top of page

Titik Api KERUSUHAN & PERANG Akhir Zaman (Seri Akhir Zaman #7)

  • Writer: Sihol Christian Robirosa
    Sihol Christian Robirosa
  • Sep 5
  • 8 min read
Titik Api Kerusuhan & Peperangan AKhir Zaman
Titik Api Kerusuhan & Peperangan AKhir Zaman

Pertama izinkan saya untuk mengucapkan belasungkawa bagi rekan-rekan pejuang keadilan yang gugur dalam demonstrasi tgl. 25-28 Agustus 2025 baru-baru ini. Semoga perjuangan mereka menghasilkan reformasi di segala bidang yang kita perjuangkan bersama.

 

Demonstrasi akbar di berbagai kota hari-hari ini memperlihatkan kepada kita betapa kuatnya rakyat yang memiliki perjuangan bersama. Terlepas dari adanya penyusupan dengan agendanya sendiri sehingga terjadi kerusuhan, perjuangan dengan tujuan yang sama merupakan suatu kekuatan besar dan sering dapat meruntuhkan penguasa seperti saat Reformasi 1998, dan banyak negara lainnya yang dapat menundukkan penguasa yang telah berkuasa puluhan tahun seperti Shah Iran, Khadaffi, dan Assad di Siria.

 

Namun semua kerusuhan itu tidak dapat dibandingkan dengan Kerusuhan Akhir Zaman yang dapat memicu Perang Akhir Zaman yang meruntuhkan tatanan dunia. Kerusuhan ini tidak akan berada dalam suatu zona tempat saja, tetapi akan merambat ke seluruh dunia.

Kerusuhan apa itu? Mari tujukan mata kita ke Timur Tengah, khususnya ke Israel.

 

Titik Api Kerusuhan dan Perang Akhir Zaman

 

Belakangan ini umat Kristen sedang mengalami delusi tentang Akhir Zaman dan peristiwa-peristiwa yang terjadi karena tidak mendapat pengajaran yang baik apa yang sebenarnya alkitab ajarkan tentang Akhir Zaman. Karena itu timbul isu-isu tentang teknologi chip yang akan dipakai sebagai “tanda Antikristus”, atau tentang suatu komunitas rahasia “Iluminati” yang akan memunculkan seorang Antikristus dan pemerintahan “New World Order”nya. Padahal semua itu adalah delusi orang-orang Barat yang memang hebat mempengaruhi gereja-gereja di Indonesia yg menyukai orientasi kebaratbaratan. Padahal seperti semua kisah yang ada di dalam Alkitab, terutama tanda-tanda Akhir Zaman itu ada di Israel, di Yerusalem. Jadi jika kita ingin mengetahui tentang tanda-tanda Akhir Zaman, maka kita harus memalingkan wajah kita kesana.

 

Isu dan Peristiwa Yang Dapat Memantik Kerusuhan & Peperangan Akbar Akhir Zaman

 

Jika kita mulai memberi cukup perhatian terhadap apa yang sekarang terjadi di Timur Tengah, maka kita akan melihat satu isu yang berpotensi menjadi pemantik konflik global yang tak tertandingi: rencana pembangunan Bait Suci Ketiga di Yerusalem. Sementara dunia saat ini fokus pada perang Israel-Hamas, konflik dengan Hezbollah, dan ancaman nuklir Iran, ada sebuah badai sempurna yang sedang membesar yang berpusat pada sebidang tanah seluas 35 hektar, yang dikenal oleh orang Yahudi sebagai Har HaBayit (Gunung Bait Suci) dan oleh Muslim sebagai Haram al-Sharif (Tanah Suci yang Mulia).

 

Pemerintah Israel saat ini, yang merupakan koalisi paling kanan dan religius dalam sejarahnya, secara terbuka didukung oleh menteri-menteri yang memperjuangkan agenda ini. Menteri Keamanan Nasional, Itamar Ben-Gvir, seorang tokoh yang sering mengunjungi kompleks tersebut dan secara terang-terangan mendukung kedaulatan Yahudi di atasnya, pada November 2022 menyatakan, “Tanah Israel adalah milik kita... dan Har HaBayit adalah tempat paling penting”  (The Times of Israel, "In visit to Temple Mount, Ben Gvir says Israel must show ‘who’s in charge’", November 2022). Kelompok-kelompok seperti Temple Mount Faithful dan Temple Institute  telah aktif mempersiapkan segala sesuatu untuk pembangunan Bait Suci, mulai dari peralatan ritual imam hingga desain arsitekturnya.

