“Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.” (Maleakhi 3:8-10)
Jika anda search di Goole dengan frasa “the most cited bible verses on giving,” maka di ranking 1 Google, anda akan selalu menemui ayat Mal. 3:10 di dalam ayat-ayat populer tersebut. Ayat-ayat ini telah begitu banyak pemakaiannya sejak mulainya kegerakan Word of Faith (WoF) tahun 60 an yang dimulai oleh E.W. Kenyon pendiri Bethel Bible Institute di Spencer Amerika.
Dan setelah masuknya Teologi Kemakmuran ke Indonesia tahun 80 an, maka tidak terbendung lagi pemakaian ayat-ayat ini di atas mimbar dan menjadi alat pencari uang yang effektif yang dilakukan oleh pemimpin-pemimpin kegerakan WoF untuk membangun kerajaan bisnis gerejanya.
Sekalipun pembahasan ini agak terlambat, tetapi rasanya masih diperlukan agar para pengajar tidak mengeksploitasi arti ayat-ayat tersebut sebagai alat pencari uangnya. Sekaligus dapat melepaskan jiwa jemaatnya yang susah dari pemikiran bahwa mereka telah dikutuk karena tidak memberi persepuluhan mereka.
Di bagian pertama ini kita akan bahas tentang latar belakan persembahan persepuluhan ini di Perjanjian Lama (PL), agar kita dapat menangkap esensi, arti dan praktiknya di PL. Baru kemudian kita membahas tentang relevansinya di dalam Perjanjian Baru. Mari kita mulai.
Persembahan persepuluhan didalam PERJANJIAN LAMA: Maksud dan Tujuannya
Sebelum kita membahas persepuluhan didalam PB, kita akan meneliti maksud dan tujuan dari persembahan persepuluhan didalam PL. Dengan demikian kita akan mengerti jiwa dari persembahan tersebut. Mari kita teliti dimana persembahan persepuluhan tersebut diberi dan untuk kegunaan apa.
Persembahan persepuluhan pertama sekali disebutkan didalam Kej. 14:20. Saat itu Abraham memberikan sepersepuluh dari pampasan perangnya kepada imam Melkisedek sebagai tanda ibadah kepada Allah Yang Maha Tinggi dengan memberi persepuluhan kepada imamNya.
Berikutnya persepuluhan disebut didalam Kej. 28:22 ketika Yakub bernasar kepada Tuhan untuk memberi sepersepuluh dari segala berkat Tuhan kepada Tuhan (teknisnya tidak dijelaskan bagaimana memberikan kembali kepada Tuhan).
Kemudian persepuluhan dilembagakan dalam kitab-kitab Musa (Hukum Taurat) dan kitab-kitab lain didalam PL sebagai pengaturan pemberian persembahan persepuluhan, terutama untuk imam yang bertugas dirumah Tuhan. Inilah pengaturan persembahan didalam kitab-kitab Musa dan para nabi :
Sepersepuluh dari hasil tanah, untuk persembahan kudus kepada Tuhan (Im. 27:30)
Persembahan persepuluhan dari lembu sapi atau kambing domba untuk Tuhan (Im. 27:32)
Segala persembahan persepuluhan di antara orang Israel sebagai milik bani Lewi (Bil. 18:21), namun sepersepuluh dari persembahan itu harus diberi lagi oleh bani Lewi kepada Imam Harun (Bil. 18:28).
Sepersepuluh dari hasil ladang & ternak untuk mereka nikmati dihadapan Tuhan. Juga harus dinikmati orang Lewi (Ul. 14:22-27).
Pada akhir tahun ke 3 (tahun persembahan persepuluhan), persepuluhan diberi kpd org Lewi, orang asing, anak yatim dan kepada janda (Ul. 14:28-29; Ul. 26:12)
Persembahan persepuluhan dari “segala sesuatu” oleh penduduk Yerusalem (2Taw. 31:5), tetapi penduduk kota-kota lain sepersepuluh dari lembu sapi dan kambing domba serta persembahan persepuluhan lain yang telah dikuduskan (dijanjikan & dipisahkan) kepada Tuhan (2Taw. 31:6).
