Membaca Kitab Apokaliptik dengan Mata Surga: Panduan Praktis Memahami Nubuatan dan Kitab Wahyu(Sebuah Ulasan Hermeneutika)
- Sihol Christian Robirosa
- Aug 9
- 8 min read
Seri Akhir Zaman #03

Tujuan penulisan:
Agar pembaca dapat mengerti sedikit apakah sifat dari nubuatan atau pernyataan dalam kitab-kitab apokaliptik seperti kitab Daniel, Yehezkiel, dan Wahyu. Dengan demikian saat membahas penerapan praktisnya nanti, seperti sudah dimanakah kita, apa tanda-tanda yg sedang terjadi dan mungkin akan terjadi sebelum masuk ke Akhir Zaman, Siapakah antisipasi Antikristus dan Nabi Palsu itu, dll., maka kita sudah memiliki pondasi pengertian yg mendukung.
Prolog: Sandi-Sandi Langit yang Menghidupkan
Di tengah hiruk-pikuk dunia yang kacau, kitab Daniel, Yehezkiel, dan Wahyu bagai surat rahasia dari medan perang surgawi. Ditulis dengan tinta darah dan api, kitab-kitab ini penuh gambaran yang fantastis dan mencengangkan: naga berkepala tujuh, perempuan berselubungkan matahari, dan kota yang turun dari langit. Bagi banyak orang, teks-teks ini menakutkan. Tapi bagi kita orang percaya yang menantikan Keselamatan yang penuh, kitab-kitab ini justru merupakan "peta harta karun ilahi" yang mengungkap rencana Tuhan yang menghiburkan dan melampaui zaman.
Tanpa basa basi lagi, mari kita bahas prinsip-prinsip penting dalam penafsiran kitab-kitab Apokaliptik yang mengandung banyak nubuatan:
Prinsip 1: Hukum Penggenapan Berganda (Law of Double Reference)
Suatu nubuatan itu tidak selalu menunjuk kepada satu penggenapan saja. Ia bisa digenapi dalam beberapa penggenapan dan penggenapan sebelumnya bisa merupakan tipologi bagi penggenapan berikutnya. Berikut suatu ilustrasi yang dapat menjelaskan hal ini:
Bayangkan sebutir benih yang ditanam di gurun. Saat hujan turun, ia tumbuh menjadi tunas kecil. Bertahun kemudian, tunas itu menjadi pohon raksasa yang akarnya menembus batu. Hukum Penggenapan Berganda bekerja seperti itu: satu nubuat ilahi bisa mekar dalam banyak musim sejarah. Tetapi ada suatu pola atau tipologi yang diteruskannya sampai kepada penggenapan ultimatnya.
Lihat Chart dibawah ini:

Contoh-contoh Nubuat Yang Memperlihatkan Konsep Ini:
· Nubuatan Tunggal (gbr. 1): Misalnya nubuatan tentang kelahiran Mesias di Bethlehem yang ada di Efrata (Mika 5:1), digenapi dengan presisi (Mat. 5:2)
· Nubuatan Dengan 2 Penggenapan (gbr. 2): Sekalipun nubuatan itu pernah digenapi, tetapi ia tetap menunjuk ke penggenapan kedua. Misalnya nubuatan Nabi Joel tentang pencurahan Roh Kudus (Joel 2:28-32) digenapi saat Pentakosta (Kis. 2:14-31), tetapi ia tetap menunjuk ke masa depan (Akhir Zaman) yaitu saat kaum Yahudi percaya, karena hal itu terjadi saat sebelum kiamat (“hari Tuhan”) yg kita mengerti saat kedatangan Tuhan yang keduakalinya (Joel. 2:31)
· Nubuatan Dengan Beberapa Penggenapan (gbr. 3): Nubuatan demikian dapat terjadi dengan magnitude yang semakin besar dan akan mencapai ultimatnya pada akhir zaman. Misalnya nubuatan dalam Hosea 10:7-8 tentang penghancuran Samaria (Israel utara) oleh tentara Asyur yang kemudian digenapi, tetapi Tuhan menerapkannya untuk penghancuran Yerusalem pada tahun 70 AD (Luk. 23:28-30), dan masih akan digenapi sampai ultimatnya pada Akhir Zaman (Why. 6:15-17)
Jadi kita harus melihat nubuatan dalam konteks ultimatnya jika teksnya memang mengindikasikan demikian. Begitupula kita harus mengingat dan jangan menutup pintu terhadap penggenapan suatu nubuatan sebelum ianya bersifat final, karena Tuhan mungkin akan memberikan pengertian tentang gunung nubuatan berikutnya, seperti kata seorang eskatolog yang terkenal: "Tuhan menulis nubuat-Nya seperti lapisan bawang. Setiap zaman mengupas lapisan makna baru." (Joel Richardson)
Penggenapan Nubuat Sebagai Tipologi Penggenapan Berikutnya
Masih masuk kedalam Prinsip Pertama ini, kita harus memperhatikan bahwa untuk Nubuat dengan dua atau beberapa penggenapan, Tuhan sering memakai penggenapan pertama sebagai tipologi untuk penggenapan berikutnya. Tujuannya mungkin Tuhan melakukan penggenapan pertama tersebut sebagai peringatan agar tidak terulang lagi.