 

Di kancah internasional, reaksinya bisa ditebak. Pemimpin Iran, Ayatollah Khamenei, secara rutin menyebut Israel sebagai "anak setan" dan telah berulang kali menyatakan bahwa Yerusalem adalah garis merah bagi dunia Islam (dikutip dari beberapa pidato Khamenei dalam release resmi Office of the Supreme Leader). Pemimpin Iran ini secara konsisten, apakah langsung dalam pidato-pidatonya, aupun melalui proksi-proksinya seperti Hamas di Gaza, Hezbollah di Siria atau di Yemen secara tegas mengatakan bahwa perjuangan mereka adalah “untuk menghapus Israel dari peta dunia.Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, sering menyamakan kebijakan Israel di Yerusalem dengan "serangan terhadap kehormatan umat Islam" (Al Jazeera, "Erdogan: Israel’s actions in Jerusalem are ‘attack on honour’ of Muslims", Mei 2021). Dia juga mengatakan bahwa Turki sendiri sanggup untuk menginvasi Israel, bahkan sudah menyatakan bahwa Turki bisa masuk Israel (perhatikan, bukan masuk Gaza, tetapi masuk atau menginvasi Israel) untuk membantu Palestina.


Pernyataan Presiden Turki Yang Siap Untuk Masuk Israel Untuk Membantu Palestina
Pernyataan Presiden Turki Yang Siap Untuk Masuk Israel Untuk Membantu Palestina

Yang patut dicatat adalah reaksi dari negara-negara Arab yang telah berdamai dengan Israel melalui Perjanjian Abraham. Meskipun ada kecaman diplomatik, mereka tidak serta-merta membatalkan perjanjian tersebut. Namun, para analis sepakat bahwa langkah fisik untuk membangun Bait Suci akan menjadi "game-changer" yang memaksa tangan mereka dan menghancurkan normalisasi apa pun. Seperti yang diingatkan oleh seorang diplomat Arab anonim kepada Reuters, "Tidak ada pemimpin Arab yang bisa bertahan jika dia tidak berperang untuk Al-Aqsa." (Reuters*, "Arab allies under pressure over Israel’s Al-Aqsa moves", April 2023)

 

Pelajaran dari Sejarah: Mengapa Bait Suci Pertama dan Kedua Runtuh?

 

Sebelum kita tergoda untuk melihat pembangunan Bait Suci semata-mata sebagai kemenangan nasionalisme Yahudi, kita harus merenungkan pelajaran sejarah yang dalam dari keruntuhan kedua Bait Suci sebelumnya.

 

Bait Suci Pertama (Bait Salomo): Diruntuhkan oleh Babel pada tahun 586 SM. Para nabi seperti Yeremia dengan jelas menyatakan bahwa kehancuran ini bukan karena kelemahan militer Yehuda, tetapi karena penolakan bangsa terhadap perjanjian mereka dengan Allah. Penyembahan berhala, ketidakadilan sosial, dan ritual agama yang kosong telah membuat Allah menarik perlindungan-Nya. Allah lebih peduli pada ketaatan daripada bangunan megah (Yeremia 7:1-15).

 

Bait Suci Kedua (Bait Herodes): Diruntuhkan oleh Romawi pada tahun 70 M. Peristiwa ini, yang dinubuatkan oleh Yesus (Matius 24:1-2), memiliki akar yang dalam. Di satu sisi, ada penolakan terhadap Anak Allah, Mesias yang mereka nantikan. Di sisi lain, konteks politiknya dipicu oleh pemberontakan kaum Zelot (nasionalis Yahudi yang militan) yang bersikeras mengusir Romawi dengan kekerasan, meskipun pada eringatan dari para pemimpin yang lebih bijak seperti Rabi Yohanan ben Zakkai. Kaum agamawi (Saduki dan Farisi) seringkali lebih mempertahankan kekuasaan dan tradisi mereka sendiri daripada kebenaran ilahi. Kombinasi mematikan dari nasionalisme militan dan religiositas yang beku inilah yang akhirnya mengobarkan perang yang menghancurkan Yerusalem dan Bait Suci yang kedua itu.

 

Kedua peristiwa penghancuran Bait Allah yang secara “tidak kebetulan” jatuh pada tanggal dan bulan yang sama itu (tgl 9 Av) merupakan suatu tipologi sekaligus peringatan bagi bangsa Israel bahwa mereka telah ditolak karena mereka telah menolak Allah dan Anak-Nya. Karena itu, usaha untuk mendirikan Bait Allah Ketiga ini merupakan penolakan penuh terhadap Allah dan Anak-Nya karena tidak menerima dan menghormati penggenapan dari kurban penebus dosa Kristus di Golgota. Karena itu Allah akan menghajar bangsa itu habis-habisan sampai mereka akhirnya mengerti dan bertobat dan mendapatkan keselamatan pada seluruh Israel (Rom. 11:26).

