top of page
  • Writer's pictureSihol Christian Robirosa

🅺🅴🆂🅴🅻🅰🅼🅰🆃🅰🅽 #23 - Mengapa Inkarnasi?


INILAH INTISARI IMAN KRISTEN.


Jawaban terhadap pertanyaan diatas menjadi sangat penting karena inilah yang membedakan antara iman Kristen dengan iman lainnya. Perbedaan ini merupakan perbedaan antara “kebenaran diri sendiri” yang dianut oleh semua agama, vs ”kebenaranAllah” yang dinyatakan oleh iman Kristen.


Jika perbedaan ini tidak dimengerti secara benar, maka tidak ada gunanya seseorang menjadi Kristen karena pada dasarnya ia akan menganut konsep iman lainnya, yaitu “untuk dapat masuk sorga, maka saya harus setia melakukan perintah Allah yang ada didalam Alkitab.” Jika kita tidak mengerti dengan benar perbedaan antara tindakan-tindakan untuk “mendirikan kebenaran diri sendiri” vs “tunduk kepada kebenaran Allah,” maka kita tidak akan mengerti dimana letak kesalahan konsep diatas (yaitu kalimat yang dimiringkan).


Konsep “mendirikan kebenaran diri sendiri” ini tetap banyak dianut oleh gereja-gereja yang tidak mengajarkan dengan benar dan jelas perbedaan antara iman Kristen dengan iman-iman lain. Akhirnya, kekristenan kemudian dijadikan menjadi “agama Yahudi baru” dengan mengajarkan kepada anak-anak dan jemaatnya bahwa untuk dapat masuk sorga ialah dengan “percaya kepada Yesus dan berbuat baik dengan jalan melakukan segala perintah-Nya, seperti Hukum Taurat.”


Secara riil, Hukum Taurat kemudian diajarkan sebagai jalan untuk “mengumpulkan kebaikan” atau sebagai bukti bahwa mereka “melakukan perintah Yesus Kristus.” Dengan demikian, maka sebenarnya mereka sama dengan sebagian jemaat Galatia yang mewajibkan jemaatnya untuk melakukan Hukum Taurat disamping percaya kepada Yesus. Konsep demikian adalah “Injil palsu” (atau istilah Paulus, “injil yang lain”-Gal. 1:6) karena berusaha memasukkan unsur “kebenaran diri sendiri” kedalam keselamatan.


Bukankah dengan melakukan hal seperti itu kita telah mengulangi kesalahan orang-orang Yahudi? Perhatikan penjelasan rasul Paulus mengapa orang Yahudi menolak Mesias? Karena mereka mendirikan “kebenaran mereka sendiri” dengan mencoba mentaati hukum Taurat tanpa mengerti tujuan dari Hukum Taurat tersebut. Akibatnya mereka “tidak takluk kepada kebenaran Allah” yaitu bahwa manusia dibenarkan bukan berdasarkan kepada perbuatannya, tetapi kepada iman kepada Yesus sebagai Mesias.


“Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar.

Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah.

Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya. (Rom. 10:2-4)


Jadi, cara Allah menyelamatkan manusia itu bukan dengan jalan perbuatan mereka, tetapi dengan mempercayai Korban Penebus Dosa yang dilakukan oleh Yesus Mesias.

Jadi, mengapa Firman Allah sendiri harus berinkarnasi menjadi manusia dan harus mati di Golgota sebagai korban penebus dosa bagi manusia? Bukankah Ia Maha Kuasa dan Maha Kasih sehingga ia dapat berkata “hai manusia, engkau telah melanggar kukudusan dan kebenaran-Ku! Karena itu engkau harus Ku hukum dan Kujauhkan dari hadiratKu selamanya. Tetapi karena Aku mengasihimu, sudahlah, Aku mengampunimu saja!”


Bisakah Allah berkata demikian?


TIDAK BISA!


Mengapa? karena dengan tindakan demikian maka Ia akan melanggar integritas moral-Nya, karena bertentangan dengan kedua hakikat-Nya yang lain yaitu Kebenaran dan Kekudusan-Nya. Allah tidak dapat menyangkal hakikat-Nya sendiri (2Tim. 2:13).