Contoh nubuatan demikian adalah tentang dihancurkannya Bait Allah, baik yang pertama maupun yang kedua. Bait Allah adalah simbol hubungan antara Allah dan ummat-Nya, dimana Allah berkenan untuk tinggal diantara mereka. Tetapi jika ummat-Nya menolak-Nya, maka Allah akan menghancurkan simbol tersebut karena Allah tidak lagi berkenan hadir bagi ummat-Nya.
Kehancuran Bait Allah pertama adalah karena ummat Israel telah menyembah berhala dan menolak-Nya. Bahkan Raja-raja Yehuda, termasuk Manasye, membangun dan menyembah dewa-dewa asing seperti Baal dan Asyera. Yang lebih menyakitkan lagi, ia membangun mezbah-mezbah penyembahan berhala di dalam Bait Allah (2Raja. 21:1-9). Karena itu Allah mengirim Nebukadnesar II untuk menghancurkan Yerusalem dan membakar Bait Allah (2Raja-raja 25:8-9)
Rupanya peristiwa itu belum dapat menyadarkan bangsa Yahudi, dan sejarah berulang kembali. Kali ini Allah menghukum Israel dengan hukuman yang lebih besar lagi saat Jenderal Titus dari Roma mengepung Yerusalem selama 5 bulan dan akhirnya menghancurkannya dan membakar Bait Allah kedua dengan api pada tahun 70 AD. Bahkan setelah itu Allah tidak lagi mengizinkan Bait-Nya untuk dibangun meskipun waktu sudah berlalu hampir 2000 tahun. Sampai kini.
Penyebabnya? Karena ummat Yahudi telah menolak Anak-Nya, padahal Tuhan sudah mengingatkan mereka (Mat. 21:33-46, 24:1-2). Karena ummat Yahudi menolak Anak-Nya, maka Ia bukan saja memalingkan wajah-Nya dari ummat itu, tapi menghancurkan Bait-Nya secara dramatis dan tragis.
Flavius Josephus, sejarahwan Yahudi yang menjadi saksi mata kehancuran itu, memperkirakan ada 1.1 juta lebih orang yang mati karena pengepungan dan penghancuran itu. Bahkan ada cerita-cerita tentang ibu-ibu yg memasak anaknya karena kelapara. Ada juga legenda tentang “Emas Titus” yaitu emas yang Titus jarah dari Bait Allah. Setelah pasukannya membakar Bait Allah, terlihatlah lelehan emas yang tadinya menempel di kayu aras yg terbakar, sehingga Titus (atau kepala pasukannya) memerintahkan untuk membongkar bongkahan batu bait Allah untuk mencari emas yang telah meleleh disela-selanya, sehingga tidak satupun batu yang terletak diatas batu yg lain, persis seperti nubuatan Tuhan sendiri (Mat. 24:2).
Menariknya, kedua Bait Allah itu diruntuhkan pada tanggal dan bulan yang sama, yaitu 9 Av (Tisha B’Av). Bait Allah pertama dihancurkan tentara Nebukadnesar II pada tanggal 9 Av tahun 586 SM, dan Bait Allah kedua dihancurkan oleh pasukan Titus pada tanggal 9 Av tahun 70 M. Karena itu tanggal 9 Av dirayakan sebagai Tisha B’Av, yaitu Hari berkabung Nasional Yahudi.
Mungkinkah Bait Allah ketiga nanti akan dihancurkan juga pada 9 Av? Mari kita lihat bersama-sama.
Dari sejarah keruntuhan kedua Bait Allah ini kita dapat menjadikannya sebagai Bayangan/Tipologi untuk keruntuhan Bait Allah ketiga yang nantinya akan dibangun oleh orang Yahudi lagi. Bangunan Bait Allah ini akan dibangun lagi sesuai dengan penglihatan Yehezkiel (Yeh. 40-48) dan juga disinggung oleh Tuhan sendiri (Mat. 24:15). Bahkan saat ini persiapan-persiapan sudah dilakukan, termasuk desainnya, maketnya, bahkan lembu merah sudah disiapkan. Sanhedrin sudah terbentuk dan Perdana Menteri sudah memberi lampu hijaunya.
