top of page
Writer's pictureSihol Christian Robirosa

Allah Trinitas Yang Esa (2)

Updated: Sep 21, 2022

Doktrin Trinitas Protestan Bagi Kaum Awam...



Setelah pada Bagian (1) yang lalu kita bahas bagaimana misteri-misteri ketunggalan-kejamakan Allah, sekarang kita melihat pengungkapannya di dalam PB, sehingga misteri-misteri tersebut dapat lebih kita mengerti saat ini.


Disini juga akan kita bahas bagian 2 dan 3 tentang alasan timbulnya doktrin Trinitas, yaitu karena adanya kebutuhan apologetika menghadapi ajaran-ajaran sesat, serta karena alasan-alasan praktis. Kita masih lanjutkan bagian 1, yaitu alasan sejarah (pernyataan progressif Allah) yang diungkapkan dalam PB.


b. Perjanjian Baru


Didalam Perjanjian Baru, seluruh misteri Perjanjian Lama yang sebagian didiskusikan diatas kemudian dinyatakan dengan jelas. Dengan penjelasan rasul Yohanes tentang pre inkarnasi Kristus, yaitu Logos yang kekal yang menciptakan segala sesuatu, kita kemudian mengerti dengan jelas mengapa pada saat akan menciptakan manusia, Allah berkata “Baiklah Kita...” (Kej. 1:26). Jawabannya adalah bahwa Allah sedang berbicara diantara Pribadi-pribadi didalam Tritunggal. Penafsiran itu tidak dapat disangkal karena pada ayat-ayat pendahuluannya, yaitu pada saat Allah menciptakan semesta, hanya ketiga Pribadi Allah lah yang dinyatakan terlibat langsung dalam kegiatan penciptaan alam semesta (ay. 1 sd 3). Karena penciptaan manusia merupakan kegiatan lanjutan penciptaan, maka paling diterima akal bahwa Pribadi-pribadi yang samalah (Allah Bapa, Anak/Firman dan Roh Allah) yang berdialog disini. Bukan

dengan makhluk-makhluk lain seperti malaikat, karena malaikat tidak dapat mencipta, dan manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, bukan menurut gambar dan rupa malaikat. Jadi ketika kita sekarang membaca didalam PL perkataan-perkataan Allah atau manifestas manifestasi Allah yang mengindikasikan pluralitas Pribadi Allah, maka kita mengerti dengan jernih bahwa Allah yang Esa didalam Perjanjian Lama itu memiliki Pribadi-pribadi didalamnya yang dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan (doktrin koinherensi) yang sekarang kita dapat mengerti sebagai Trinitas.


Jika diteliti dengan seksama, maka Jehova (TUHAN) Allah dalam PL memiliki kejamakan dalam Pribadinya yang mengindikasikan konsep Trinitas. Secara umum, TUHAN Allah akan menyatakan "Pribadi Korporat" Allah (Tritunggal), tetapi tergantung konteksnya, Ia dapat menjadi salah satu Pribadi dalam Trinitas.


Lihat beberapa ayat dibawah ini agar mengerti:



Demikian halnya dengan teofani-teofani dan fenomena Malakh Yehova didalam PL. Kita mengerti sekarang bahwa Yehova yang menyatakan Diri-Nya didalam berbagai bentuk fisik itu (mis. Sebagai manusia yang menemui Abraham di Mamre, sebagai Panglima Bala Tentara Allah yang menemui Yosua sebelum menyeberang ke Kanaan, dan sebagai Malaikat Yehova yang menyatakan Diri kepada Abraham, Musa, Gideon, dsb.) adalah Pribadi Kedua Trinitas sebelum inkarnasi-Nya didunia. Mengapa bukan Pribadi Pertama atau Pribadi Ketiga? Karena hanya Pribadi Kedua lah yang ditetapkan untuk melakukan inkarnasi, sehingga menjadi Allah yang Imanen yang dapat dilihat, diraba dan dialami oleh manusia. Pribadi Pertama dan Kedua akan tetap selamanya berbentuk Roh yang kekal dan Transenden dan tidak seorangpun yang dapat melihat-Nya (band. Yoh. 1:18).




(banyak ayat lain yang memiliki pola pernyataan Allah serupa)


Dengan konteks Trinitas jugalah kita sekarang dapat mengerti fenomena-fenomena didalam PL yang menunjukkan adanya distingsi (pembedaan) Pribadi didalam Yehova yang Esa.

