Seri Akhir Zaman #3: Kerajaan Milenium, Literal atau Alegori? (1)
- Sihol Christian Robirosa
- 5 days ago
- 5 min read

Topik ini tetap menjadi perdebatan di dalam gereja-gereja sampai saat ini. Gereja Protestan Injili, termasuk Kaum Karismatik dan Pantekosta yang memakai penafsiran literal, menafsirkan bahwa Kerajaan Mesias itu akan didirikan di bumi yang akan direnovasi nantinya, dan Kristus akan memerintah di Yerusalem yang di bumi ini nantinya. Pandangan ini disebut “Milenialisme.”
Disisi lain, Gereja-gereja Protestan Main Stream dan gereja Reformed, menafsirkan bahwa “Kerajaan 1000 tahun” yang dicatat di dalam Kitab Wahyu 20:4-6 itu adalah alegori sifatnya dan bukan literal. Pandangan ini mengartikan bahwa zaman gereja saat ini adalah zaman Kerajaan Seribu Tahun (KST) secara rohani, dimana Kristus sudah memerintah di Sorga. Pandangan ini disebut “A-Milenialisme” yaitu pandangan yang tidak mempercayai bahwa KST itu ada di bumi secara literal, tetapi sedang terjadi sekarang secara rohani meski sudah 2000 tahun lebih Kristus mendirikan Gereja-Nya.
Yang manakah yang sebaiknya kita pegang?
Masing-masing pasti akan mengatakan mereka yg lebih alkitabiah. Itu adalah sifat kita manusia berdosa yg melihat dirinya lebih benar dari orang lain. Tetapi pilihan tersebut akan lebih mudah jika kita melihat sejarah perkembangan paham-paham ini. Mari kita ikuti sejarahnya.
Kisah Pergulatan Gereja tentang Kerajaan Milenium
(Sebuah Perjalanan Sejarah Eskatologi Kristen)
Fajar yang Dinantikan
Di ruang bawah tanah katakombe Roma, di antara lukisan domba dan ikan, para martir abad pertama berbisik tentang satu pengharapan: Kristus akan segera kembali, mengalahkan Nero, dan memerintah di bumi selama seribu tahun. Inilah benih Premilenialisme—keyakinan akan Kerajaan Milenium harfiah di bumi—yang menyala-nyala di hati gereja mula-mula.
Api Premilenialisme di Gereja Awal
Suara Para Murid Langsung
Papias dari Hierapolis (60-130 M), murid Yohanes Penulis Wahyu, mencatat ajaran lisan para rasul:
"Akan datang masa di mana pohon anggur menghasilkan 10.000 cabang, setiap cabang berbuah 10.000 tandan, setiap tandan berisi 10.000 buah anggur... dan orang-orang kudus akan bersukaria."— Eusebius, Sejarah Gereja III.39Bagi Papias, Kerajaan 1000 Tahun Kristus ini bukan alegori, tapi janji kelimpahan fisik di bumi selama Milenium.
Yustinus Martir (100-165 M), filsuf yang jadi martir, bersaksi:
"Aku dan semua orang Kristen ortodoks percaya akan kebangkitan daging, lalu seribu tahun di Yerusalem yang dibangun, dihias, dan diperbesar."— Dialog dengan Trypho, Bab 80Ia menegaskan: Penolakan Milenium harfiah adalah bidah!
Sang Pembela Iman: Ireneus dari Lyon
Di abad ke-2, Ireneus—murid Polykarpus yang adalah murid Yohanes—menulis magnum opus Melawan Ajaran Sesat. Dengan tegas ia menjelaskan:
"Para patriark akan bangkit dan memerintah di bumi... Yerusalem dipulihkan, Kristus memerintah secara kasatmata di tengah umat-Nya."— Buku V.34.4Bagi Ireneus, Milenium adalah antisipasi ciptaan baru, tempat orang percaya "belajar menampung kemuliaan Allah" (Buku V.32.1).
Konsensus Abad Awal
Tertulianus (160-220 M): "Kami menantikan kerajaan surgawi di bumi sebelum surga." (Melawan Marcion, III.25)
Hipolitus (170-235 M): Menghitung 6.000 tahun sejarah manusia sebelum Milenium dimulai.
Lactantius (240-320 M): Menggambarkan era itu: "Tak ada perang, panen berlimpah, manusia hidup 1.000 tahun!" (Institutes, VII.24)
Sejarawan Philip Schaff yang terkenal sebagai pakar sejarah gereja menyatakan:
"Premilenialisme adalah pandangan umum gereja abad ke-2. Hampir tak ada suara penentang."
Gempa Sejarah yang Mengubah Segalanya
Peristiwa Penentu: Runtuhnya Roma (410 M)
Ketika bangsa Visigoth menjarah Roma, dunia Kristen gempar. Orang kafir menuduh: "Ini hukuman karena meninggalkan dewa-dewa!" Agustinus—Uskup Hippo—pun menulis De Civitate Dei (Kota Allah) sebagai jawaban.
Karya besar Agustinus ini ditulis sebagai respon kekecewaan Eskatologi karena dunia kafir bangsa Visigoth ternyata dapat menaklukkan Gereja yang merupakan Kerajaan Kristus di dunia.