Saat hal itu dilakukan nanti, maka genaplah penolakan penuh mereka terhadap Yesus Kristus, dan murka Allah Terakhir akan dimulai dengan munculnya Seseorang Pemimpin dari Dunia Islam yang akan menginvasi Israel, menghancurkan Yerusalem dan menduduki Bait Allah itu.
Polanya sudah terlihat: kaum radikal seperti kaum Zealot pada peristiwa Bait Allah kedua dulu, tidak hentinya memprovokasi berdirinya Bait Allah. Bahkan rencana pembangunan Bait Allah ketiga ini sering menjadi judul berita utama di media-media Israel seperti The Jerusalem Post atau Jewish News Syndicate (JNS). Bahkan Menteri Keamanan Israel saat ini, Itamar Ben-Gvir adalah pendukung gerakan pembangunan ini dan sering memprovokasi dengan sering mengunjungi Masjid Al-Aqsa. Hal itu memberi lampu hijau kaum radikal lain untuk mulai berani berdoa di komplek Dome of The Rock yang melanggar status quo komplek Islam seperti berita di JNS tgl 01 Agustus 2025 kemarin.

Prinsip 2: Tiga Aturan Emas Membaca Apokaliptik
Aturan 1: Selami Konteks, Jangan Mengawang Terbang di Angkasa
Wahyu bukan ditulis untuk pembaca abad ke-21. Ia surat darurat untuk jemaat abad ke-1 yang dianiaya Romawi. Simbol "666" (Wahyu 13:18) adalah kode rahasia untuk "Kaisar Nero" dalam sistem numerik Ibrani (Neron Kaisar = נרון קסר). Membacanya tanpa konteks seperti memakai kacamata hitam di gua gelap. Tetapi jangan tertutup dengan hal itu saja, karena pada masanya mungkin Tuhan akan memberi konteks baru terhadap simbol ini. Mungkin irisan bawang selanjutnya akan membukakan mata kita.
Aturan 2: Biarkan Kitab Suci Menafsirkan Dirinya Sendiri
Ketika Yohanes melihat "Binatang yang keluar dari laut" (Wahyu 13:1), jangan langsung membayangkan itu berarti monster yg akan muncul di akhir zaman. Lihatlah bagaimana Daniel 7 menggambarkan binatang sebagai lambang kerajaan dunia. Bahasa apokaliptik adalah bahasa sandi ilahi—dan Alkitab adalah kamusnya.
Aturan 3: Pegang Teguh Makna Harfiah—Kecuali Ada Alasan Kuat
Banyak yang mengira seluruh Wahyu harus dialegorikan. Sehingga lahirlah banyak penafsiran. Misalnya jumlah 144.000 umat Yahudi yg diselamatkan lahir dari 3x4 dua kali lalu dikalikan angka 10 tiga kali karena angka yg dikenal dalam penafsiran adalah 3,4 dan 10. Tentu cara ini ngawur & merupakan hermeneutika cocokologi. Misalnya banyak yang menafsirkan pemerintahan Kristus 1000 tahun dengan makna lain. Padahal jika makna tersebut dapat langsung dipahami secara harfiah, tidak usah dialegorikan sehingga malah muncul arti lain.
Ada bagian-bagian yang merupakan simbol, tetapi hal itu sudah dikenal umum. Misalnya ketika Yesus berjanji 'Aku datang segera' (Wahyu 22:7), itu literal. Tetapi ketika dikatakan 'mata-Nya seperti nyala api' (Wahyu 1:14), itu merupakan simbol. Hermeneutika yang sehat tahu membedakan mana yang metafora, mana yang janji nyata."
Prinsip 3: Membongkar Kitab Wahyu – Membaca Secara Linier dan Rekapitulasi
Banyak orang tersesat karena membaca Wahyu hanya sebagai suatu kronologi linier. Padahal, ia juga mengandung isi yg berulang dengan sudut pandang yg berbeda (“Rekapitulasi”).
Gereja-gereja penganut Dispensasional (seperti gereja-gereja Pantekosta & Karismatik) cenderung hanya membaca sebagai suatu kronologi linier saja sehingga keliru mengartikan bahwa misalnya peristiwa-peristiwa yang diungkap dalam ke 7 Sangkakala dan 7 Cawan adalah peristiwa yg berbeda. Padahal ke 6 Sangkakala dan 6 Cawan itu mengungkapkan kejadian yang sama, tetapi dengan intensitas yang semakin besar.