Sepersepuluh dari hasil tanah (baca: hasil tanah; “ground”, bukan “land”- Neh. 10:37) untuk orang Lewi yang mengumpulkannya kedalam rumah perbendaharaan.
Persembahan persepuluhan SECARA HUKUM adalah hak para imam dan orang-orang Lewi (Neh. 12:44), tetapi persepuluhan ini juga diperuntukkan bagi para penyanyi dan penunggu pintu gerbang (Neh. 12:45; 13:5).
Seluruh persembahan persepuluhan supaya dibawa kedalam rumah perbendaharaan agar kegiatan rumah Tuhan dapat berjalan lagi (Mal. 3:10).
Namun persembahan persepuluhan TIDAK SELALU diperuntukkan bagi suku Lewi, tetapi juga untuk:
Para penyanyi dan penunggu pintu gerbang (Neh. 12:45; 13:5)
Orang asing, anak yatim, dan janda (Ul. 14:28-29; Ul. 26:12).
Raja (1Sam. 8: 11-18 - ini tidak tepat diistilahkan sebagai persembahan persepuluhan, tetapi sebagai kewajiban pajak. Namun yang menarik, angka sepersepuluh tetap dipakai).
Jika membaca sepintas tentang persembahan persepuluhan ini, kita akan dibuat bingung karena begitu beragam peruntukan dan jenisnya. Ada persepuluhan yang khusus untuk imam, ada yang untuk janda juga, yatim dan orang asing, ada untuk penyanyi dan penunggu gerbang, dsb. Jenisnyapun berbeda-beda, ada dari hasil tanah (pertanian), ternak, atau “dari segala sesuatu.” Bahkan didalam kitab Talmud bangsa Yahudi, persepuluhan ini harus sampai kepada hal-hal yang paling kecil seperti “selasih, adas manis, jintan, dan segala jenis sayuran” ( Mat. 23:23; Luk. 11:42). Jadi bagaimana kita mengertikannya?
Untuk itu kita perlu menyelidiki sejarah pelaksanaan persembahan persepuluhan ini melalui kamus-kamus yang juga menggali catatan-catatan para sejarahwan, terutama sejarahwan Yahudi Josephus, Tobit, Jerome, dll. Catatan-catatan tersebut juga mencatat praktek- praktek orang Yahudi mengenai persembahan persepuluhan ini, baik selama masa Perjanjian Lama, maupun masa Yesus hidup didunia ini.
Sekalipun ada perbedaan-perbedaan kecil, kamus-kamus seperti International Standard Bible Encyclopedia, Fausset’s Bible Dictionary, dan Easton’s Bible Dictionary, mencatat bahwa dikalangan para sejarahwan dan akhli alkitab yang hidup pada masa sebelum dan saat Kristus didunia ini, persembahan persepuluhan dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
Persembahan persepuluhan pertama, diberikan kepada bani Lewi yang kemudian harus memberi persepuluhannya kepada para imam (Bil. 18:21-32). Persembahan persepuluhan ini dibawa dulu kerumah perbendaharaan sebelum dibagi kepada bani Lewi dan para imam (lih. mis. Neh. 10:38; Mal. 3:10).
Persembahan persepuluhan kedua (disebut juga persepuluhan perayaan), diberikan untuk keperluan rumah Tuhan dan pesta di Yerusalem setiap tahun. Mereka yang jauh dari Yerusalem, dapat menguangkannya, kemudian membelanjakan lagi untuk membeli apa saja yang mereka mau untuk bersukaria ditempat yang ditentukan Tuhan (Ul. 14:22-27).
Persembahan persepuluhan ketiga, pada akhir tahun ketiga (Maaser Sheni: tahun persembahan persepuluhan), diperuntukkan khusus untuk orang Lewi dan para fakir miskin, yaitu para janda dan yatim (Ul. 14:28-29; 16:12)
Ketiga jenis persepuluhan ini bukan saling mengganti, tetapi tetap harus dilakukan ketiganya, sehingga jumlah persepuluhan sebenarnya lebih dari 10% dari penghasilan kotor/bruto (bukan dari keuntungan) orang Yahudi, karena yg diberikan adalah 10% dari seluruh hasil pertanian dan peternakan mereka.
