top of page
  • Writer's pictureSihol Christian Robirosa

Propisiasi dan Ekspiasi


"Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya." (Rom. 3:25)


"whom God put forward as a propitiation by his blood, to be received by faith. This was to show God's righteousness, because in his divine forbearance he had passed over former sins." (Rom 3:25 ESV)



Kedua kata ini sering didengar saat seseorang mulai belajar alkitab dengan serius, sekalipun pemakaian istilah "ekspiasi" tidak tercantum secara eksplisit di dalam alkitab, tetapi akan selalu muncul saat membicarakan tentang arti dari doktrin "propisiasi."


Jadi apakah arti kata keduanya?


Kamus Bauer-Danker Greek-English lexicon (BDAG) menghubungkan keduanya secara sederhana: Ekspiasi adalah HASIL dari Propisiasi, dan propisiasi adalah CARA untuk memperoleh Ekspiasi.


Kita mulai dari "ekspiasi." Prefix "eks" mengindikasikan adanya sesuatu yang "keluar atau dikeluarkan." Di dalam doktrin penebusan Kristen, kata ini memiliki arti mengeluarkan/menghilangkan murka Allah dengan menghilangkan kesalahan melalui suatu kurban penebus salah. Artinya, oleh penebusan Kristus, maka murka Allah dihilangkan/dikeluarkan/dihapus oleh Allah. Jadi ekspiasi adalah HASIL dari penebusan Kristus.


Hasil penebusan tersebut dilakukan melalui kurban substitusi Kristus di kayu salib. Jadi tindakan Kristus yang mempersembahkan diri-Nya sebagai kurban substitusi penebus dosa ini disebut dengan istilah "Propisiasi." Inilah caranya untuk mendapatkan ekspiasi (penghapusan murka Allah).

Mari kita diskusikan lebih dalam lagi tentang konsep Propisiasi ini.


Propisiasi: apakah ini konsep Perjanjian Baru saja?


Konsep propisiasi tidak muncul begitu saja di perjanjian Baru seolah-olah hal itu merupakan kreasi Allah yang baru. Tidak. Propisiasi merupakan intisari seluruh Kitab Suci Perjanjian lama, karena konsep ini langsung diperkenalkan oleh Allah sesaat setelah Adam jatuh ke dalam dosa (Kej. 3:21).


Untuk menutup keadaan berdosa Adam dan Hawa, Allah mengambil nyawa binatang agar kulitnya dapat menutupi ketelanjangan mereka. Saat awal kita membaca kisah ini, maka kita akan berkesimpulan bahwa hal itu hanyalah narasi suatu sejarah tentang nenek moyang manusia saja. Tidak terpikirkan bahwa tindakan Allah tersebut merupakan tipologi dan nubuatan dari suatu tindakan Allah sesungguhnya yang kan memberikan kurban substitusi penebus salah yang sesungguhnya, yaitu Mesias-Nya.


Tindakan Allah untuk mengorbankan binatang sebagai jalan menutup dosa itu diturunkan secara turun-temurun, mulai Habel, Set, Nuh, Abraham, Ishak, Yakub dan keturunannya (bangsa Israel). Ritual kurban pengganti penebus dosa ini diteruskan selama ribuan tahun, dengan pengertian yang semakin jelas, sampai memperoleh penggenapannya di dalam Yesus Kristus, Sang Anak Domba Allah itu.


Agar kita dapat menghargai propisiasi ini dengan lebih baik, ada baiknya kita menggalinya dari ritual orang Israel yang telah dilembagakan di dalam Tabernakel (kemudian menjadi permanen di dalam ritual Bait Allah nya).



Makna ritual di Tabernakel/Bait Allah


Untuk dapat mengerti makna ini, mari kita mempelajari tata cara dan perlengkapan Kemah Suci ini. Lihat denah Pelataran Tabernakel berikut:



Gbr. 1: Pelataran Tabernakel dan Aktivitas di dalamnya.


Perhatikan gambar sketsa diatas. Berikut adalah tahapan-tahapan ritual didalam Pelataran Kemah Pertemuan dan bagaimana Kristus memenuhi gambaran Imam Besar bagi orang berdosa:


  1. Pintu gerbang adalah jalan masuk pertama bagi seorang yang berdosa. Tidak ada seorangpun,- kecuali imam yang bertugas - yang diperbolehkan masuk kedalam pelataran Bait Allah jika ia tidak membawa korban bagi penghapus dosanya. Saat Kristus mati di Golgota, Ia membawa korban, yaitu Diri-Nya sendiri sebagai korban penebus salah, sekali untuk selamanya (Ibr. 9:24-28).

