dengan membawa darah korban bagi pengampunan dirinya sendiri dan bangsa Israel. Tabir itu adalah tipologi Kristus (Ibr. 10:20), yang oleh kematian-Nya telah membuka tabir hadirat Allah kepada manusia, sehingga didalam Dia kita dapat bersekutu lagi dengan Allah.


5. Diruang Maha Kudus, kehadiran Allah dinyatakan oleh kemuliaan (kaboth) Allah yang bersinar diatas Tutup Pendamaian itu (Kel. 40:34-35). Perkakas disitu adalah Tabut Perjanjian yang berisi kedua loh batu, tongkat Harun dan manna, yang ditutup dengan tutup emas berhiaskan dua kerub dari emas murni yang disebut “tutup pendamaian” (Ibr.:“kapporeth”. Yun.: “hilasterion”, Ing.:“mercyseat”).


Kata "hilasterion" ini dipakai oleh rasul Paulus di dalam Rom. 3:25 yang menunjuk kepada Kristus. Artinya tutup pendamaian ini menggambarkan pendamaian melalui pengorbanan Kristus yang menutup dosa dan pelanggaran kita karena melanggar kekudusan, kebenaran & kasih Allah yang dilambangkan


Diatas tutup ini sekali setahun Imam Besar akan memercikkan darah bagi pengampunan dirinya dan bangsa Israel. Jadi diatas tutup pendamaian ini tetap ada bekas percikan darah. Gambarannya jelas: oleh Darah Kristus, Allah tidak akan melihat semua tuntutan Hukum Taurat lagi. Semua penghukuman karena melanggar Hukum Tuhan dan semua dosa karena ketidakserasian dengan kemuliaan Allah tidak akan dilihat dan dituntut-Nya lagi dari kita, karena Darah Kristus telah menutupinya (Rom. 3:25a; 2Kor. 5:18-19). Sekarang Allah hanya melihat Darah Kristus yang telah tercurah bagi kita dan tidak melihat lagi pelanggaran-pelanggaran kita.


Bahkan dikekekalan sorga, darah dan pengorbanan Kristus tetap menjadi simbol abadi yang akan mengingatkan kasih Allah kepada manusia (Why. 5:6, 12; 13:8). Disana, Yesus Kristus selalu dikenang dan disebut sebagai “Anak Domba” yang mengingatkan kita tentang pengorbanan Allah untuk menebus kita. Selamanya.


Itulah makna dari dari Tabernakel itu.


Makna Tabut Perjanjian & Tutup Pendamaian


Ada baiknya kita mendalami tentang “tutup pendamaian” ini karena tutup ini adalah tipologi dari karya penebusan Kristus. Perhatikan gambar tabut pendamaian dan ayat-ayat berikut:



“Tabut Pernanjian,” berisi kedua loh batu ke 10 Hukum Torah yang menggambarkan tuntutan kekudusan Allah. Artinya Allah adalah kudus (sempurna) sehingga tidak dapat bersekutu dengan manusia yang tidak kudus. Hukum-hukum-Nya itu diberikan agar manusia sadar bahwa mereka tidak dapat memenuhi tuntutan kekudusan Allah dari dirinya sendiri, sehingga mereka hanya dapat mengharapkan belas kasihan anugerah Allah. Itulah intisari dari penjelasan rasul Paulus dalam kitab Roma pasal 7 sd pasal 11. Ia merangkumkan tujuan dari pemberian Hukum Taurat dalam kesimpulan puncaknya di pasal 11:


Sebab Allah telah mengurung semua orang dalam ketidaktaatan, supaya Ia dapat menunjukkan kemurahan-Nya atas mereka semua.” (Rom. 11:32)


Allah telah “mengurung” semua orang dalam ketidaktaatan dengan jalan memberi Hukum Taurat. Artinya hukum Taurat itu sendiri Kudus, Benar & Baik (Rom. 7:12), tetapi ia menunjukkan bahwa tidak seorang manusiapun yang sanggup melakukannya, sehingga membungkam manusia yang ingin selamat dengan kemampuannya sendiri. Tujuannya agar mereka mencari keselamatan hanya dari anugerah pengampunan Allah saja. Dengan demikian mereka disiapkan untuk percaya kepada Injil.