 

Seperti Tuhan memakai bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah untuk menghancurkan Bait-Nya dahulu, maka Ia pun akan memakai bangsa-bangsa yang membenci mereka untuk menghancurkan “Bait-Nya” yang ketiga saat ia dibangun nanti. Lihatlah suara dari mereka yang membenci Israel ini tentang rencana pembangunan bait Allah itu:

 

Apa yang Akan Terjadi Jika Bait Ketiga Dibangun? Suara-Suara dari Barisan Jihad

 

Jika rencana pembangunan Bait Suci Ketiga di atas reruntuhan Masjid Al-Aqsa dan Dome of The Rock dilaksanakan, konsekuensinya akan jauh melampaui konflik Israel-Palestina yang kita kenal sekarang. Ancaman dari kelompok-kelompok jihadis terhadap rencana ini sangat eksplisit dan seringkali disampaikan dalam retorika perang eksistensial.

 

Hamas, yang menamakan serangan 7 Oktober 2023 sebagai "Operation Al-Aqsa Flood", secara terbuka menyatakan motivasi pertahanannya. Yahya Sinwar, pemimpin Hamas di Gaza, bersumpah, "Kami akan menggagalkan semua konspirasi terhadap Masjid Al-Aqsa, dan kami akan terus melakukan jihad sampai kami mengusir penjajah dari seluruh tanah kami yang suci." (Statement from Hamas, Oktober 2023)

 

Hezbollah di Lebanon, yang memiliki arsenal roket yang jauh lebih besar daripada Hamas, juga telah menjadikan pertahanan Yerusalem sebagai bagian sentral dari ideologinya. Sekjen Hassan Nasrallah telah berulang kali menyatakan: "Jika Israel melintasi garis merah di Al-Aqsa, seluruh wilayah akan terbakar... Perlawanan kami akan menjadi tanpa batas dan tanpa aturan." Dia menambahkan, "Al-Quds (Yerusalem) adalah inti dari konflik, dan perlindungannya adalah kewajiban seluruh umat Islam."  (Speech by Hezbollah Secretary-General, dalam berbagai kesempatan).

 

Kelompok jihadis global seperti Al-Qaeda juga telah mengancam secara khusus terkait Bait Suci. Ayman al-Zawahiri, mantan pemimpin Al-Qaeda, dalam sebuah pesan video sebelum kematiannya, menyatakan: "Upaya orang-orang Yahudi untuk menghancurkan Masjid Al-Aqsa dan membangun kuil najis mereka adalah perang salib yang membutuhkan jihad global... Setiap muslim wajib berpartisipasi dalam membebaskan Al-Aqsa." (Pesan Ayman al-Zawahiri: As-Sahab Media, Al-Qaeda, 2021).

 

Daesh (ISIS), meski sedang melemah, juga tidak ketinggalan. Dalam edisi majalah online mereka, Al-Naba, mereka menyerukan para pendukungnya untuk menyerang kepentingan Israel dan Yahudi di mana pun sebagai balasan atas "pelanggaran" di Yerusalem. Sebuah pernyataan dari juru bicara mereka mengancam: "Kami akan membakar tanah yang kalian injak dan menjadikan kuburan bagi orang-orang Yahudi yang menjajah Al-Quds. Pembangunan kuil kalian tidak akan pernah terjadi, yang akan terjadi adalah pembantaian kalian." (Al-Naba newsletter, Issue 411)

 

Dengan demikian, jika Bait Suci Ketiga dibangun, dunia akan menyaksikan:

 

1.      Persatuan Umat Islam Global: Isu Al-Aqsa adalah satu-satunya isu yang memiliki kekuatan untuk menyatukan dunia Sunni dan Syiah yang terpecah. Iran, Turki, Arab Saudi, Qatar, dan bahkan negara-negara Muslim non-Arab seperti Indonesia akan menghadapi tekanan domestik yang sangat besar untuk bertindak. Inilah juga saatnya al-Mahdi, Sang Juruselamat dan Pemimpin Islam akan muncul yang akan memimpin mereka dalam perjuangan itu. Dia itulah sang Antikristus itu (akan dibahas dalam blog-blog kedepan).

 

2.      Mobilisasi Total Seluruh Kelompok Jihad: Setiap kelompok jihadis di seluruh dunia akan menyatakan perang suci (jihad) terhadap Israel dan sekutunya. Ini akan menjadi perang eksistensial yang mereka yakini sebagai pertempuran akhir zaman (Malhamah).

 

3.      Eskalasi Menuju Perang Global: Konflik ini akan dengan cepat menarik kekuatan global. Dinamika inilah yang dengan sangat tepat menggambarkan skenario Perang Gog dan Magog (Yehezkiel 38-39) atau Pertempuran Armageddon  (Wahyu 16:16).