Konsep seperti ini secara praktis tidak dapat dilaksanakan pada zaman kini dimana jenis usaha sudah berbeda. Karena itu bangsa Yahudi pun sudah lama meninggalkan konsep ini.
Jadi jika kita berpendapat bahwa persembahan persepuluhan didalam Perjanjian Lama tetap berlaku pada masa kini, maka kita harus melakukan tepat seperti yang dikatakan oleh PL dengan segala peraturannya (seperti memberi 10% dari penghasilan brutonya), karena jika kita melanggar atau mengabaikan salah satu dari hukum persepuluhan tersebut (termasuk cara-caranya), maka kita juga telah melanggar hukum lainnya (Yak. 2:10-11), dan kita akan kena kutuk (jika Anda mendasarkannya kepada konsep Mal. 3:9 yang usang). Dengan demikian kita menempatkan diri kita kembali kebawah kutuk Hukum Taurat. Tetapi syukur kepada Tuhan yang telah melepaskan kita dari segala kewajiban seremonial Perjanjian Lama dan hidup dalam kebebasan anugerah Tuhan.
Namun yang terpenting disini untuk dicermati adalah jiwa dari persepuluhan ini. Sekalipun tujuan utamanya adalah untuk menghidupi bani Lewi dan para imamnya karena mereka tidak mendapat bagian tanah diantara suku-suku lain sebangsanya, namun persembahan ini tetap harus diberikan kepada fakir miskin khususnya pada akhir tahun ketiga. Bahkan pemberian kepada para fakir miskin ini dirayakan dengan mengundang mereka untuk makan minum dirumah mereka (Ul. 26:12).
Intinya adalah: pemberian persepuluhan dimaksudkan agar orang Yahudi (1) belajar mengakui hak Allah akan semua miliknya dan memberikan kembali melalui imam-imamNya, dan (2) belajar mempraktekkan kasih kepada sesamanya. Itu adalah manifestasi kepatuhan terhadap Hukum Yang Terutama dan Yang Utama ini:
“Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.
Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." (Mat. 22:37-40)
Jadi maksud dari Persembahan Persepuluhan di dalam PL adalah 2 sisi:
Sebagai sumber dana dalam pengelolaan Kerajaan Allah dengan mensupport hidup para imam-Nya dan kegiatan imamatnya, dan
Sebagai alat untuk menolong sesamanya yang susah.
Ini adalah hakikat dari Hukum yang Terutama, yaitu mengasihi Allah dan sesamanya.
Sekarang kita membahas apakah persembahan persepuluhan ini masih relevan didalam Perjanjian Baru.
Persembahan Persepuluhan didalam Perjanjian Baru: Apakah Masih Relevan?
Untuk membuktikan sahnya persembahan persepuluhan didalam PB, pengajaran kontemporer biasanya mengutip perkataan Tuhan kepada para akhli Taurat dan orang-orang Farisi dalam ayat-ayat berikut yang sebenarnya merupakan suatu teguran karena mereka lebih memperhatikan adat istiadat mereka daripada jiwa dari Hukum Taurat yang sebenarnya (keadilan, belas kasihan dan kesetiaan):
“Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.” (Mat. 23:23)
“Tetapi celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu membayar persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran, tetapi kamu mengabaikan keadilan dan kasih Allah. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.” (Luk. 11:42)
Disini Tuhan sedang menegur dengan keras kemunafikan orang-orang Farisi dan akhli-akhli Taurat karena mereka lebih memperhatikan adat-astiadat mereka dari pada memiliki kasih, keadilan dan kesetiaan (perhatikan bahwa didalam kitab Musa tidak ada jenis persepuluhan demikian karena para akhli Taurat dan orang-orang Farisi lebih mendasarkan pengajaran persepuluhan mereka kepada kitab Talmud yang banyak dicampur dengan adat istiadat mereka). Perkataan “yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan” merupakan dasar pengajaran kontemporer untuk menunjukkan bahwa Tuhan Yesus menyetujui persepuluhan didalam PB.