Tabut itu juga menyimpan Tongkat Haru yang pernah bertunas, dan buli-buli emas berisi manna (Ibr. 9:4). Tongkat Harun menggambarkan keimamatan Harun, dan manna menggambarkan pemeliharaan Allah kepada umat-Nya.


Jadi Tabut Perjanjian beserta isinya menggambarkan tentang Tuntutan kekudusan Allah dan tata caranya yang dinyatakan dengan kedua loh batu dan tongkat Harun, serta pemeliharaan Allah.


“Tutup Pendamaian” yang dalam bahasa Ibraninya disebut כפרת (kaporeth) yang berasal dari kata kerja “kaphar” yang berarti untuk “memadamkan,” “ mengampuni”atau “menebus”(H3727). Artinya disitulah tempat murka Allah dipadamkan dan tempat sumber penebusan dan pengampunan Allah. Karena itu KJV menterjemahkannya sebagai “the mercy seat” (takhta kasih karunia).


Mengapa disebut demikian? Karena diatas tutup pendamaian inilah setiap tahunnya, di Hari Raya Penebusan (Yom Kippur), Imam Besar akan masuk ke ruang maha suci dan memercikkan darah korban penebus dosa di atas tutup pendamaian ini. Darah itu menutup kesalahan bangsa Yahudi karena tidak dapat memenuhi tuntutan kesucian Allah beserta semua ritualnya, sekalipun Allah telah memelihara mereka. Dengan melihat darah itu, maka murka Allah dipadamkan dan dosa-dosa bangsa Israel ditebus. Mereka diampuni.


Namun itu semua hanyalah tipologi dari karya penebusan Kristus. Bagaimana Kristus memenuhi tipologi tutup pendamain ini?


Pengorbanan Kristus sebagai Penggenapan Tipologi Tutup Pendamaian


Tutup Pendamain ini diterjemahkan oleh para teolog Yahudi dalam Septuaginta dengan kata “hilasterion” yang berarti “pendamaian” (G2435). Artinya, inilah tempat pendamaian antara Allah dengan manusia melalui korban penebus dosa.


Rasul Paulus menjelaskan penggenapan arti dari Tutup Pendamaian ini:


Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya.” (Rom. 3:25)


Frasa “jalan pendamaian” di ayat itu diterjemahkan dari kata Yunani “hilasterion.” Maksudnya jelas, yaitu darah Kristus adalah yang digambarkan sebagai “Tutup Pendamaian” itu dimana oleh penebusan Kristus, manusia didamaikan kepada Allah. Dengan melihat pengorbanan Kristus, murka Allah dipadamkan dan Allah tidak lagi melihat dosa-dosa kita sehingga kita dapat berdamai dengan-Nya.


Jadi Tabernakel dengan seluruh perkakas dan ritualnya hanya menunjuk kepada satu hal: bagaimana cara Allah mengampuni dosa kita melalui Korban Penebus Dosa yang Agung, Tuhan kita Yesus Kristus.


Apa makna Tabernakel bagi orang percaya?


Karena tidak mengeri tipologi yang digambarkan oleh Tabernakel, banyak orang Kristen membuat penafsiran artinya sendiri. Malahan ada gereja yang membuat semacam doktrin dari ritual Tabernakel ini. Misalnya orang Kristen digolongkan dalam 3 golongan:


Golongan pertama adalah orang Kristen kebanyakan. Mereka adalah orang “Kristen Pelataran,” karena masih bersifat duniawi.


Golongan kedua adalah “orang Kristen lahir baru” karena mereka telah percaya dan dibaptis (yang dilambangkan dengan bejana pembasuhan). Mereka itu dikatakan sudah memasuki “ruang kudus.”