Kebenaran/keadilan-Nya menuntut semua pelanggaran untuk dihukum, dan Kekudusan-Nya menuntut manusia dikuduskan seperti Dia agar dapat bersekutu kembali dengan-Nya. Jadi bagaimana Allah dapat bertindak agar manusia dapat diselamatkan, sekaligus tindakan tersebut tidak melanggar hakikat Allah lainnya?


Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, mari kita tinjau ulang tentang hakikat-hakikat moral Allah yang membentuk integritas moral Allah.


Integritas Moral Allah (atau disingkat saja sebagai “integritas Allah”), merupakan gabungan serasi dan tidak terpisahkan antara ketiga sifat hakiki moral Allah (Kasih, Benar, Kudus). Integritas ini merupakan sumber segala pertimbangan, rencana dan tindakan Allah, sehingga semua rencana, pertimbangan dan tindakanNya tidak dapat menyangkal salah satu dari hakikat-Nya ini. Sebagai contoh: kesetiaan Allah (merupakan sifat yang lahir dari ketiga hakikat-Nya). Sekalipun kita tidak setia kepada-Nya, Ia tidak dapat tidak setia, karena hakikat-Nya adalah setia, dan Ia tidak dapat menyangkal diri-Nya (2 Tim.2:13).


Contoh lain: Kekerasan Allah yang lahir dari Kebenaran & Kekudusan-Nya. Perjanjian Lama dipenuhi dengan peristiwa dimana Allah membinasakan suatu bangsa karena dosa-dosa mereka, terutama karena penyembahan berhala. Peristiwa-peristiwa itu menunjukkan tuntutan kekudusan dan kebenaran Allah yang harus ditegakkan agar dunia mengetahui dan mengerti bahwa kekejian, dosa, kejahatan, dsb. merupakan pelanggaran terhadap Kekudusan danKebenaran Allah sehingga harus berhadapan dengan hukuman Allah.


Sekarang kita membahas mengapa Allah sendiri harus datang sebagai manusia, bahkan mati sebagai korban penebus salah:


  • Pelanggaran dosa manusia pertama merupakan pelanggaran terhadap hakikat-hakikat moral Allah (Kebenaran & Kekudusan-Nya). Karena itu manusia pertama (dan semua keturunannya) harus dihukum: selamanya manusia harus dijauhkan dari hadirat Allah (= maut). Selama hidup ia tidak dapat mengenal Allah,dan setelah mati juga dijauhkan dari hadirat Allah dineraka. Itulah tuntutan dari Kebenaran/Keadilan dan Kekudusan Allah.

  • Namun hakikat Allah juga Kasih. Kasih-Nya menuntut didalam diri-Nya agar Ia menyelamatkan manusia dari hukuman kekal (maut) itu. Namun Ia tidak dapat demikian saja mengampuni manusia tanpa melanggar Kebenaran dan Kekudusan-Nya. Jadi bagaimana, apa tindakan yang dapat diambil Allah untuk menyelamatkan manusia sedemikian sehingga tidak melanggar hakikat Kebenaran/keadilan dan Kekudusan-Nya?


Sebelum menjawab hal ini, mari kita memperhatikan satu illustrasi tentang konsep Korban Substitusi (Korban Pengganti) agar kita dapat mengerti dengan benar Jalan Keselamatan Allah ini:


Illustrasi Konsep Korban Substitusi (Korban Pengganti)



Jenderal Shamil adalah Imam ke 3 wilayah Dagestan yang mayoritas berpenduduk Islam di Republik Dagestan yang merupakan suatu negara dibawah pemerintahan federasi Rusia saat ini.


Dikisahkan bahwa pada masa pemerintahan seorang Kaisar di Rusia pada awal tahun 1800, Imam Shamil dan juga merupakan seorang Jenderal memberontak karena melihat rakyatnya menderita dibawah tirani sang Kaisar. Shamil lari kepadang savana bersama pasukan dan rakyatnya. Kala itu musim dingin,dan persediaan makanan semakin lama menjadi terbatas. Karena kelaparan, rakyat yang mengikutinya sering mencuri makanan dari lumbung persediaan. Untuk menjaga persediaan, Sang Jenderal kemudian membuat peraturan terbuka untuk menghukum dengan berat (dicambuk 50 Kali di muka umum) barangsiapa yang kedapatan mencur ipersediaan makanan.

Singkat cerita,beberapa orang kedapatan mencuri dan kebenaran ditegakkan dengan menghukum cambuk mereka didepan rakyat agar semua maklum akan aturan itu dan agar terjadi ketertiban.