Kita mengerti sekarang Siapakah yang disebut Daud sebagai “Tuan” nya (Adonai) didalam Mazmur 110 yang dikaruniai kekuasaan kekal yang demikian besar oleh Yehova, sekaligus diangkat menjadi Imam Besar (satu-satunya akses kepada Allah) menurut peraturan Melkisedek? Ia adalah Kristus sendiri, yang dikatakan sebagai “Anak Daud”, namun Daud sendiri menyapa-Nya sebagai “Adonai (Tuanku).” Tuhan Yesus sendiri menjelaskan hal ini didalam Matius 22:41-46.




Demikian halnya dengan Seorang Pemimpin yang dijanjikan didalam Yesaya 9:1-6 yang memiliki atribut-atribut yang hanya dimiliki oleh Yehova saja. Menafsirkannya diluar konteks Trinitas hanya membuatnya lebih misterius dan membingungkan seperti yang masih dialami oleh para rabbi saat ini. Sekarang kita mengerti, Pemimpin itu adalah Mesias, yaitu Yesus Kristus yang memiliki atribut-atribut Allah.

Pemimpin yang dijelaskan didalam Yesaya 9 itu jugalah Pemimpin yang ada didalam penglihatan Daniel sebagai Penguasa dari kerajaan “yang didirikan oleh Allah Semesta Langit” (Dan. 2:44). Ia adalah Kristus yang mendirikan Kerajaan Allah di bumi (Gereja). Kerajaan yang semula kecil, seperti batu yang terungkit dari gunung, kemudian menjadi gunung yang besar yang memenuhi seluruh bumi (Dan. 2:34-35, 44-45). Dialah juga “Anak Manusia” didalam penglihatan Daniel, yang kepada-Nya Yehova mengaruniakan kemuliaan dan “kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah” (Dan. 7:14). Tidak ada seorang manusia pun yang dapat menjadi raja yang kekal. Ia haruslah Seseorang yang memiliki kualitas kekal Allah sendiri. Hanya Yesus Kristus yang memiliki kualitas itu. Hanya Ia jugalah yang memenuhi kriteria nubuatan nabi Mika tentang Seorang pemimpin yang awalnya sejak kekekalan masa lampau, karena Kristus telah ada didalam kekekalan masa lampau, jauh sebelum segala sesuatunya ada, didalam kemuliaan yang kekal (Yoh. 1:3; 17:5).


Sekarang kita dapat menyimpulkan, mengapa doktrin Trinitas itu muncul.

Sejarah penyelamatan Allah yang dicatat oleh Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru menuntut adanya penjelasan mengenai ke-Esa-an Allah. Dan setelah Kitab Suci orang Kristen (Alkitab) ditutup didalam kanon, dan doktrin Trinitas dinyatakan secara eksplisit, maka semua misteri yang ada didalam Perjanjian Lama itu terjawab dengan mudah.


Sekarang, dari manakah datangnya kesimpulan tentang Trinitas ini muncul? Dari perjalanan sejarah pengertian kitab suci, mulai dari PL sampai kepada PB. Perjalanan sejarah itu memunculkan kebutuhan akan jawaban teologis (apologetika) yang mengaitkan adanya fakta ke-Esa-an Allah, keilahian Kristus dan hubungan (relation) antara keTiga Pribadi dalam Tritunggal. Mari kita membahasnya.


2. Doktrin Trinitas

Sebagai Tuntutan Teologis - Apologetik


Pada masa gereja mula-mula dan masa para Rasul, khususnya setelah kebangkitan Kristus dan pencurahan Roh Kudus, para rasul dan pengikutnya tidak diragukan lagi telah mempercayai Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka, serta melakukan penyembahan kepada-Nya. Yang mengejutkan, para murid-Nya yang adalah orang-orang Yahudi murni yang sejak kecilnya dilatih untuk mempercayai hanya ada Satu Allah saja (dengan ayat-ayat Shema nya), tidak ada yang canggung untuk menyebut Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka (mis. Luk. 2:11; Fil. 3:20; 2Pet. 1:11, 2:20; 2Pet. 3:2, 28; Yud. 1:25). Padahal orang Yahudi paham benar bahwa tidak ada Tuhan dan Juruselamat selain dari Yehova (Yes. 43:11; Hos. 13:4).


Apalagi bagi seorang sekaliber Paulus yang paling menonjol pengetahuannya tentang Torah dan kitab-kitab para nabi yang mengerti benar bahwa objek penyembahannya hanya boleh satu, yaitu Yehova, dan penyembahan kepada illah asing harus diganjar dengan kematian. Karena itu tentulah Ia tidak bisa dengan sembarangan menyebut Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.


