Film “Is Genesys History?” ini bagus. Utk melihat bgmn banyak akhli geologi juga sependapat dgn narasi Alkitab ttg Penciptaan, dan bukan evolusi.
Teori evolusi telah dijadikan alat bagi manusia2 pintar yg tujuannya hny satu: menyangkal Allah. Bukan karena narasi penciptaan tdk masuk akal, tetapi krn mrk tidak suka konsep adanya Allah. Karena adanya Allah menuntut pertanggungjawaban moral manusia. Dan itu yg mereka tidak sukai, sehingga mereka "tidak merasa perlu untuk mengakui Allah" (Rom. 1:28)
Secara intelektual, mereka sebenarnya tidak dapat menyangkal keberadaan Allah. Albert Einstein sendiri berulangkali menyangkal kalau dirinya seorang Atheist, namun juga menyangkal adanya Allah yg personal. Dia adalah penganut pantheisme yg diperkenalkan Spinoza (bahwa yg rohani dan yg materi itu tidak dapat dipisahkan, sehingga “allah” itu ada di dalam semua materi. Karena itu ada keteraturan dalam semesta ini). Bayangkan betapa bodohnya ini, karena bagaimana mungkin ada sesuatu yg menciptakan dirinya sendiri, lalu bisa mengatur alam semesta ini oleh dirinya sendiri sehingga dapat teratur. Kata “semesta (Cosmos)” berarti “teratur”, sebagai lawan dari “Chaos” (kacau). Lebih masuk akal jika ada Allah yg menciptakan dan menopang segala sesuatu sehingga terjadi keteraturan itu karena kuasa itu harus berada diluar dirinya sendiri. Ilustrasinya, tidak mungkin seorang mengangkat dirinya sendiri dengan mengangkat tali sepatunya sendiri.
Contoh jenius lain yg menyangkal Allah adalah Stephen Hawking, sering dijuluki Einstein abad 20, dengan “Theory of The Very Tiny” nya yg mendukung Teori Big Bang. Teori ini didasarkan deduksi dari temuan-temuan tentang eksplorasi ruang angkasa.
Proses penemuan teori Big Bang ini adalah sebagai berikut (proses ini sangat disederhanakan, hanya mengambil intisarinya saja.
(sumber: “Keunikan Iman Kristen Diantara Agama-agama di Dunia” oleh Sihol Christian Robirosa Simanihuruk, BTBP – 2014): (dpt didownload juga dari blog ini)
Teori ini merupakan evolusi yang panjang sebagai akibat dari pemikiran tentang eksistensi alam semesta. Banyak ilmuwan pada awal tahun 1900 an yang memberi tesis bahwa semesta ini mengembang, diantaranya yang digagas oleh Georges Lemaitre pada tahun 1927 berdasarkan persamaan Alexander Friedman yg didasarkan pada Teori General Relativity nya Einstein. Inti teori: Universe/alam semesta mengembang (“Theory of the Inflation”).
Tahun 1929, Edwin Hubble dengan teleskopnya mengkonfirmasi bahwa alam semesta ini mengembang degan kecepatan yang bertambah secara eksponensial. Temuannya kemudian dikenal sebagai “Hubble’s Law.”
Kemudian para ilmuwan menyimpulkan tentang asal mula semesta ini dengan menarik waktu kebelakang. Disimpulkan bahwa sekitar 13.7 milyard tahun yang lalu, alam semesta ini mulai ada dalam suatu peristiwa yg kemudian diistilahkan sebagai peristiwa Big Bang (Ledakan Besar).
Teori ini kemudian mendapatkan bukti epiris yang sulit terbantahkan ketika sebuah alat modern yang disebut Wilkinson Microwave Anisotropy Probe (WMAP) – dikenal juga sebagai “the Microwave Anisotropy Probe” (MAP), dapat merekam dan memetakan temperatur semesta yang masih baru dahulu. Alat ini dibawa oleh Satelit yang diluncurkan pada 30 Juni 2001, tetapi temuannya tentang temperatur semesta baru (baby universe) direlease ke publik pada tahun 2010. Temuan ini mengkonfirmasi bahwa Semesta ini memang mengembang.
Sampai disini, kelihatan kesimpulan itu baik karena telah dibuktikan dengan teori-teori
dan bukti-bukti empiris yang “meyakinkan” para ilmuwan.
Namun perhatikan apa kata para ilmuwan modern tentang ASAL MULA dari keberadaan materi ini (yaitu Apa itu materi yang kecil, padat dan sangat panas itu, apa yang menyebabkannya meledak, dsb.), maka mereka mulai menyimpulkan sesuai dengan kemauannya sendiri agar Allah dapat dikeluarkan dari penyebab keberadaan alam semesta ini.