Suatu hari, ajudan Sang Jenderal datang tergopoh-gopoh kehadapannya dan dengan gugup melaporkan ada satu lagi pencuri yang tertangkap tangan. Tanpa ragu Sang Jenderal memerintahkan eksekusi agar dilaksanakan segera. Namun Sang Jenderal terkejut setelah mengetahui bahwa pencurinya kali ini adalah ibunya sendiri!


Terjadi dilemma didalam dirinya: “jika aku tidak melaksanakan hukuman cambuk, maka rakyat akan memberontak karena keadilan tidak ditegakkan. Tetapi jika aku melaksanakannya maka ibuku pasti akan mati karena sudah tua dan tidak kuat menahan hukuman itu.” Inilah dilemma antara Kebenaran/keadilan yang harus ditegakkan dengan Kasihnya kepada ibunya.


Malam itu SangJenderal tidak bisa tidur.


Fajar menyingsing, dan tiba saatnya eksekusi hukuman akan dilaksanakan.Tiang telah disiapkan dengan ibu Sang Jenderal terikat padany dan algojo serta pasukan juga telah disiapkan dan rakyat telah gelisah menunggu bagaimana jadinya peristiwa pagi itu. Semua mata memandang kepada kemah Sang Jenderal menanti kemunculannya.Bermacam-macam antisipasi timbul dalam hati rakyatnya. Ada yang mengharapkan Sang Jenderal mengampuni ibunya, dengan mengabaikan peraturan Sang Jenderal sendiri. Ada yang mengharapkan hukuman tetap dilaksanakan, tapi ragu apakah Sang Jenderal tega?


Saat yang dinantikan tiba. Sang Jenderal muncul dari tendanya, dan dengan tetap tegak berjalan menuju tempat eksekusi hukuman. Dengan tegak, tegas, meskipun terlihat jelas keletihan& kesedihan wajahnya, Sang Jenderal kemudian berkata: “Rakyatku. Demi tegaknya keadilan dan berlanjutnya perjuangan kita, maka hukuman cambuk harus tetap dilaksanakan,” kemudian Sang Jenderal terdiam sejenak. Semua rakyat juga terdiam, tidak menyangka akan putusan Sang Jenderal itu.


Setelah menghela nafas, Sang Jenderal meneruskan perkataannya: “tetapi karena ibuku sudah tua dan tidak sanggup menerima hukuman itu, maka akulah yang akan menanggung hukuman itu ganti dia!” katanya sambil membuka jubahnya dan memerintahkan algojo yang bertugas untuk melepas ibunya dan mengikat dia sebagai ganti ibunya.

Karena perintah yang tegas dari Sang jenderal, para algojo yang tadinya enggan dan takut melaksanakan perintah itu akhirnya melaksanakan hukuman itu untuk ibunya.


Dengan demikian kedua tuntutan moral Sang Jenderal dipenuhi: kebenaran/keadilan tetap ditegakkan, sementara kasih kepada ibunya juga dapat terlaksana melalui pengorbanan dirinya menggantikan ibunya.


Dapatkah Anda menangkap konsep Korban Pengganti disini? Imam Shamil yang tidak bersalah harus menggantikan hukuman bagi ibunya agar keadilan tetap ditegakkan dan kasih kepada ibunya juga dapat dilaksanakan.



Kristus sebagai Korban Substitusi


Demikian juga cara Allah menyelesaikan dilema di dalam diri-Nya untuk menyelesaikan hakikat kebenaran-Nya yang harus menghukum maut manusia vs hakikat kasih-Nya untuk menyelamatkan manusia.


Dilemma didalam Allah antara tuntutan Kebenaran/keadilan-Nya dengan tuntutan Kasih-Nya diselesaikan melalui Seorang korban pengganti (korban substitusi). Kasih Allah kepada manusia menggerakkan-Nya untuk menyelamatkan mereka melalui korban pengganti yang dapat menerima hukuman maut agar manusia dapat diselamatkan (Yoh 1:29, 36; Yes. 53:6b, 2Kor. 5:21, Yoh. 19:30a, dll.). Lihat chart dibawah ini agar dapatmengerti penjelasan tentang Korban Substitusi ini.