Tetapi Ia menyebut-Nya demikian (mis. Fil. 3:20). Perubahan konsep yang demikian revolusioner ini tidak akan mungkin terjadi jika para rasul itu tidak memiliki pengalaman dan pengertian yang jernih dan tegas tentang Siapa yang disembahnya. Mereka mengerti dengan jernih dan tegas bahwa Yesus Kristus layak dan harus disembah seperti mereka menyembah Yehova pada masa mereka masih menganut agama Yahudi. Sekalipun para rasul tidak pernah memformulasikan dengan suatu istilah mengenai hubungan ke Tiganya, namun para rasul telah beranggapan bahwa para pembacanya dapat mengerti bahwa penyembahan kepada ke Tiganya bukanlah suatu pelanggaran terhadap iman monoteisme mereka. Semua tulisan para rasul, terutama Paulus, adalah berbentuk Triadik.


Dari seluruh catatan didalam kitab Perjanjian Baru, kita melihat bahwa para penulisnya telah menulis tentang keillahian Kristus. Yesus yang disebut Kristus (Mesias) itu bukanlah seorang manusia yang luar biasa, tetapi Seorang manusia illahi, Anak Allah, Tuhan, Mesias/Kristus dan Juruselamat:


>> Ketiga Injil sinoptik mencatat tentang hidup-Nya, tindakan-tindakan-Nya, pengajaranpengajaran-Nya, gelar-gelar-Nya, kuasa-Nya atas penyakit, roh jahat, atas alam, atas pengampunan dosa dan atas kematian yang menyatakan bahwa Ia bukanlah manusia biasa, tetapi Manusia-Allah.


>> Tetapi Injil keempat (Injil Yohanes) secara lebih eksplisit menyatakan jati Diri Kristus:

  • Ia adalah Firman Allah yang selalu bersama-sama dengan Allah dari kekekalan (1:1)

  • Ia adalah Allah (1:1)

  • Ia adalah Pencipta segala sesuatunya (1:3)

  • Ia adalah sumber kehidupan (1:4), dan kehidupan itu adalah sumber terang manusia

  • (terang = pengertian, pengetahuan, kesadaran diri)

  • Ia adalah Anak Tunggal Bapa (satu-satunya Allah yang berinkarnasi – 1:18)

  • Ia adalah Anak Domba Allah (korban substitusi bagi pengampunan dosa dari Allah)

  • yang menghapus dosa dunia (1:29)

  • Ia adalah yang menyatakan Diri sebagai “Akulah Aku” (Kel. 3:14. Band. Yoh. 5:58.)

Ketujuh ungkapan jati diri Kristus “Aku adalah...” adalah penjelasan misteri tentang Siapa Mesias dan tugas-Nya yang menyatakan Ia bukanlah manusia biasa, tetapi makhluk Ilahi yang memiliki hubungan yang khusus dengan Allah:

  • Ia adalah “Roti hidup” yang turun dari Sorga (6:35) yang akan memberi kehidupankepada setiap orang yang percaya kepada-Nya. Didalam PL, Ia digambarkan sebagai Manna yang menopang kehidupan bangsa Israel di padang gurun. Ia juga gambaran dari “Roti sajian” yang berada diatas meja roti sajian di ruang kudus Tabernakel. Roti tersebut tidak hanya menggambarkan tentang pemeliharaan Allah bagi ummat-Nya, tetapi juga menggambarkan tentang persekutuan antara Allah dengan ummat-Nya (ketergantungan ummat Allah kepada Allah) melalui Firman-Nya.

  • Ia adalah “Terang dunia” yang memberi “terang hidup” (8:12). Artinya, Ia memberi pengertian mengenai arti hidup (makna, tujuan dan tuntunan hidup). Ini juga gambaran ketujuh kaki dian di Ruang Kudus Tabernakel yang menerangi ruang itu sehingga para imam (orang percaya) dapat bersekutu (berkomuni) dengan Allah dan mempersembahkan ukupan (doa & pujian) yang harum kepada-Nya.

  • Ia adalah “Pintu,” satu-satunya akses dari dan kepada Keselamatan Sejati (10:9). Diluar Dia tidak ada Keselamatan Sejati.