Misalnya, Sangkakala ke 2 mengungkapkan jatuhnya meteor besar yang memusnahkan 1/3 dari kehidupan di laut, tetapi dalam Cawan ke 2 diperlihatkan bahwa sekarang SEMUA kehidupan di laut itu sudah binasa. Jadi Rekapitulasi itu mendetailkan kejadian yang sama sampai ultimat nya.

Disisi lain, gereja-gereja penganut Covenant Theology yang umumnya juga menganut Amilenialisme keras seperti penganut Reformed, cenderung semuanya di rekapitulasikan menjadi sebuah buku dengan 7 rekapitulasi, sehingga kehilangan hal-hal yang harus dibaca secara linier dan mengaburkan urutan nubuatan. Selain itu cara ini juga dapat melewatkan progresi intensitas penghakiman di dalamnya.
Kehilangan terbesar adalah saat merekapitulasikan pasal 17-22 sehingga kehilangan detil tentang peristiwa-peristiwa Akhir Zaman dan tidak dapat membedakan detil akhir dari sejarah manusia & Kerajaan Allah di bumi (sd pasal 20) dengan detil mulainya Kerajaan Allah di kekekalan (pasal 21-22).
Pembacaan yg benar adalah membaca secara linier apa yg harus dibaca secara linier, dan merekapitulasikan apa yg memang harus direkapitulasikan. Namun harus diingat juga dalam rekapitulasi itu tetap harus dibaca urutan liniernya, seperti chart dibawah ini yg kita sebut “REKAPITULASI HYBRID”


Chart Pembacaan Rekapitulasi - Linier (Hybrid)
Dengan memakai cara pembacaan rekapitulasi hybrid ini, kita akan mudah membaca kitab Wahyu dengan garis besar sbb. (selalu perhatikan bagian-bagian yg harus dibaca secara Rekapitulasi):
Pembukaan: Salam & Penglihatan Tentang Kristus (Psl 1)
Perjalanan Gereja Sepanjang Abad (2:1-3:22)
Wahyu Tentang Allah Yg Dikenal Dalam 2 Karya-Nya: Pencipta (psl 4), dan Penebus (psl 5)
Permulaan Murka Allah: Ke 6 Materai (6:1-8:5) dan Penglihatan Tentang 144.000 orang dari semua suku Israel dimateraikan dan dari semua suku bangsa yg martir saat Kesusahan Besar.
Materai Ke 7 & Ke 6 Sangkakala (8:6-11:19) dengan Interval tentang Bait Allah dan ke 2 Saksi (10:1-11:14)
Sangkakala ke 7: Deklarasi Tentang Penghakiman Akhir dan Segera Dimulainya Kerajaan Kristus (11:15-19)
Iblis dilempar ke Bumi beserta para malaikatnya, Kemunculan Antikristus & Nabi Palsu di Bumi (12:1-13:18)
Persiapan Hukuman Akhir: Anak Domba dan 144.000 orang percaya, Penginjilan oleh Malaikat, Penghakiman Babel, Penghukuman pengikut Antikristus & Tuaian anggur murka Allah (14:1-20)
Ke 7 Cawan Murka Allah Terakhir berpuncak di Perang Akhir (15:1-16:21)
Kejatuhan Babel (17:1-19:5)
Kedatangan Kristus, Kebangkitan & Pengangkatan orang percaya, pembunuhan Antikristus dan Nabinya dan dilemparkan ke neraka (19:6-21)
Iblis ditangkap dan dirantai dan dibuang ke Jurang Maut (20:1-3)
Kerajaan Mesianik 1000 Tahun (20:4-6)
Pemberontakan akhir & Iblis dilempar ke Neraka (20:7-10)
Kebangkitan & Penghakiman Umum (20:11-15)
Penciptaan kembali & Kerajaan Kekal Allah ( pasal 21-22)
Semua penjelasan di atas hanya menyentuh kulit arinya saja karena demikian dalamnya Kitab Wahyu ini sehingga kita harus bersungguh-sungguh menelitinya. Penjelasan yg lebih baik hanya dapat dilakukan dalam format Seminar & Diskusi agar kita bersama-sama dapat diperkaya dan dibangunkan.
Karena ruang yang terbatas, kita akan akhiri blognya sampai disini dulu. Kita akan membahas lebih detilnya saat nanti membahas telah sampai dimanakah kita dalam Master Plan Allah. Dengan demikian kita dapat bersiap dan mempersiapkan generasi berikutnya tentang apa yang akan dan harus terjadi sesuai rencana Allah.
Ikuti terus pembahasan tentang Akhir Zaman (dan mempersiapkan diri untuk Itu) dalam blog-blog dan seminar/diskusi – diskusi kita.
Tg. Balai Asahan 08 Agustus 2025
Salam Kristen Awam
Comments