Bapa-bapa gereja awal (seperti Ireneus) percaya Kristus kembali sebelum tahun 500 M. Ketika itu tak terjadi, Agustinus merombak seluruh sistem penafsiran.
"Pengharapan akan Milenium harfiah telah mempermalukan kita. Saatnya membaca Wahyu dengan mata baru."— Agustinus dalam suratnya
Agustinus dan Revolusi Amilenialisme
Kota Allah: Kitab yang Mengubah Sejarah
Dalam Kota Allah (Buku XX), Agustinus membangun tafsir baru:
1.000 Tahun = Simbol Gereja:
"Kerajaan itu adalah gereja sekarang... di mana orang-orang kudus memerintah dengan Kristus." (XX.9)
Iblis "dibelenggu" berarti kuasanya dibatasi oleh salib, sehingga Injil bisa diberitakan.
Kebangkitan Pertama = Kelahiran Baru:
"Kebangkitan pertama (Wahyu 20:5-6) adalah kebangkitan jiwa dari kematian dosa." (XX.6)
Bait Suci Yerusalem = Tubuh Kristus:
Nubuat Yehezkiel 40-48 tentang Bait Ketiga ia alegorikan sebagai gereja.
Alasan Dibalik Perubahan
Filosofi Platonik: Pengaruh Plato membuat Agustinus merendahkan hal fisik. "Materi adalah bayang-bayang; realitas sejati ada di dunia ide."
Realisasi Politik: Setelah Kaisar Konstantinus menjadikan Kristen agama resmi (313 M), gereja adalah "kerajaan" yang dijanjikan.
Respons terhadap Donatis: Kaum puritan Donatis ingin gereja "murni" sebelum Kerajaan datang. Agustinus menekankan: "Gereja adalah campuran gandum dan lalang sampai akhir zaman." (Mat. 13:24-30)
"Milenium bukan masa depan—ia sedang terjadi! Gereja yang berkuasa sekarang adalah Kerajaan Kristus."— Agustinus, Kota Allah XX.9
Dampak Global & Kritik
Kemenangan Amilenialisme
Pandangan Agustinus menjadi doktrin resmi gereja selama 1.200 tahun! Para pemikir besar mengikutinya seperti:
Thomas Aquinas (1225-1274): "Milenium adalah keadaan gereja yang dimuliakan."
Martin Luther (1483-1546): "1.000 tahun = waktu antara salib dan akhir zaman."
Suara-Suara yang Terdiamkan
Meski dominan dalam masa itu, Amilenialisme tak tanpa kritik, karena konsep ini:
Mengabaikan Nubuat PL: Janji pemulihan Israel fisik (Yes. 11:6-9; Yeh. 37) dianggap "terlalu Yahudi".
Memutus Tradisi Apostolik: Ireneus dan Papias—yang dekat dengan rasul—disebut "berpikiran sempit" oleh Eusebius.
Membuka Pintu Teologi Pengganti: Gereja dianggap "Israel baru", sehingga janji untuk Yahudi dialihkan.
Kebangkitan Kembali Sang Fajar
Di abad ke-19, premilenialisme bangkit seperti fajar baru dengan adanya kebangkitan penafsiran untuk kembali kepada penafsiran Bapa-bapa Gereja, seperti bangkitnya orang-orang berikut:
John Nelson Darby (1800-1882): Merumuskan Premilenialisme Dispensasional.
Para Arkeolog: Temuan gulungan Laut Mati menguatkan tafsir harfiah nubuat Yahudi.
Joel Richardson: "Janji Allah kepada Israel tak pernah dibatalkan. Milenium adalah panggung terakhir penggenapannya!"
Sekalipun kita tidak menyetujui Premilenialisme Dispensasionalnya J.N. Darby yang terlalu kaku membuat pemisahan antara Israel dengan Gereja serta konsep Premilenialis-Pretribulasinya, tetapi kembalinya konsep penafsiran Bapa-bapa Gereja ini telah memberikan cahaya baru lagi bagi kembalinya penafsiran tentang Kerajaan Milenial kepada kita Gereja di Akhir Zaman, seperti yang dimengerti oleh Bapa-bapa Gereja terdahulu.
Ironi Sejarah
Kita harus belajar dari kesalahan St. Agustinus—yang ingin melindungi gereja dari malu—tetapi malah justru memicu krisis baru: polemik antara "Israel jasmani" dan "Israel rohani" yang berdarah-darah dalam Reformasi.
Pelajaran Abadi:"Saat kita mengalegorikan nubuat tentang bumi, kita kehilangan sebagian Injil: Tuhan bukan hanya menyelamatkan jiwa, tapi juga menebus materi, waktu, dan sejarah."— N.T. Wright
Kini, di tengah debat eskatologi, gema para martir di katakombe tetap berbisik:
"Ia akan datang kembali.Dan di bumi yang berdarah ini,Duri akan jadi mawar,Naga akan jadi debu,Dan Anak Dombaakan memerintahdi antara kita—daging dan darah—untuk seribu tahun fajar."
Amin.
Kita akan melanjutkan bahasan tentang Kerajaan Milenium ini menurut Alkitab (PL & PB) dan juga mengintip apa yang dipercayai oleh Yudaisme tentang Kerajaan Mesias ini. Ikuti blog-blog lanjutannya dalam Seri Akhir Zaman ini.
Salam Kristen Awam
Back to The Bible Ministries (BTBM)
Comments