top of page
  • Writer's pictureSihol Christian Robirosa

🅺🅴🆂🅴🅻🅰🅼🅰🆃🅰🅽 #09–Simbolisme Pakaian Keselamatan: Injil Mula-mula & Prototype Penyelamatan

Updated: Mar 31




Setelah pada Blog #08 kita membahas janji tersirat Allah tentang Manusia yang akan menghancurkan kepala Iblis, dan setelah Allah menjatuhkan hukuman-Nya kepada Adam dan Ishah, namun belum mengusir mereka dari Taman Eden, maka pada ayat-ayat selanjutnya kita membaca kejadian-kejadian yang sangat penting yang sering luput dari perhatian kita, yaitu:


1. Adam memberi nama “Hawa” kepada Ishah.

2. Allah menunjukkan cara penyelamatan-Nya dengan tindakan-tindakan-Nya untuk MEmbuat pakaian dari kulit binatang dan MEngenakannya kepada Adam & Hawa.


Apa makna keduanya? Mari kita bahas:


1. Adam memberi nama “Hawa” kepada Ishah.


“Manusia itu memberi nama Hawa kepada isterinya, sebab dialah yang menjadi ibu semua yang hidup.” (Kej. 3:20)


Mengapa Adam tidak memberi nama “Hawa” ini sebelum kejatuhan? Tentu ada latar dan konteksnya mengapa Adam memberi nama istrinya Hawa setelah mendengar janji tersirat Allah dalam ayat 15. Adam tidak “ujuk-ujuk” memberi nama Hawa kepada Ishah. Pasti ada alasannya, dan alasan terdekatnya adalah itu merupakan ungkapan imannya terhadap janji tersirat tersebut.


Nama “Hawa” diterjemahkan dari kata חַוָּה (chavvah) yang berarti “life giver” (pemberi kehidupan –Kamus Strong H2332), dan “ibu” diterjemahkan dari אֵם (ame) yang berarti ibu dan dapat berarti juga sebagai asal, sumber (Kamus BDB – H517). Jadi penamaan Hawa oleh Adam dapat kita rasakan intonasinya sebagai suatu harapan bahwa dari Hawa akan ada Pemberi kehidupan, yaitu seorang Manusia keturunan Hawa yang akan memberi Kehidupan lagi kepada umat manusia.


Memang banyak yang menafsirkan arti ayat ini sebagai Hawa adalah sumber semua umat manusia. Arti seperti itu tidak perlu dicatat karena sudah jelas. Tetapi kalau membaca konteksnya, arti utamanya adalah penggantian itu sebagai respons Adam terhadap janji Allah tentang seorang Manusia dari keturunan Hawa yang akan memberi kehidupan dan melepaskan umat manusia dari hukuman dosa, dan membalas perbuatan Iblis dengan memusnahkannya (band. Ibr. 2:14). Dari situ kita melihat iman Adam terhadap janji pemulihan itu.


2. Allah menunjukkan cara penyelamatan-Nya.


Setelah peristiwa pada poin 1 di atas, kita lalu membaca apa yang Allah lakukan terhadap Adam & Hawa sebelum keduanya diusir dari Taman Eden.


“Dan TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka.“ (Kej. 3:21)


Ini adalah Injil Mini yang menjelaskan cara Allah untuk mengampuni dosa manusia.

Berdasarkan ketetapan Allah bahwa jika mereka memakan buah terlarang itu, maka mereka akan mati. Namun nyatanya mereka tetap hidup saat itu. Para Teolog umumnya memegang pengertian bahwa kematian disitu adalah kematian rohani, yakni terputusnya hubungan manusia dengan Allah. Tentu itu benar, tetapi kita tidak boleh melupakan bahwa mati disitu terutama diartikan sebagai mati jasmani juga, yaitu terpisahnya jiwa seseorang dari tubuhnya. Manusia menjadi fana dan tidak bisa hidup selamanya.


Tetapi Allah masih memberi kesempatan sehingga mereka masih bisa tetap hidup sementara, karena Allah akan memakai mereka untuk menjalankan rencana penyelamatan-Nya melalui seorang Manusia keturunan mereka. Di ayat ini Allah menunjukkan prinsip-prinsip cara penyelamatan-Nya, yaitu:


A. Untuk menutup dosa mereka, harus ada Kurban pengganti yang menggantikan mereka karena dosa harus diupah/dihukum dengan kematian. Ini adalah gambaran tentang Manusia yang nantinya akan dikorbankan sebagai ganti manusia agar manusia dapat diluputkan dari murka Allah.


B. Dosa-dosa mereka ditutupi dengan “pakaian” dari kurban penebus dosa itu. Ini adalah gambaran tentang kebenaran Kristus yang dikenakan kepada orang tebusan-Nya sehingga Allah melihat mereka sebagai orang-orang benar (Rom. 5:18-19). Inilah konsep “Imputasi” yang akan kita diskusikan kemudian. Tentang lambang “pakaian” keselamatan ini dijelaskan oleh Yesaya dalam pasal-pasal nubuatan Mesianiknya di Yes. 61:10.


C. Didalam keselamatan ini, Allah adalah satu-satunya pihak yang aktif, dan manusia menjadi pihak yang pasif karena tidak mampu berbuat apapun kecuali menerima apa yang Allah lakukan. Perhatikan awalan aktif “me” di dalam ayat itu (“membuat” dan “mengenakan”). Allah lah yang berinisiatip dan yang melaksanakan keselamatan itu.