  • Ia adalah “Gembala yang baik,” yang akan menjaga domba-domba-Nya sehingga aman (tidak kehilangan nyawa/keselamatannya – 10:11). Karena Ia sangat mengasihi mereka, sehingga bersedia mati bagi mereka, maka mereka dapat dengan tenang mengatakan bahwa keselamatan mereka terjamin (band. ayat-ayat lanjutannya 10:27-29).

  • Ia adalah “Kebangkitan dan Hidup,” sehingga Ia dapat memberi mereka hidup yang kekal dan sanggup untuk membangkitkan mereka dari kematian (11:25). Karena itu para pengikut-Nya memiliki harapan akan kebangkitan tubuhnya seperti yang ditunjukkan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, dan akan hidup kekal yang menanti mereka.

  • Ia adalah “Jalan, kebenaran dan hidup,” sebagai satu-satunya akses yang benar kepada Allah dan hidup kekal (14:6). Tidak ada jalan lain kepada Allah dan Sorga kecuali melalui Dia.

  • Ia juga adalah “Pokok anggur yang benar,” yang menopang (sustain) orang-orang percaya sehingga mereka dapat berbuah bagi Allah (15:1)

  • Didalam Yoh. 5:58, Yesus menjawab orang-orang Yahudi dengan perkataan “sebelum Abraham jadi, Akulah Aku (Yun. ego eimi).” Dimata orang-orang Yahudi, perkataan itu menunjuk langsung kepada Nama Yehova sebagai “Akulah Aku” (Kel. 3:14). Dengan demikian Yesus menyatakan Diri-Nya sebagai Yehova. Karena itu orang-orang Yahudi marah besar dan hendak merajam Yesus, karena itulah hukuman bagi orang yang menghujat Yehova.

  • Siapakah manusia yang dengan beraninya mengatakan hal-hal yang hanya boleh diatribusikan kepada Allah, kecuali Ia sendiri adalah Allah?


>> Kristus juga bukan sekedar datang dari hadirat Allah. Tempat-Nya yang kekal adalah didalam ke-Allah-an. Disana (didalam Allah), Ia telah memiliki kehadiran dan kemuliaan didalam kekekalan (17:5).


>> Ia bukan sekedar datang dari Allah, tetapi Ia “keluar” dari Allah (8:42). Inilah arti sebenarnya dari “diperanakkan,” sebagai kontras dari “dicipta” (1:14, 18; 3:16, 18;

Kis. 13:33).


>> Ia yang telah “keluar” dari Allah, kemudian juga “pergi” kepada Allah (16:28).


>> Yang lebih mencengangkan, Ia berkata bahwa Ia dan Allah adalah “satu” (10:30). Pernyataan ini menyatakan kepada kita secara eksplisit bahwa Ia adalah Yehova yang Esa itu.


Begitu pula para rasul lainnya menanggapi Yesus bukan sebagai manusia saja, namun sebagai Tuhan, Mesias (Kristus), Allah dan Juruselamat:

  • Tomas menyebut-Nya sebagai “Ya Tuhanku dan Allahku” (Yoh. 20:28)

  • Petrus menyebut-Nya “Tuhan kita Yesus Kristus” (1Pet. 1:3), “Allah dan Juruselamat kita” (2Pet. 1:1).

  • Paulus menyebut-Nya “Yesus Kristus Tuhan kita” dan variannya “Kristus Yesus”, “Tuhan Yesus Kristus” dsb. (ada puluhan ayat). Ia juga menyebut Kristus secara eksplisit sebagai “Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya” (Rom. 9:5).

  • Yakobus, saudara-Nya secara daging, menyebut-Nya sebagai “Tuhan Yesus Kristus” dan menyadari kedudukannya sebagai hamba Yesus, bukan saudara-Nya (Yak. 1:1).

  • Yudas, penulis surat Yudas, menyebut-Nya “satu-satunya Penguasa dan Tuhan” (Yud. 1:4), dan juga sebagai pelaksana dari jabatan Juruselamat Allah Yang Esa (Yud. 1:25).

  • Penulis surat Ibrani menyebut-Nya sebagai “Pencipta alam semesta” (Ibr. 1:1), “Cahaya kemuliaan Allah”, “Gambar Wujud Allah” (Allah yang Transenden/tidak terjangkau dan tidak berwujud menjadi Allah yang Imanen yang terjangkau dan memiliki wujud), “Penopang alam semesta dengan Firman-Nya yang penuh kekuasaan” (Pribadi yang dengan kekuasaan Perkataan-Nya membuat alam semesta dapat berjalan terus sampai kini) – Ibr. 1:3. Ia harus disembah oleh semua malaikat Allah (1:6), dan disebut Allah (1:8).