Golongan yang terakhir adalah mereka yang telah masuk ke dalam “ruang maha kudus” yaitu para pemimpin gereja, seperti gembala. Mereka telah berada dihadirat Allah yang Maha Kudus, sehingga harus dihormati.

Bahkan ada yang sampai mengatakan bahwa mimbar (panggung gereja) adalah tempat maha kudus itu sehingga tidak boleh dinaiki sembarang orang.


Cara-cara penafsiran yang tidak bertanggugjawab seperti ini membuat manusia terbagi-bagi gradasi kesucian dan tingkatannya. Hal itu kemudian menimbulkan kesombongan-kesombongan yang secara tidak disadari merupakan takhta Iblis untuk menguasai hati manusia.

Padahal semua orang adalah berdosa di hadapan Allah. Semakin seseorang dekat kepada Allah, justru semakin ia merendahkan diri, bukan sebaliknya.


Lihat rasul Paulus.


Kira-kira tahun 54 AD, Paulus menulis kepada jemaat di Korintus yang mengatakan bahwa dibandingkan dengan para rasul lainnya, ia adalah “yang paling hina” (1Kor. 15:9). Delapan tahun kemudian, kira-kira tahun 62 AD ia menulis surat kepada jemaat di Efesus, bahwa dibandingkan dengan orang-orang percaya lainnya, ia adalah “yang paling hina” (Ef. 3:8).


Menjelang ajalnya, dalam suratnya sekitar tahun 65 AD kepada murid kesayangannya Timotius, Paulus tidak lagi membandingkan dirinya dengan para rasul atau orang percaya lainnya, tetapi dengan orang berdosa diseluruh dunia. Dibandingkan dengan merekapun Paulus mengatakan bahwa dirinya adalah “orang yang paling berdosa” (1Tim. 1:15).


Kalau awalnya ia membandingkan dirinya dengan para Rasul, kemudian dengan orang percaya lainnya, maka terakhir ia membandingkan dirinya dengan orang berdosa lainnya. Jadi ia menurunkan stadard perbandingannya, tetapi toh ia melihat dirinya lebih hina dan lebih berdosa dari mereka.


Apakah artinya itu? Apakah Paulus semakin hari semakin banyak berdosa? Bukan, tetapi semakin ia mengenal Kristus dan anugerah-Nya, semakin sadar ia bahwa ia adalah seorang yang berdosa. Boro-boro menyatakan dirinya sudah masuk ke dalam “ruang maha kudus”, ia bahkan mengatakan bahwa ia “masih diluar” tabernakel. Jadi penafsiran yang demikian itu harus ditinggalkan.


Semakin seseorang dekat kepada Allah/Kristus, semakin sadar ia bahwa ia dosanya semakin banyak. Bukan sebaliknya. Sama seperti jika kita semakin dekat kepada cermin, maka semakin kelihatan kekotoran di muka kita. Semakin jauh kita dari cermin, semakin tidak kelihatan kekotoran wajah kita.


Jadi apa makna praktis dari Tabernakel?


Maknanya, Kristus sudah menjadi Jalan Pendamaian bagi kita, mari kita tanyakan diri kita sendiri: apakah saya sudah memperoleh Keselamatan yang disediakan Kristus itu? Apakah saya sudah mengetahui & mengalami keselamatan itu? Bagaimana saya memastikan keselamatan saya itu, dan apa saja yang harus saya lakukan setelah diselamatkan?


Itulah pentingnya mempelajari Alkitab secara terorganisir dan konsisten. Itulah pentingnya mempelajari tentang Keselamatan ini.


Salam Kristen Awam

FB page: @KristenAwamPencariSorga


Youtube Channel: Kristen Awam


Website:


Buku-buku tulisan Kristen Awam dan terbitan BTBP dapat anda unduh di:


Pembahasan detil tentang tipologi penyelamatan Allah melalui Tabernakel & Bait Allah ini dapat Anda baca dibuku “Doktrin Keselamatan” dengan klik tautan di bawah ini:

132 views0 comments

Comments


bottom of page