Tentu saja Yesus menyetujui persembahan persepuluhan saat itu, bahkan Ia harus tunduk dibawah SEMUA ketentuan Hukum Taurat, karena Dia datang bukan untuk meniadakannya, tetapi untuk menggenapinya (Mat. 5:17). Karena itu sebagai bukti bahwa Ia adalah Domba Penebus yang tidak bercacat, maka Ia harus takluk dan melakukan semua tuntutan Taurat (Gal. 4:4). Saat hidup-Nya, Ia harus tunduk kepada Hukum Taurat. Lihat misalnya perintah-Nya kepada orang kusta yang disembuhkan-Nya:
“Lalu Yesus berkata kepadanya: "Ingatlah, jangan engkau memberitahukan hal ini kepada siapapun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah persembahan yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka." (Mat. 8:4; band. Mark. 1:44; Luk. 5:14)
Mengapa demikian? Karena Kristus memang harus tunduk kepada hukum Taurat agar dapat menggenapinya. Itulah sebenarnya inti dari pengajaran Paulus kepada jemaat di Galatia:
“Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak.” (Gal. 4:4-5)
Namun dengan selesainya pekerjaan penebusan Kristus, yaitu setelah Kristus mati dan bangkit untuk penebusan dosa dan pembenaran kita, maka Hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya telah DIBATALKAN dan tidak berlaku bagi kita yang berada dibawah PB yaitu perjanjian anugerah.
“… sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera,” (Ef. 2:15)
“Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman. Sekarang iman itu telah datang, karena itu kita tidak berada lagi di bawah pengawasan penuntun.” (Gal. 3:24-25)
“Tetapi sekarang kita telah dibebaskan dari hukum Taurat, sebab kita telah mati bagi dia, yang mengurung kita, sehingga kita sekarang melayani dalam keadaan baru menurut Roh dan bukan dalam keadaan lama menurut huruf hukum Taurat.” (Rom. 7:6)
“Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes; dan sejak waktu itu Kerajaan Allah diberitakan dan setiap orang menggagahinya berebut memasukinya.” (Luk. 16:16)
Secara khusus, imamat Hukum Taurat itupun telah diganti dari imamat Lewi (dimana persembahan persepuluhan merupakan pendukungnya), telah diganti dengan imamat menurut Melkisedek yang adalah imamat yang bersifat rohani yang kemudian digenapkan oleh pekerjaan Kristus (Ibr. 7, 8)
Karena itu didalam PB tidak ada pernyataan atau contoh tindakan mengenai persembahan persepuluhan itu. Persembahan didalam PB sifatnya lebih dalam, luas, dan rohani (lihat Bab 6). Namun jiwanya tetap sama, yaitu: Untuk mengingatkan orang-orang percaya bahwa harta mereka seluruhnya adalah milik Tuhan, dan mereka hanya sebagai pengelolanya yang harus mengelolanya sesuai dengan kehendak Tuhan, yaitu:
1. Sebagai alat bagi perluasan & pengelolaan Kerajaan Allah dibumi,
2. Sebagai alat kasih, yaitu untuk membantu mereka yang kekurangan.
Karena itu, didalam gereja-gereja Protestan Injili konsep persembahan persepuluhan ini telah diganti dengan konsep “generous giving” yang dicontohkan oleh banyak tokoh Kristen seperti John Wesley. Ia hanya memakai uang untuk hidup sederhana dan memberi kelebihan pendapatannya sebagai sarana kasih dengan membantu mereka yang susah, mendirikan rumah sakit, sekolah, panti-panti asuhan, dsb. Artinya, persembahan persepuluhan itu sudah tidak relevan lagi di dalam Perjanjian Baru, diganti dengan persembahan-persembahan seperti yang telah didiskusikan di bagian-bagian terdahulu (lihat lengkapnya di dalam buku terlampir “Apakah Orang Kristen Harus Kaya?...”)