  • Rasul Yohanes yang dikaruniakan untuk melihat penglihatan-penglihatan akan Sorga, mendengar Nama-Nya disebut sebagai “Alfa dan Omega” (Why. 21:6; 22:13), padahal Nama itu dipakai oleh Tuhan Allah Yang Maha Kuasa (Why. 1:8). Demikian juga ia melihat Takhta Allah di sorga itu juga merupakan Takhta Anak Domba (Kristus) yang wajah-Nya akan dilihat oleh para hamba-Nya (Why. 22:3-4).

Dari kutipan-kutipan tersebut diatas, baik para rasul, orang-orang percaya digereja para rasul, maupun bapa-bapa gereja yang hidup setelah zaman para rasul tidak memungkiri bahwa Yesus Kristus adalah Allah (yang didalam banyak kesempatan menyatakan secara eksplisit maupun implisit bahwa Ia adalah Yehova). Lalu seiring dengan waktu dan munculnya ajaran-ajaran bidat yang cenderung mengecilkan keilahian Kristus, maka Gereja diperhadapkan dengan pertanyaan ini:


>> Jika Allah adalah Esa, dan Yesus Kristus adalah Allah, lalu bagaimana hubungan antara Allah (Bapa), Kristus dan Roh Kudus? <<


Atau dapat dibuat pertanyaan lain agar lebih jelas:


>> Jadi, bagaimana menjelaskan bahwa Allah adalah Esa, tetapi tidak bertentangan dengan fakta Alkitab bahwa Yesus Kristus dan Roh Kudus adalah Allah? <<


Pertanyaan inilah yang harus dijawab oleh gereja dengan satu doktrin yang menyatakan

hubungan antara Allah (Bapa), Kristus dan Roh Kudus. Didalam bagian selanjutnya (2.B.) akan dibahas bagaimana gereja menjawab ajaran-ajaran bidat yang mengajarkan secara salah baik mengenai Pribadi Kristus sendiri, maupun mengenai hubungan ketiga Pribadi Allah.

Pembahasan ini berguna sebagai latar belakang agar kita tidak terjatuh kedalam kesalahan-kesalahan masa lalu yang sama.



3. Doktrin Trinitas

Sebagai Tuntutan Pengalaman Praktis Orang Percaya


Setelah membahas 2 alasan timbulnya Doktrin Trinitas diatas (sebagai tuntutan sejarah

dan tuntutan apologetik), maka alasan ke tiga adalah karena tuntutan pengalaman praktis orang percaya didalam gereja. Saat dibaptis, mereka dibaptis didalam Nama (tunggal) Bapa, Anak dan Roh Kudus. Ketika berdoa, maka kita berdoa kepada Bapa, melalui Yesus Kristus, dengan pertolongan Roh Kudus. Saat pendeta memberkati, maka ia akan memberikan berkat atas nama Trinitas. Singkatnya, dalam kehidupan praktis orang percaya, baik kehidupan sehari-harinya, maupun kehidupan beribadah didalam gereja, mereka akan selalu diperhadapkan kepada ketiga Pribadi itu. Sejalan dengan kebutuhan iman yang semakin dewasa, orang percaya dan gereja

perlu mengetahui dengan lebih baik tentang Allah yang mereka sembah: kalau Allah yang mereka sembah adalah Allah Yang Esa, sedangkan Kristus dan Roh Kudus adalah Allah juga, lalu bagaimana kita menjelaskannya. Itulah sebabnya diperlukan suatu doktrin yang Alkitabiah yang dapat menjawab Paradoks ini.


Itulah ketiga alasan utama mengapa suatu doktrin (kemudian kita kenal sebagai doktrin

Trinitas) diperlukan oleh gereja dan orang-orang Kristen sebagai penjelasan pertanggung-jawaban (apologetik) imannya. Sekarang, mari kita membahas tentang ajaran-ajaran tentang hubungan Allah, Kristus dan Roh Kudus yang muncul, dan bagaimana gereja bersikap. Sebagai penutupnya, kita juga akan membahas mengenai gambaran/illustrasi apa yang kita anggap dapat paling baik menjelaskan Trinitas itu, sekalipun dalam kerangka keterbatasan kita seperti yang telah diformulasikan didalam Empat Prinsip terdahulu. Mari kita membahasnya (bersambung)

425 views0 comments

Comments


bottom of page