Keselamatan melalui Mesias-Nya juga merupakan inisiatip Allah, dan Allah juga yang melaksanakan. Manusia hanya dapat menerimanya melalui iman. Imanpun juga karena anugerah Allah (Yoh. 6:44, 65). Karena itu para Reformator dapat meneriakkan dengan leluasa “Sola Gratia!!”


Blog berikutnya kita akan membahas arti dari ayat 22 yang sering disalahartikan karena masalah terjemahan yang kurang jelas.


Ikuti terus blog kita di Grup ini atau di FB page Kristen Awam @KristenAwamPencariSorga


Sekarang kita masuk kepada Fase ke 2 dari sejarah manusia di bumi ini, yaitu sejarah kejatuhan manusia pertama kedalam dosa, yang dicatat di dalam Kitab Kejadian pasal 3.


Pasal 3 kitab Kejadian ini merupakan pasal yang sangat penting, karena disini Allah menunjukkan bukan hanya tentang peristiwa kejatuhan manusia ke dalam dosa saja, tetapi terlebih penting tentang simbol-simbol tindakan penyelamatan Allah yang nantinya akan digenapi oleh Mesias. Disini nanti kita akan melihat bagaimana cara Allah menyelamatkan manusia, simbol-simbol dan imamat yang harus diperingati manusia sampai penggenapannya, arti keselamatan, dsb. Para Teolog menyebutnya sebagai Injil Mini atau Injil Mula-mula, yang nantinya akan digenapi oleh Mesias dan dituliskan secara detil sebagai Perjanjian Baru.



Catatan peristiwa di dalam pasal ini sudah tidak asing lagi, sehingga kita akan masuk langsung kepada hal-hal yang paling penting saja. Kita sudah tahu tentang penipuan Iblis yang mengatakan bahwa jika mereka (Adam & Ishah) memakan buah pohon terlarang itu, maka mereka “akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat” (ay. 5), lalu Ishah memakannya dan memberikannya kepada Adam karena “menarik hati karena memberi pengertian” (ay. 6).


Perlu harus selalu kita ingat disini bahwa perkataan Iblis selalu dusta dan berlawanan dengan perintah Allah. Jadi memakan buah terlarang itu tidak memberi mereka kemampuan untuk mengetahui yang baik dan yang jahat, tetapi sebaliknya mereka menjadi tidak dapat membedakan yang baik dan yang jahat. Cara berpikir ini harus kita pegang, sampai kita nanti membahas artinya dengan lebih dalam di ayat 22.


Singkat cerita, setelah mereka berdosa dengan tidak mentaati perintah Allah, mereka mengalami rasa malu & kehilangan kasih (kepada sesama) sehingga saling menyalahkan, serta rasa takut (kepada Allah) yang merupakan manifestasi hadirnya dosa dalam hidup mereka. Mereka lalu menyemat dedaunan untuk menutupi malu mereka. Tindakan ini menggambarkan usaha-usaha manusia untuk menutupi dosa-dosanya dengan konsep dan caranya sendiri, yang kemudian dimanifestasikan manusia dengan membangun agama & kepercayaannya sendiri, bukan berdasarkan cara Allah, tetapi menurut cara & kebenaran sendiri (Band. Rom. 1:21-25; 10:1-3).


Setelah Allah menjatuhkan hukuman kepada Adam, Ishah dan Ular (Iblis), dan sebelum manusia pertama itu diusir dari Taman itu, Allah menyatakan kasih karunia-Nya melalui janji pengampunan dosa dengan tindakan-tindakan kurban penebus dosa (ay. 21 yang akan kita diskusikan dalam sesi berikutnya).


Dalam sesi ini, kita mencermati tentang Janji Allah yang implisit tentang seorang Manusia yang akan membinasakan Iblis. Janji ini tersirat dalam hukuman Allah kepada Iblis di dalam ayat 15:


“Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya." (Kej. 3:15)


Mohon diperhatikan dengan seksama bahwa permusuhan ini BUKAN permusuhan antara ular vs manusia pada umumnya, tetapi permusuhan antara Mesias dengan Iblis, yang mengakibatkan kebinasaan Iblis, sekalipun melalui penderitaan Mesias (Ibr. 2:14).

Perhatikan kata “keturunannya” yang dipakai dalam kalimat itu sebagai keturunan perempuan itu, dan “tumitnya.”. Itu bentuk kata tunggal, bukan dual atau plural yang sangat dibedakan dalam bahasa Ibraninya. Jadi “keturunannya” tidak menunjuk kepada manusia umumnya, tetapi spesifik kepada “Manusia” yang akan meremukkan kepala (membinasakan) Iblis.


Karena itu, ayat ini sering disebut sebagai “Injil mula-mula” (Proto-evanggelion) karena merupakan janji Allah untuk membalaskan kejahatan Iblis melalui Manusia Mesias. Karena “janji” ini pulalah kemudian Adam mengganti nama & panggilan Ishah menjadi “Hawa” (ay. 20) yang akan kita bahas maknanya pada blog berikutnya.


Ikuti terus pembahasannya dalam FB page Kristen Awam @KristenAwamPencariSorga


Salam Kristen Awam

FB page: @KristenAwamPencariSorga


Youtube Channel: Kristen Awam


Website:


Buku-buku tulisan Kristen Awam dan terbitan BTBP dapat anda unduh di:

46 views0 comments

Σχόλια


bottom of page