Jika Gereja Tuhan mengajar dengan benar tentang jiwa persembahan di dalam Perjanjian Baru, maka Gereja Tuhan bisa mengelola penginjilan dunia dengan lebih baik dan dapat menjadi kesaksian sejati bagi dunia melalui tindakan-tindakan kasih kepada mereka yang tidak beruntung. Motivasi memberi bagi kita dizaman anugerah ini haruslah karena mengasihi Allah yang dimanifestasikan dengan mengasihi mereka yang kekurangan, dan bukan karena yang lain-lain.
Agar Anda dapat mengerti tentang Persembahan dan Penatalayanan Harta kita secara holistik, termasuk tentang persepuluhan ini, Anda dapat mengunduh Buku terlampir dengan klik tautan atau gambarnya.
Kesimpulan:
Tidak ada satupun ajaran tentang Persepuluhan di dalam Perjanjian Baru. Ayat-ayat yang sering dikutip seperti di atas, atau Ibr. 7:8 adalah ayat-ayat PB yang sering diartikan sebagai pendukung persepuluhan di PB. Padahal jika melihat konteksnya, maksud ayat-ayat tersebut bukan untuk mengajarkan persepuluhan di PB. Sistim persepuluhan itu adalah pendukung sistim keimamatan Perjanjian Lama yang fungsinya juga bukan hanya untuk membiayai para imam dan suku Lewi yang memang tidak diberi warisan tanah, tetapi juga sebagai sarana untuk menolong mereka yang miskin seperti para janda, para yatim atau yatim piatu, dsb.
Prinsip dari persembahan persepuluhan di dalam Perjanjian Lama adalah selalu sama dengan semua persembahan, termasuk persembahan di dalam Perjanjian Baru, yaitu sebagai pengakuan bahwa semua milik kita adalah milik Allah dan dipakai untuk ke 2 hal ini:
Sebagai sumber pendanaan untuk pengelolaan Kerajaan Allah di bumi dengan membiayai pekerjaan-pekerjaan perluasan Kerajaan Allah di bumi. Di dalam PB pekerjaan-pekerjaan tersebut adalah usaha-usaha penginjilan, pengajaran & penggembalaan.
Sebagai sumber pendanaan untuk menunjukkan kasih kepada mereka yang susah, sebagai tindakan praktis Gereja & Jemaat dalam mengasihi Allah. Karena mengasihi Allah BUKAN ditunjukkan dengan banyak beribadah, berpuasa atau berdoa, tetapi dengan cara mengasihi sesama:
“Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Mat. 22:37-39)
“Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.
Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya.” (1 Yoh. 4:20-21)
3. Persembahan dalam PB bersifat rohani, agung dan kekal sebagai bagian dari suatu Perjanjian yang juga bersifat rohani, agung & kekal. Jika persepuluhan di dalam PB begitu penting seperti yang diajarkan oleh gerakan WoF itu, tentu para rasul sering mengajarkan di dalam tulisannya. Sebaliknya, tidak satupun mereka menuliskannya. TIDAK SATUPUN.
Berhubung ruang blog ini terbatas, semua bahasan ini dapat dibaca dari buku terbitan BTBP di bawah.
Salam Kristen Awam
FB page: @KristenAwamPencariSorga
Youtube Channel: Kristen Awam
Website:
Buku-buku tulisan Kristen Awam dan terbitan BTBP dapat anda unduh di:
Agar Anda dapat mengerti tentang Persembahan dan Penatalayanan Harta kita secara holistik, termasuk tentang persepuluhan ini, Anda dapat mengunduh Buku dibawah ini dengan klik link atau gambarnya:
Catatan: Buku ini adalah revisi buku terbaru dari buku cetak “Teologi Kemakmuran” (Gandum Mas, 2009) yang terkenal yang langsung diberi rekomendasinya oleh Dirjen Binmas Kristen saat itu dan tokoh-tokoh Kristen lain.
Comments