  2. Didalam pelataran Kemah Suci, orang berdosa itu kemudian meletakkan tangannya keatas hewan korban yang dibawanya sebagai simbol bahwa kesalahan orang tersebut dipikulkan kepada hewan korban, dan hewan itulah yang harus menderita kematian bagi orang tersebut. Ini gambaran dari aspek penebusan Kristus dimana Ia sebagai korban pengganti penebus salah harus mengalami maut yang mengerikan agar kita yang percaya dapat memperoleh pengampunan (Ibr. 9:28, 1Kor. 15:3, 1Pet. 2:24; 3:18, 1Yoh. 2:2, Yes. 53, dsb.).

  3. Hewan korban substitusi itu kemudian disembelih. Ini adalah nubuatan mengenai Mesias yang harus menderita dan menyerahkan nyawa-Nya ganti orang berdosa (Ibr. 9:25-26, Luk. 24:24, 26, Kis. 3:18, 17:3, 26:23)

  4. Kemudian segala lemak hewan korban harus dibakar, dan bagian lainnya harus dimakan oleh para imam. Ini adalah nubuatan akan persembahan tubuh Kristus yang harum dihadapan Allah karena kasih, kekudusan dan kebenaran yang menyertainya (Ef. 5:2).

  5. Bejana pembasuhan adalah tempat air pembasuhan bagi Harun dan anak-anaknya yang bertugas sebagai imam. Sebelum dan sesudah melaksanakan pekerjaan imamatnya mereka harus membasuh tangan dan kakinya. Demikian pula sebelum mereka masuk kedalam kemah, mereka harus menyucikan diri secara demikian. Jika tidak, maka mereka akan mati oleh hadirat Tuhan karena pembasuhan ini merupakan gambaran persyaratan penyucian sebelum dapat bertemu Allah Yang Maha Kudus (Kel. 30:17-21). Ini adalah tipologi Kristus yang rela menyamakan diri dengan orang berdosa yang memerlukan baptisan sebelum melaksanakan pekerjaan penebusan-Nya. Sebelum melaksanakan tugas-Nya sebagai Imam Besar, Kristus harus mengikuti baptisan penyucian, bukan karena Ia tidak suci, tetapi sebagai Imam Besar yang akan mempersembahkan Diri-Nya, Yesus harus melakukan pembasuhan ini, sehingga Ia dapat "menggenapkan seluruh kehendak Allah" (Mat. 3:15).


Setelah melakukan upacara persembahan korban dipelataran Kemah Suci, imam yang bertugas kemudian akan masuk kedalam Ruang Kudus untuk mempersembahkan roti sajian dan ukupan dari wangi-wangian, setelah terlebih dahulu membasuh tangannya lagi di bejana pembasuhan. Perhatikan Illustrasi dibawah ini:



Gbr. 2 - Kemah Tabernakel dan Ritual di dalmnya


Hanya imam yang bertugas saja boleh memasuki ruangan ini dan mempersembahkan roti sajian dan ukupan wangi-wangian bagi Allah. Itupun setelah mempersembahkan korban penebus salah untuk bangsa Israel dan dirinya sendiri. Perhatikan perkakas yang ada di Ruang Kudus (no. 6, 7 dan 8):


6. Perkakas pertama dalam Ruang Kudus adalah kandil (kaki dian) emas dengan tujuh dian diujungnya. Kandil ini adalah satu-satunya sumber cahaya diruangan itu karena berada didalam tenda tanpa jendela dan tirai yang selalu tertutup. Kandil ini diisi dengan minyak zaitun murni agar dapat terus menyala. Dengan demikian imam yang bertugas dapat melayani di meja roti sajian dan di mesbah ukupan. Kandil emas ini adalah tipologi Kristus Sang Terang Dunia (Yoh. 8:12) yang memberi pengenalan akan Allah yang benar sehingga manusia dapat beribadah dan melayani Allah dengan semestinya.