Korban Substitusi memenuhi tuntutan Kebenaran dan Kasih Allah (Sumber: buku “Doktrin Keselamatan” https://diunduhaja.com/product/doktrin-keselamatan/)


Korban Substitusi itu juga harus dapat memenuhi tuntutan Kekudusan Allah, dan harus menanggung maut sebagai ganti manusia, karena upah dosa adalah maut (Rom. 6:23).


Karena dosa dan maut adalah penyebab dan akibat dari dosa (=dilanggarnya integritas Allah), maka untuk menyelesaikan dosa dan maut, korban substitusi itu harus dapat memenuhi seluruh tuntutan integritas Allah secara sempurna dan harus membayarnya dengan/melalui maut.


Dialam semesta ini, tidak ada satu makhluk ciptaanpun yang dapat memenuhi tuntutan kekudusan Allah, kecuali Allah sendiri. Karena itulah maka ALLAH SENDIRI harus menjadi korban substitusi dan mengalami maut agar manusia dapat mengalami hidup kekal (persekutuan dengan Allah) kembali.


Itulah sebabnya Ia sendiri harus datang sebagai manusia dan menjadi Seorang Juruselamat dan mati sebagai Korban Subsitusi bagi manusia. Nama-Nya ialah Yesus Sang Mesias atau Yesus Kristus, Tuhan dan Juru Selamat dunia. Saat melakukan pekerjaan penebusan-Nya didunia, ia disebut sebagai “Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia” (Yoh. 1:29, 36). Artinya, tugas utamanya saat kedatangan-Nya yang pertama kali sekitar 2000 tahun yang lalu adalah untuk menjadi Korban Substitusi yang ditetapkan Allah, yang memenuhi tuntutan keKudusan Allah. Itu juga gambaran dari semua sakramen korban yang telah dinubuatkan sepanjang Perjanjian Lama.


Jadi Yesus Kristuslah satu-satunya korban substitusi yang dapat memenuhi tuntutan integritas Allah dan yang dapat memberi hidup kekal itu karena Ia bukanlah salah satu dari makhluk ciptaan yang tidak memiliki integritas Allah, melainkan adalah Allah sendiri yang berinkarnasi. Karena itulah kita mengerti sekarang mengapa Allah sendiri (Firman-Nya) harus berinkarnasi menjadi manusia bahkan harus mati bagi manusia agar manusia dapat memperoleh persekutuan lagi dengan Allah (=hidupkekal).

Lihat chart dibawah untuk mengerti lebih jelas bagaimana Yesus Kristus itu dapat menjadi Jalan Keselamatan bagi manusia.



Korban Substitusi Kristus memenuhi tuntutan Kebenaran, Kasih & Kekudusan Allah (Sumber: buku “Doktrin Keselamatan” https://diunduhaja.com/product/doktrin-keselamatan/)


Jadi jika ditanyakan “mengapa Allah sendiri harus menyelamatkan manusia dan harus menjadi manusia dan mati bagi manusia?” maka kita mengerti sekarang bahwa Allah harus menyelamatkan manusia karena tuntutan Kasih-Nya. Dan Ia sendiri yang harus datang dan bukan utusan lain karena hanya Allah sendiri yang dapat memenuhi tuntutan Kekudusan Allah.

Bukan hanya itu, Ia juga harus mengalami maut karena tuntutan Kebenaran & Keadilan-Nya yang menuntut maut bagi dosa, karena upah dosa adalah maut.


Semua tuntutan integritas Allah ini hanya dapat dipenuhi didalam Diri Allah sendiri dengan jalan berinkarnasi menjadi manusia dan mati bagi manusia. Inilah yang membedakan iman Kristen dengan yang lainnya.

Salam Kristen Awam

FB page: @KristenAwamPencariSorga


Youtube Channel: Kristen Awam


Website:


Buku-buku tulisan Kristen Awam dan terbitan BTBP dapat anda unduh di:


Bagi yang ingin memperdalam tentang inkarnasi ini, dapat membeli/mendownload buku dibawah ini dengan klik tautan ini:

¡ Buku Doktrin Keselamatan (bahasa Indonesia): https://diunduhaja.com/product/doktrin-keselamatan/

· Atau cari di kotak pencari dengan kata kunci “Kristologi” di https://Diunduhaja.com

¡ atau kunjungi toko buku seminari ini:https://diunduhaja.com/store/seminary-bookstore/

129 views0 comments

Comments


bottom of page