 

Kesimpulan dan Rekomendasi bagi Umat Kristen

 

Sebagai orang Kristen yang mempelajari tanda-tanda zaman, kita harus mengambil posisi yang bijaksana dan berimbang.

 

1.      Pelajarilah Kitab Suci dengan Serius: Pahami nubuatan alkitabiah bukan untuk spekulasi yang sembrono, atau untuk menikmati berita-berita sensasi seperti apakah “tanda Antikristus” itu sudah diciptakan, atau apakah Illuminati sudah menemukan calon pemimpin New World Order nya, dan sebagainya. Belajar sendiri dengan tekun untuk memahami nubuatan-nubuatan alkitab untuk memiliki hikmat dan perspektif ilahi. Nubuatan tentang Bait Suci harus dipahami dalam terang penggenapan tertinggi pada pribadi Yesus Kristus, yang adalah Bait Suci yang sesungguhnya (Yohanes 2:19-21). Jika benar-benar terjadi pembangunan “Bait Allah” ketiga oleh Israel, itu bukanlah tindakan yang benar dipandang dari iman Kristen, karena dengan itu maka penolakan mereka terhadap Yesus Kristus oleh Israel sudah penuh. Karena itu Allah akan memberi hukuman terberat-Nya yang tidak pernah terjadi sebelumnya,- bahkan holocaust bukanlah perbandingannya, - agar bangsa Israel mengetahui dosanya dan bertobat (Rom. 11:25-36).

 

2.      Tetaplah Bersikap Kritis Terhadap Perang: Gereja dipanggil untuk menjadi pembawa damai. Gereja harus menentang segala bentuk kekerasan dan radikalisme, dari pihak manapun itu datangnya. Jangan membela secara membabi-buta Israel tentang korban-korban sipil yang disebabkannya. Tindakan itu tetaplah salah. Disisi lain, jangan pula ikut-ikutan mengutuk Israel karena kita tidak punya hak sedikitpun untuk mengutuk, apalagi mengutuk umat pilihan Allah. Biarkan Allah yang menyadarkan mereka, karena mereka adalah “pohon zaitun” yang asli, dan kita hanya cabang liar yang dicangkokkan kepadanya (Rom. 11:17-24). Kita harus memiliki sikap “tahu diri.”  Doakan agar konflik dapat dihindari dan perdamaian sejati, yang hanya ditemukan dalam Kristus, dapat diberitakan.

 

3.      Jangan Memojokkan Israel Secara Tidak Adil: Sangatlah penting untuk memahami bahwa Israel modern, terlepas dari kesalahan politiknya, adalah bangsa yang berjuang untuk eksistensinya di tengah ancaman genocide yang nyata dari gerakan-gerakan yang secara terbuka menyerukan penghancuran mereka. Antisemitisme adalah dosa. Dukungan terhadap hak Israel untuk berdiri tidak harus berarti persetujuan buta terhadap setiap kebijakan pemerintahnya. Berdoalah untuk Israel agar cepat menyadari kesalahannya menolak Sang Mesias yang telah datang kepadanya, sehingga mereka bertobat dan dipulihkan meski harus melalui masa “kesusahan Yakub” yang besar.

 

4.      Tetaplah Berdoa “Datanglah Kerajaan-Mu, Jadilah Kehendak-Mu di Bumi Seperti di Sorga.”: Selalu melihat ke pengharapan ini dimana Kerajaan Kristus berdiri di bumi sebagai penggenapan janji terhadap Abraham dan para patriakh, termasuk kepada Daud (Lukas 1:32-33), dan kitapun akan ikut memerintah bersama-Nya di bumi (Why. 5:10), sebelum memerintah alam semesta selamanya nanti (Why. 22:5). Biarlah pengharapan ini memberi kita ketahanan untuk tetap tekun meski berada ditengah penderitaan dan penganiayaan mereka yang menganggap penganiayaan terhadap kita adalah suatu bakti kepada allahnya (Yoh. 16:2).

 

Rencana pembangunan Bait Suci Ketiga adalah bara api yang siap membakar dunia. Sejarah mengajarkan kita bahwa ambisi manusia, yang diselimuti oleh jubah agama, sering kali berakhir dengan kehancuran. Sebagai orang percaya, mata kita harus tertuju bukan pada bangunan batu, tetapi pada Yesus, Anak Domba Allah, yang adalah satu-satunya pengharapan bagi perdamaian sejati baik bagi Israel, Palestina, maupun seluruh dunia.

 

Semoga bermanfaat.

Salam Kristen Awam

TBA, 09 Sept 2025


 
 
 

Comments


© 2018 by Back to The Bible Ministries (BTBM). Proudly created with Wix.com

  • b-facebook
  • Twitter Round
  • Instagram Black Round
bottom of page