7. Perkakas selanjutnya adalah Meja Roti Sajian. Diatasnya diletakkan 12 roti sajian dan diganti setiap Sabat. Setelah dipersembahkan kepada Allah selama seminggu, Roti itu kemudian dimakan oleh imam. Meja ini menggambarkan persekutuan dengan Allah. Roti yang telah dipersembahkan kepada Allah kemudian juga dinikmati oleh imam-Nya. Roti ini merupakan tipologi Kristus yang pengorbanan-Nya pertama merupakan persembahan kepada Allah, tetapi juga memberikan kehidupan kepada orang yang percaya kepada-Nya (Yoh. 6:35,48,51). Dapat berarti juga bahwa Kristus adalah tempat persekutuan antara Allah dengan manusia.


8. Perkakas terakhir didalam Ruang Kudus adalah mezbah ukupan (pedupaan). Disini siang dan malam dibakar wangi-wangian yang terdiri dari 4 bahan yang keharumannya memenuhi Ruang Kudus dan masuk kedalam Ruang Maha Kudus. Pedupaan selalu menggambarkan doa (band. Why. 8:3-4). Ini adalah tipologi dari syafaat Kristus yang siang-malam masuk kehadirat Allah bagi kita. Ini adalah gambaran dari tugas Kristus sebagai Imam Besar Agung yang senantiasa bersyafaat atau menghadap Allah bagi kepentingan kita (Ibr. 9:24)


9. Antara Ruang Kudus dengan Ruang Maha Kudus dipisahkan dengan satu tirai yang dibuat dari 4 jenis benang pintal dan dipenuhi tenunan gambar Kerubim. Kerubim adalah para makhluk disekitar takhta Allah, atau pengusung takhta Allah (lihat misalnya Yeh. 1 & 10:1). Kerubim selalu menggambarkan kehadiran hadirat/takhta Allah. Jadi tirai/tabir tersebut memisahkan antara Ruang Kudus dengan hadirat Allah langsung di Ruang Maha Kudus. Artinya, tidak seorangpun, bahkan imam yang bertugas yang dapat masuk kedalam Ruang Maha Kudus. Hanya Imam Besar yang diperbolehkan masuk sekali setahun pada Hari Pendamaian (Ibr.: “Yom Kippur”), dengan membawa darah korban bagi pengampunan dirinya sendiri dan bangsa Israel. Tabir itu adalah tipologi Kristus (Ibr. 10:20), yang oleh kematian-Nya telah membuka tabir hadirat Allah kepada manusia, sehingga didalam Dia kita dapat bersekutu lagi dengan Allah.


10. Di ruang Maha Kudus, kehadiran Allah dinyatakan oleh kemuliaan (kaboth) Allah yang bersinar diatas Tutup Pendamaian itu (Kel. 40:34-35). Perkakas disitu adalah Tabut Perjanjian yang berisi kedua loh batu, tongkat Harun dan manna, yang ditutup dengan tutup emas berhiaskan dua kerub dari emas murni yang disebut “tutup pendamaian” (Ibr.: “kapporeth”. Ing.: “mercy seat”, Yun.: "hilasterion"). Diatas tutup ini sekali setahun Imam Besar akan memercikkan darah bagi pengampunan dirinya dan bangsa Israel. Jadi diatas tutup pendamaian ini tetap ada bekas percikan darah.

Gambarannya jelas: oleh Darah Kristus, Allah tidak akan melihat semua tuntutan Hukum Taurat lagi. Semua penghukuman karena melanggar Hukum Tuhan dan semua dosa karena ketidakserasian dengan kemuliaan Allah tidak akan dilihat dan dituntut-Nya lagi dari kita, karena Darah Kristus telah menutupinya (Rom. 3:25a; 2Kor. 5:18-19). Sekarang Allah hanya melihat Darah Kristus yang telah tercurah bagi kita dan tidak melihat lagi pelanggaran-pelanggaran kita. Bahkan dikekekalan sorga, darah dan pengorbanan Kristus tetap menjadi simbol abadi yang akan mengingatkan kasih Allah kepada manusia (Why. 5:6, 12; 13:8).


Itulah makna dari dari Tabut Perjanjian itu, yang merupakan tempat propisiasi yang melepaskan bangsa Israel dari murka Allah karena diatas tutup pendamaian (Yun. "hilasterion") itu telah dicurahkan darah lembu jantan dan domba jantan sebagai kurban pengganti penebus dosa, yang nantinya digenapi oleh Kristus (Rom. 3:15).









1,481 views0 comments

Comments


bottom of page