Menurut Stephen Hawking misalnya, peristiwa Big Bang terjadi saat satu materi kecil
(mungkin sebesar atom) sangat padat dan sangat panas meledak (disebutnya “Theory of the Very Tiny”), lalu terjadilah evolusi alam semesta. Ia bersama ilmuwan-ilmuwan lain bersama-sama menolak bahwa ada Allah yang melakukan ledakan besar penciptaan itu. Baginya lebih baik mengatakan bahwa ada sesuatu yang tidak masuk akal (benda apa sekecil, sepadat dan sepanas itu yang dapat meledak secara kebetulan dan menjadi alam semesta seperti sekarang ini??), dari pada mengakui ada Allah yang melakukan hal itu. Adalah JAUH lebih masuk akal jika kita mengatakan bahwa ADA ALLAH (atau Suatu makhluk super) yang melakukan itu, daripada mempercayai sesuatu terjadi dengan sendirinya.
Lagipula, para ilmuwan yang tidak suka adanya Allah itu bersikukuh bahwa benda kecil padat itu ada bukan karena ada Seorang Pencipta yang membuatnya, tetapi “ada dengan sendirinya.” Perhatikan bagaimana kerasnya hati mereka untuk menghilangkan Allah dari kepercayaan mereka. Sikap mereka sama dengan manusia primitif lain yang tidak suka adanya Allah yang berkuasa atas mereka (band. Rom. 1:28-32).
Mengapa Hawking dan ilmuwan lain bersikap demikian? karena ia tidak menyukai ide adanya Allah. Karena pada dasarnya manusia berdosa tidak menyukai adanya Otoritas lain yg kepadanya kita harus memberi pertanggungjawaban.
Didalam setiap pertemuan penting dan setiap ada kesempatan, ia selalu gunakan untuk menyatakan ketidaksukaannya tentang adanya Allah. Pada tahun 2011 misalnya, saat berbicara pada pembukaan acara “Curiosity” di Discovery Channel, Hawking sekali lagi menyatakan bahwa ia tidak percaya adanya Allah dan semua orang bebas untuk percaya apa saja, dan tidak perlu ada yang mengatur/mengarahkan hidup kita:
“ We are each free to believe what we want and it is my view that the simplest explanation is there is no God. No one created the universe and no one directs our fate. This leads me to a profound realization. There is probably no heaven, and no afterlife either. We have this one life to appreciate the grand design of the universe, and for that, I am extremely grateful. ”
—Stephen Hawking, Discovery Channel (August 15, 2011)
Terjemahannya:
“Kita semua bebas untuk mempercayai apa yang kita mau, dan inilah pandangan saya bahwa dengan penjelasan yang paling sederhana [saya berkesimpulan] bahwa TIDAK ADA ALLAH. Tidak seorangpun yang telah menciptakan alam semesta dan tidak seorangpun yang mengatur nasib kita. Hal ini membawa saya kepada suatu kesadaran yang luar biasa. Kemungkinan tidak ada sorga, dan tidak ada hidup setelah kematian. Kita hanya memiliki satu kehidupan ini untuk menghargai desain agung dari alam semesta, dan untuk [kesempatan] itu saya sangat bersyukur.”
Dari contoh diatas kita melihat bahwa para ilmuwan dalam melakukan pencariannya
kelihatan dilakukan dengan jujur sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu pengetahuan yang jujur.
Namun saat memberikan kesimpulan tentang mengapa terjadi Big Bang itu, mereka memilih untuk mempercayai bahwa hal itu terjadi secara kebetulan (sangat absurd!). Begitu pula menurut mereka Ledakan Besar itu berawal dari suatu materi yang sangat kecil yang sangat padat dan sangat panas sehingga enerjinya masih dapat membuat semesta mengembang sampai sekarang (lagi-lagi Kesimpulan yang sangat absurd. Benda kecil apa yang bisa sehebat itu sehingga dapat menjadi alam semesta seperti sekarang?). Mereka lebih memilih untuk menjadi sangat absurd dari pada berkesimpulan bahwa Allah ada dan mereka harus tunduk kepada-Nya.
Jadi masalah para ilmuwan itu bukan lagi masalah kaidah-kaidah ilmu pengetahuan yang jujur dan murni (karena mereka justru telah melanggarnya), tetapi masalah moral.
Karena itu, selayaknyalah Anda dan Saya berbangga karena Allah telah mencemoohkan orang-orang pintar dan memberi pengertian kepada orang-orang sederhana seperti kita.
Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah. (1Kor. 1:27-29)
Tetap semangat dan percaya diri sebagi Orang-orang percaya yg telah dipilih Allah untuk mengerti hal-al yg diluar jangkauan para jenius di dunia ini.
02 Januari 2021
Kristen Awam
(Ir. S. Christian Robirosa S., M.Com., MA., M.Th.)
Comments